3.2.2. Musyawarah Mufakat
Salah satu unsur penting dalam sistem pemerintahasn demokrasi yaitu mencapai musyawarah yang mufakat. Hal ini juga terdapat dalam konsep negara,
tepatnya dalam pidato Soepomo, yaitu sebagai berikut: Kepala desa, atau kepala rakyat berwajib menyelenggarakan keinsyafan
keadilan rakyat, harus senantiasa memberi bentuk gestaltung kepada rasa keadilan dan cita-cita rakyat. Oleh karena itu kepala
rakyat...senantiasa memperhatikan segala gerak-gerik dalam masyarakatnya dan untuk maksud itu, senantiasa bermusyawarah dengan
rakyatnya atau dengan kepala-kepala keluarga dalam desanya, agar supaya pertalian bathin antara pemimpin dan rakyat seluruhnya
senantiasa terpelihara. Dalam suasana persatuan antara rakyat dan pemimpinnya, antara golongan-golongan rakyat satu sama lain, segala
golongan diliputi oleh semangat gotong-royong, semangat kekeluargaan.
Dalam hal ini Prof. Dr. Mr. Soepomo menekankan hubungan yang semestinya terjalin antara masyarakat dengan pemimpin yang harus selaras.
Dominan contoh yang diambil oleh Beliau adalah pada sistem pemerintahan yang terkecil yaitu pada pemerintahan desa, namun secara tidak langsung pemerintahan
desa merupakan contoh nyata bekerjanya sistem demokrasi yang berjalan di Indonesia. Soepomo sendiri mengharapkan pemerintah pusat bekerja dengan
melihat keseimbangan keadilan yang harus tercipta melalui musyawarah mufakat dalam setiap penyelesaian masalah terutama menyangkut kehidupan masyarakat
luas. Adanya kebijakan yang dihasilkan pada setiap musyawarah dalam hal ini yang dimaksud dengan musyawarah dapat berupa sidang DPR, MPR, atau
sejenisnya yang merembukkan aspirasi-aspirasi masyarakat sebelum menuangkan setiap keputusan dalan satu atau lebih kebijakan baiknya tidak merugikan pihak
siapa pun dan kiranya sesuai aspek kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3. Negara, Individu dan Kelompok
Negara, individu dan kelompok merupakan komponen dalam negara yang saling terkait satu sama lain. Dalam hal ini negara harus mampu menyatukan
antara individu dan kelompok sehingga dapat bersama dan bekerja sama dengan negara dalam menciptakan negara yang ideal. Sama seperti ide Protagoras, kaum
Sofis, ketika akan mengatakan bahwa organisasi negara didirikan adalah untuk mengatasi masalah yang timbul dari luar organisasi itu sehingga lebih mudah
menghadapinya
70
70
J.H. Rapar, Loc.cit., hal. 61-62.
dan hal tersebut dapat memperpanjang usia hidup disamping mampu menciptakan kesejahteraan bersama.
Hal penyatuan negara, individu dan kelompok demi menciptakan integrasi bangsa yang berjalan baik, Soepomo juga menganjurkan secara tegas agar negara
Indonesia yang akan didirikan itu, jika yang dikehendaki sesuai dengan kekhususan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia, haruslah:
...berdasar atas aliran pikiran staatsidee negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh
golongan-golongannya dalam lapangan apa pun...
Sehingga semakin jelas ketika negara bersatu dan mengatasi seluruh golongan, Soepomo mengharapkan tidak adanya perpecahan atau disintegrasi dan
mampu mengakomodir setiap aspirasi masyarakat tanpa terkecuali dan inilah yang diharapkan bangsa Indonesia yang bersatu.
Universitas Sumatera Utara
Negara tidak mempersatukan dirinya dengan golongan terbesar dalam masyarakat, pun tidak mempersatukan dirinya dengan golongan paling
kuat golongan politik atau ekonomi yang paling kuat, akan tetapi mengatasi segala golongan dan segala seseorang, mempersatukan diri
dengan segala lapisan rakyat seluruhnya
Ternyata Soepomo sendiri tidak memperdulikan siapa kelompok atau individu yang lebih dominan atau siapa yang terkuat. Penyatuan kelompok
maupun individu tidak dilaksanakan dengan melihat identitas yang melekat pada setiap objek negara, tidak membedakan satu sama lain itu yang tersirat. Soepomo
ingin menempatkan sebuah negara itu sebagai satu komponen yang mampu beradaptasi terhadap siapa pun secara riil dan ideal sehingga pada akhirnya
mampu melahirkan negara yang ideal bagi setiap individu dan kelompok dalam sebuah negara terutama negara kesatuan Indonesia.
