2.2. Pribumi dan Non-Pribumi
Ketika masyarakat yang begitu pluralis atau bisa dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan sudah tentu memiliki perbedaan terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhannya masing-masing. Tidak jarang hukum rimba kemungkinan dapat berlaku atau terjadi dimana yang terkuat yang menang atau
bila digambarkan kepada bangsa Indonesia maka yang mayoritaslah kecenderungan kebutuhan dan kesejahteraannya yang akan terpenuhi sementara
minoritas akan tersingkirkan oleh persaingan. Sama halnya ketika berbicara masyarakat pribumi dan masyarakat non-pribumi yang sudah menjurus ke bentuk
pengkotak-kotakan masyarakat dalam satu negara. Bila ditinjau lebih spesifik totalitarian dan dalam konsep negara integralistik tidak ada dibahas tentang
masyarakat yang pribumi dan non-pribumi. Yang menjadi inti tentang masyarakat dalam kedua konsep negara tersebut adalah menyatukan masyarakat secara
organis dalam satu negara tanpa melihat perbedaan apapun. Totalitarisme tidak menginginkan hal ini yang pada akhirnya
menimbulkan perpecahan. Yang tersingkir bagi totaliter merupakan individu atau kelompok yang dianggap musuh dan diperlakukan secara tidak manusiawi.
Totalitarian melihat masyarakat memiliki kebebasan namun di depan hukum semua sama, namun hal itu terwujud ketika warganegara atau masyarakat
membentuk suatu hirarki sosial dan memiliki wakil atau kelompok yang berjuang bersama mereka
64
Adanya unsur totaliter dalam pidato Soepomo bukan berarti beliau mau mengarahkan Indonesia seperti yang dijalankan Hitler pada nazi, unsur totaliter
.
64
Ibid., hal. 12-13.
Universitas Sumatera Utara
yang dimaksudkan tadi yang terdapat dalam potongan pidato Soepomo adalah sebagai berikut
65
65
Ibid.
:
Maka semangat kebatinan, struktur kerohanian dari bangsa Indonesia bersifat dan bercita-cita persatuan hidup, persatuan kawulo dan gusti,
yaitu persatuan antara dunia luar dan dunia batin, antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-pemimpinnya. Segala
manusia sebagai seseorang, golongan manusia manusia dalam suatu masyarakat, dan golongan-golongan lain dari masyarakat itu, dan tiap-
tiap masyarakat dalam pergaulan hidup di dunia seluruhnya dianggap mempunyai tempat dan kewajiban hidup darma sendiri-sendiri menurut
kodrat alam dan segala-galanya ditujukan kepada keimbangan lahir dan batin. Manusia sebagai seseorang tidak terpisah dari seseorang lain atau
dari dunia luar, golongan-golongan manusia. Malah segala golongan makhluk, segala sesuatu bercampur-baur dan bersangkut-paut, segala
sesuatu berpengaruh-pengaruhi, dan kehidupan mereka bersangkut paut. Inilah ide totaliter, ide integralistik dari bangsa Indonesia yang berwujud
juga dalam susunan tata negaranya yang asli.
Tampak jelas seperti yang diungkapkan oleh Soepomo dalam pidatonya bahwa unsur pertama yang akan diterapkan dalam sistem pemerintahan yaitu ide
totaliter, namun sebagai catatan disini bahwa ide totaliter yang dimaksud yaitu ketika satu pemerintahan tersebut berjalan maka harus mampu terlebih dahulu
menyatukan rakyatnya dalam wadah yang disebut negara, perbedaan yang mencolok dalam masyarakat baik itu ras, agama, budaya dan lain sebagainya dan
inilah yang harus disatukan, hal tersebut menjadi kekayaan negara tersebut dan saling keterkaitan yang pada akhirnya mampu menciptakan kesejahteraan
masyarakat di negara tersebut. Inilah ide totaliter yang mau diterapkan di Indonesia oleh beliau karena memang cocok dengan Indonesia yang juga beragam
budaya, ras, agama atau sering disebut pluralis. Sehingga Indonesia membutuhkan satu bentuk negara yang cocok untuk mengatasi hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Ide lain yang berbeda dari Hitler yang juga menjalankan rezim totaliter pada negara Jerman bahwa Soepomo hanya menginginkan satu persatuan
antarmasyarakat bangsa Indonesia yang memang saling keterkaitan satu sama lain. Hal ini dapat dilihat pada penggalan pidato,
Manusia sebagai seseorang tidak terpisah dari seseorang lain atau dari dunia luar, golongan-golongan manusia. Malah segala golongan
makhluk, segala sesuatu bercampur-baur dan bersangkut-paut, segala sesuatu berpengaruh-pengaruhi, dan kehidupan mereka bersangkut paut.
Memang konsep negara integralistik memiliki unsur totaliter namun bukan secara utuh dijalankan dalam konsep Soepomo tersebut. Beliau memiliki
argumentasi tersendiri untuk membantah akan terjadinya rezim nazi terjadi juga di Indonesia, sama halnya pendapat beliau ketika Moh. Hatta menginginkan negara
Indonesia akan dibentuk menjadi negara agama yakni negara Islam seperti negara- negara Irak, Iran dan lain sebagainya, pendapat beliau adalah sebagai berikut:
“Tadi saya mengingatkan anjuran dari pemerintah bahwa kita jangan meniru belaka contoh-contoh dari negara lain, akan tetapi hendaklah Tuan-tuan
mengingat kepada keistimewaan masyarakat Indonesia yang nyata.”
Disamping itu juga bahwa Soepomo telah menyatakan bahwa untuk tidak meniru belaka secara bulat-bulat konsep negara orang lain. Dalam hal mengkonsep negara
integralistik, tentunya Soepomo telah memikirkan apa yang terbaik untuk Indonesia. Melalui penyaringan atas budaya-budaya Indonesia dan sifat ketimuran
yang dimiliki pada akhirnya perpaduan totalitarian dalam konsep negara integralistik sesuai untuk Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
3. Demokrasi