keutuhan negara tanpa melupakan setiap kepentingan masyarakat dalam mencapai cita-cita bangsa.
6. Kerangka Teori
Kerangka teori menjadi acuan dasar bagi peneliti untuk menggambarakan apa yang akan diteliti. Sebelum melakukan penelitian, maka peneliti akan
menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berpikirnya dalam penelitiannya. Teori adalah rangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proporsi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep
10
. Menurut Kerlinger, teori adalah sebuah konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari proposisi
yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dan fenomena
11
Dua pemikir besar yang berasal dari Yunani, Plato dan Aristoteles memiliki pemikiran tentang negara bahwa negara merupakan kekuasaan yang
besar. Setiap individu akan bertindak liar diluar jangkauan bila negara itu tidak . Penggunaan
teori penting kiranya dalam menalaah atau suatu masalah atau fenomena yang terjadi sehingga fenomena tersebut dapat diterangkan secara eksplisit dan
sistematis. Kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
6.1. Teori Tentang Negara
6.1.1. Negara Plato dan Aristoteles
10
Masri Simangarimbun dan Sofyan Efendy, Metode Penelitian Sosial Surveri, Jakarta: Rajawali Pers, 1999, hal. 112.
11
M. Arif Nasution, Metode Penelitian, Medan: FISIP USU Press, 2008, hal. 76.
Universitas Sumatera Utara
ada. Dengan kata lain negara merupakan satu aturan yang mengikat dan disepakati oleh masyarakat yang ada didalamnya.
Plato berpendapat bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk bertindak keras terutama dalam memenuhi kepentingan pribadinya. Hal ini
menjadi ancaman tersendiri bagi masyarakat dan negara bertindak sebagai pengontrol. Bagi Plato dan Aristoteles, kekuasaan negara atas individu ini perlu
untuk menegakkan moral
12
Negara merupakan satu komponen dalam sistem pemerintahan yang terbesar. Pada dasarnya komponen negara dibentuk dari bagian-bagian yang kecil
dan hal ini berawal dari aplikasinya yang terkecil, yaitu desa. Manusia disebut . Negara dalam hal ini harus mendidik masyarakat
sehingga kekacauan dalam negara dapat terkendali. Disamping itu negara timbul akibat adanya rasa timbal balik yang terjadi dan rasa saling membutuhkan antara
sesama, dan negara menjamin semua ini agar terjadi dan kebutuhan masyarkat dapat terjamin dengan baik.
Satu hal bagi Plato bahwa negara ideal itu merupakan negara yang melarang pemilikan harta kekayaan, uang, istri, anak dan lain sebagainya secara
berlebihan. Plato melihat ketidakseimbangan dalam pemilikan tersebut.hal ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang tinggi yang pada akhirnya
memunculkan persaingan yang tidak sehat. Negara berperan dalam hal ini untuk menjaga keseimbangan kesejahteraan disetiap lapisan masyarakat. Plato
menegaskan pada masa itu bahwa negara ideal yang dimaksudkan tersebut hanya berlaku kepada para penguasa negara dan mereka di kelas menengah keatas,
namun tidak berlaku bagi mereka kelas bawah.
12
Arief Budiman, Teori Negara: Negara, Kekuasaan, dan Ideologi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, hal. 8-9.
Universitas Sumatera Utara
Aristoteles merupakan zoon politicon, dimana dimaksudkan sebagai mahluk yang berpolitik juga dan manusia menjadi penentu dari watak politik dari satu unit yang
sedang berlangsung. Negara terbentuk karena ketergantungan antar manusia yang saling membutuhkan satu sama lain.
Aristoteles sendiri menyatakan bahwa negara merupakan suatu lembaga yang paling berdaulat. Sehingga pada akhirnya negara memiliki kekuasaan
tertinggi yang bertujuan dalam mensejahterakan seluruh warga negara, bukan antar individu saja
13
Hegel, sebagai seorang filsuf dari Jerman memiliki analisis yang berbeda tentang pandangan terhadap negara. Dia mengembangkan filsafatnya tentang
dialektika dari yang ideal dan yang real. Teori ini kemudian dihidupkan lagi di jaman modern melalui Teori Negara Organis
.
6.1.2. Teori Negara Hegelian