Negara akan mengakui dan menghormati adanya golongan-golongan dalam masyarakat yang nyata, akan tetapi segala seseorang dan segala
golongan akan insyaf kepada kedudukannya sebagai bagian organik dan negara seluruhnya, berwajib meneguhkan persatuan dan harmoni antara
segala bagian-bagian itu.
Soepomo lebih detail lagi menjelaskan dimana negara mengakui keberadaan setiap golongan yang ada ditengah-tengah masyarakat untuk berkarya
dan menciptakan inovasi-inovasi terhadap negara dan negara menghormati hal tersebut. Namun, selama golongan-golongan yang ada tidak merusak integritas
bangsa dan mampu menyatu dengan negara dengan cara mengikuti aturan yang dibuat oleh negara demi menjaga ketertiban ditengah masyarakat disamping itu
juga pemerintah menekankan agar setiap komponen mampu menjaga persatuan dan harmoni.
Universitas Sumatera Utara
Antara negara atau bisa juga disebut pemerintah, individu atau masyarakat dan kelompok-kelompok masyarakat membutuhkan satu hubungan
yang dapat terjalin dengan baik dan seimbang. Diantara ketiga komponen tersebut, negara atau pemerintah adalah pemegang kekuasaan yang bisa dikatakan
yang mengelola hubungan antara ketika komponen tersebut. Dengan kata lain penciptaan good governance di dalam negara yang ingin dicapai dan hal ini
berkaitan dengan konsep negara Soepomo ketika ingin menciptakan persatukan masyarakat secara individu maupun golongan dan mampu mengatasi
permasalahan yang ada terutama menciptakan kesejahteraan sebagai tujuan bersama.
Dari awalnya peran negara mulai terpangkas ketika munculnya teori-teori baru gerakan baru seperti lahirnya konsep demokratisasi, desentralisasi, deregulasi
dan lain-lain sebagainya. Pada akhirnya munculnya konsep good governance yang mengupayakan jalannya pemerintahan dengan baik melalui pengawasan melalui
prinsip-prinsip yang dihadirkan good governance seperti berikut:
71
1. Dalam Kolaborasis yang dibangun, negara tetap bermain sebagai figur
kunci namun tidak mendominasi, yang memiliki kapasitas untuk mengkoordinasi bukan memobilisasi aktor-aktor pada institusi-
institusi semi dan non-pemerintah, untuk mencapai tujuan-tujuan publik.
2. Kekuasaan yang dimiliki negara harus ditransformasikan, dari yang
semula dipahami sebagai kekuasaan atas menjadi kekuasaan untuk
71
Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Yogyakarta; Gadjah Mada University Press, 2005, hal. 80-81.
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan kepentingan, memenuhi kebutuhan, dan menyelesaikan masalah publik.
3. Negara, NGO, swasta, dan masyarakat lokal merupakan aktor-aktor
yang memiliki posisi dan peran yang saling menyeimbangkan untuk tidak menyebut setara.
4. Negara harus mampu mendessain ulang struktur dan kultur
organisasinya agar siap dan mampus menjadi katalisator bagi institusi lainnya untuk menjalin sebuah kemitraan yang kokoh, otonom, dan
dinamis. 5.
Negara harus melibatkan semua pilar masyarakat dalam proses kebijakan mulai dari formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan,
serta pemberian layanan publik. 6.
Negara harus mampu meningkatkan kualitas responsivitas, adaptasi, dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan kepentingan,
pemenuhan kebutuhan, dan penyelesaian masalah publik.
Inilah yang semestinya nantinya menjadi pembatas bagi konsep negara yang ditawarkan oleh Soepomo. Sehingga kemungkinan untuk melenceng dari
aturan konsep dasar dapat diawasi bersama berdasarkan kebijakan yang telah disepakati antara negara, masyarakat dan kelompok masyarakat. Dan secara tidak
langsung akan menggiring ke sistem pemerintahan sebuah negara yang pada akhirnya ideal.
Universitas Sumatera Utara
3.2.4. Pemimpin Ideal