Negara Integralistik ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

1. Negara Integralistik

Konsep negara Integralistik yang pertama kali diangkat oleh ahli hukum adat yaitu Prof. Mr. Dr. Soepomo. Beliau mengangkat konsep tersebut ketika Indonesia membahas bentuk negara yang akan diterapkan dalam sidang BPUPKI. Kajian tentang negara integralistik tersebut kemudian dipopulerkan oleh Marsilam Simanjuntak dalam skripsinya 56 Pemikiran Soepomo tentang negara integralistik tersebut yang juga memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap penyusunan UUD 1945, terutama ketika Soepomo yang menuliskan konsep Pembukaan UUD 1945. Secara tidak langsung menurut saya sendiri bahwa sedikitnya konsep yang diangkat beliau telah mempengaruhi peraturan yang dijalankan di Indonesia. Pemikiran Soepomo . 57 56 Skripsi dari Marsilam Simanjuntak yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku, lihat juga Marsilam Simanjuntak, Pandangan Negara Integralistik, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1994 yang mempengaruhi Pembukaan UUD 1945 tersebut yang juga konsep negara integralistik tidak jauh dari pengaruh ajaran dari Spinoza, Adam Muller dan juga Hegel. Dalam pemikiran tersebut Soepomo menyampaikan 57 Marsilam Simanjutak, Loc. Cit., hal. 62-63; dalam Brigadir Jendral Polisi Purn. Suntjojo, Manggala BP-7 Pusat, P4 dan UUD 1945 Dalam Bagan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Jakarta: t.p., 1984, hal. 99.; lihat juga http:Halilintar.blogger.com201004perspektif-politik-aliran-setelah-the-religion-of-java.html yang diakses pada 21 April 2010. Universitas Sumatera Utara bahwa, “negara diadakan tidak untuk menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai sebagai persatuan. Negara ialah susunan masyarakat yang integral, segala golongan, segala bagian, dan segala anggota berhubungan erat satu sama lainnya dan merupakan persatuan masyarakat yang organis” 58 Pemikiran Soepomo yang tertuang dalam pidatonya, bila dianalisis lebih jauh akan memunculkan dua sistem pemerintahan yang dapat memunculkan rezim atau sistem pemerintahan yang terdiri dari dua, yakni totaliter dan demokrasi. Bila dipahami lebih lanjut kedua bentuk negara totaliter dan demokrasi terlihat disatukan oleh Soepomo. Namun dalam hal ini tidak murni totaliter seperti halnya yang pernah dijalankan oleh Hitler dan Stalin dimana otoriternya pemerintahan berjalan sangat keras bahkan dapat dikatakan melampaui batas kemanusiaan atas perlakuan kedua pemimpin rezim totaliter tersebut terhadap individu atau . Dalam pidatonya tersebut sekaligus menunjukkan bahwa itu adalah pendapatnya. Pada kutipan pidato diatas pada kalimat akhir menyiratkan dan sesuai dengan argumen beliau bahwa prinsip persatuan antara pemimpin dan rakyat serta rakyat seluruhnya dalam satu negara harus bersatu dan hal ini sesuai dengan aliran pikiran ketimuran. Implementasi dari konsep-konsep negara integralistik yang ada di Indonesia seperti yang diungkapkan oleh Soepomo yaitu dengan munculnya kebijakan politik yang dirasakan langsung oleh masyarakat yaitu anti pluralisme politik ideologis. Hal ini dikarenakan pluralisme politik ideologis dianggap bertentangan dengan paham persatuan masyarakat yang organis disamping itu negara Indonesia juga menyetujui atau menginginkan perpecahan bangsa ataupun disintegrasi bangsa. 58 ___________, Lahirnya PANCASILA Kumpulan Pidato BPUPKI, Yogyakarta: Media Pressindo, 2006, hal 56-80. Universitas Sumatera Utara kelompok yang dianggapnya musuh. Bahkan rasa aman yang dibutuhkan masyarakat dalam sebuah negara yang menganut totalitarisme akan sangat sulit ditemukan karena yang ada adalah rasa teror, selain itu hukum juga tidak mampu mengatasi hal tersebut. Namun dalam pembahasan ini totalitarisme yang seperti dijalankan Stalin dan Hitler bukanlah pembahasan intinya dan yang menjadi analisa disini adalah teori-teori yang dipakai dalam sistem pemerintahan dan yang telah mengalami pembauran dengan sistem pemerintahan demokrasi seperti yang dilakukan oleh Soepomo secara tidak langsung sehingga melahirkan konsep negara integralistik dan yang menjadi inti pembahasan. Selain teotaliter yang terdapat dalam pidato Soepomo, sistem negara demokrasi juga terdapat dalam konsep negara integralistik beliau. Hal ini juga dapat terlihat jelas, contohnya terdapat dalam pidatonya ketika beliau membantah pemikiran Moh. Hatta, dimana beliau memberi ide untuk membentuk negara agama, yaitu negara mayoritas. Soepomo melihat Indonesia merupakan negara yang pluralis otomatis agama juga beragam, jika apa yang diajukan oleh Moh. Hatta maka minoritas tidak dianggap dan hal tersebut secara langsung telah hanya memikirkan kepentingan kelompoknya sendiri dan ini bukanlah juga yang diinginkan oleh bangsa Indonesia termasuk Soekarno karena beliau menginginkan Indonesia menjadi negara yang mampu mengakomodir segala kepentingan masyarakat. Seperti halnya Pada masa Proklamasi Indonesia di mana Indonesia mulai terbentuk, pada pidato Soekarno menegaskan kembali untuk memahami kembali budaya Indonesia 59 59 Kompas, 4 Maret 2001, hal. 31. . Universitas Sumatera Utara Ingat kita ini bukan dari satu adat istiadat. Ingat, kita ini bukan dari satu agama. Bhineka Tunggal Ika, berbeda tetapi satu, demikianlah tertulis di lambing Negara kita, dan tekanan kataku sekarang ini kuletakkan kepada kata bhinna, yaitu berbeda-beda. Ingat kita ini bhinna, kita ini berbeda- beda… Masih ada beberapa hal yang akan dibahas tentang konsep negara integralistik Soepomo yang juga menganut bagian dari sistem negara demokrasi. Dapat disimpulkan lagi bahwa konsep negara integralistik yang menjadi buah pemikiran Soepomo terdiri atas penyempurnaan dari konsep totalitarisme dan juga demokrasi.

2. Totalitarisme