demokrasi dimana seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa kedaulatan berada ditangan masyarakat secara bulat dan bukan berada di salah satu tangan kelompok
atau individu.
3.1. Negara dalam Sistem Demokrasi
Ketika menyinggung tentang negara dalam sistem demokrasi, maka demokrasi akan mendefenisikan negara sebagai wadah dalam mewujudkan
demokrasi. Intinya demokrasi atau sistem negara tersebut yang membentuk negara itu seperti apa. Bila ditinjau lagi demokrasi merupakan satu pemerintahan atas
kedaulatan rakyat. Sehingga negara berarti harus mampu menjadi tempat bagi rakyat yang menempati negara tersebut dan mampu menciptakan ruang yang
nyaman bagi banyak individu dan bukan hanya demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dalam negara tersebut.
Sama halnya seperti didukung atau yang dinyatakan oleh Soepomo dalam pidatonya
67
67
Lihat ___________, Lahirnya PANCASILA Kumpulan Pidato BPUPKI, Yogyakarta:Media Pressindo, 2006, hal. 56-80.
tentang bentuk negara dan hubungannya dengan agama yang mencoba menolak pembentukan negara agama, Soepomo berpendapat:
Cita-cita negara Islam itu tidak sesuai dengan cita-cita negara persatuan yang telah diidam-idamkan oleh kita semuanya...menganjurkan dan
mufakat dengan pendirian negara yang bersatu...yang akan mengatasi ssegala golongan dan akan mengindahkan dan menghormati
keistimewaan dari segala golongan, baik golongan yang besar maupun golongan yang kecil akan diserahkan. Dalam negara nasional yang
bersatu itu urusan agama diserahkan kepada golongan-golongan agama yang bersangkutan. Seseorang akan merdeka memeluk agama yang
disukainya. Baik golongan agama yang besar, maupun golongan agama yang terkecil, tentu akan merasa bersatu dengan negara....Negara
Universitas Sumatera Utara
secara federasi kita tolak, karena dengan mengadakan federasi itu, bukan mendirikan satu negara, tetapi beberapa negara.
Kemudian berikutnya dalam pidato Soepomo, beliau ditambahkan sebagai alasan ketiganya, tampak konsekuensi negara yang integralistik, yaitu dalam
penolakannya terhadap negara berdasarkan agama. Akan tetapi tuan-tuan yang terhormat, akan mendirikan negara Islam
di Indonesia berarti, tidak akan mendirikan negara persatuan. Mendirikan negara Islam di Indonesia berarti mendirikan negara yang akan
mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar, yaitu golongan Islam...Meskipun negara Islam akan menjamin dengan sebaik-baiknya
kepentingan golongan-golongan lain itu, akan tetapi golongan-golongan agama kecil itu tentu tidak akan bisa mempersatukan dirinya dengan
negara. Oleh karena itu cita-cita negara Islam itu tidak sesuai dengan cita-cita negara persatuan yang telah diidam-idamkan oleh kita semuanya
dan juga yang telah dianjurkan oleh Pemerintah Balatentara.
Tampak terlihat jelas letak sisi demokrasi yang diinginkan oleh Soepomo. Ketika Indonesia akan dibawakan kedalam sistem negara keagamaan, beliau
menolak penuh dan memberikan gambaran realitas yang ada di Indonesia yang pluralis dengan beragam jenis budaya, bahasa, agama, ras dan lain sebagainya.
Beliau mengharapkan bukan negara agama yang dipilih jadi bentuk negara yang nantinya hanya menjadi negara kepentingan mayoritas sedangkan minoritas akan
tersingkirkan dan hal itu tidak baik untuk Indonesia kedepannya dan tentu kiranya bentuk negara Indonesia nantinya mampu mengakomodasi dari berbagai pihak
warga negara Indonesia itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Masyarakat Pribumi dan Non-Pribumi