pada hak individu dan kelompok. Rousseau adalah pemikir politik teoritikus demokrasi modern yang pertama. Rousseau percaya bahwa demokrasi langsung
tidak dapat direalisasikan secara langsung. Ia tidak percaya pada partai golongan kelompok penekan. Rousseau hanya melihat pada kesepakatan yang dihasilkan
bersama dengan warga yang disetujui dengan suara bulat. Rousseau menghendaki kekuasaan rakyat dan kesetaraan semua warga. Hal ini terealisasi dari kontrak
sosial yang dimaksudkannya dalam konsepnya sendiri. Rousseau melihat kontrak sosial sebagai bagian dari demokrasi yang
berjalan dengan baik. adanya jaminan akan suatu kebebasan yang terjamin bagi setiap individu. Kontrak sosial mempercayakan keterwakilan pemerintahan pada
individu tertentu yang mampu mewakili rakyat atau warga negara dalam memerintah negara. Sehingga secara tidak langsung kedaulatan rakyat berjalan
melalui kontrak sosial sebagai jaminan dalam negara demokrasi. Selain itu dalam konsep kontrak sosial negara merupakan kehendak umum. Maksudnya di sini
bahwa kepentingan bersama menjadi bagian utama. Sama halnya seperti ketika kontrak sosial disepakati warga negara, segala keputusan di ambil berdasarkan
kepentingan umum dan menghindari adanya kepentingan pribadi.
6.2. Negara Integralistik
Sebagai bangsa yang multietnis dengan berbagai kebudayaan yang dimiliki, kecenderungan adanya konflik antaretnis dapat menghancurkan cita-cita
integritas nasional yang dicita-citakan oleh Indonesia sejak dari awal. Maurice Duverger menyatakan bahwa konflik dan integrasi bukan seharusnya dua
kontradiktif di dalam politik, tetapi saling melengkapi satu sama lain. Fungsi
Universitas Sumatera Utara
negara dan pemerintah dalam menjaga integritas nasional merupakan satu hal yang harus dijalankan oleh pemerintah. Hal ini dapat ditandai dengan jaminan
bagi setiap warga negara baik mayoritas maupun minoritas. Disamping itu berdasarkan Undang-Undang RI setiap warga negara telah memberi jaminan
namun tidak harus lepas tangan. Misalnya kepada etnis Tionghoa yang merupakan salah satu etnis yang dimiliki Indonesia cenderung masih ragu dalam
melaksanakan hak politik mereka. Rendahnya tingkat partisipasi aktif politik mereka disetiap wilayah menjadi bukti. Disamping itu setiap pengurusan bidang
administrasi masih ada pemisahan yang dilakukan oleh birokrasi, dalam hal partisiapasi politik masih adanya streotip pribumi dan non-pribumi yang selalu
mengenai etnis Tionghoa. Dalam hal ini pemerintah perlu mengkaji kembali cita- cita integrasi nasional yang terdahulu. Masalah seperti ini dapat menjadi pemicu
terciptanya disintegrasi nasional. Salah karakteristik sebagai sifat dasar dari suatu masyarakat majemuk
sebagaimana yang dikemukakan oleh van den Berghe yaitu adanya dominasi politik oleh suatu kelompok oleh kelompok-kelompok lainnya
24
24
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Ghalia Indonesia: 2006, hal. 186.
. Etnis Tionghoa sebagai satu etnis yang minoritas dan etnis lainnya memberikan tekanan tersendiri
yang pada akhirnya melumpuhkan sistem demokrasi dalam integrasi nasional. Seperti yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muhler, Hegel pada abad ke -18 dan
19 bahwa yang berpaham negara bukanlah untuk kepentingan individu melainkan menjamin kepentingan masyarakat bersama dalam kesatuan yang disebut negara.
Negara dalam pandangan mereka adalah susunan dari berbagai golongan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang integral yang berbeda dan saling keterkaitan secara erat dan merupakan persatuan masyarakat yang organis
25
25
Moh. Mahfud, Op. Cit., hal. 38.
. Pandangan Soepomo terhadap integritas nasional Indonesia terkonsep
dalam pandangan konsep integralistiknya. Konsep negara integralistik muncul mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan, dan
menghendaki persatuan. Dalam teks pidato Prof. Mr. Dr. R. Soepomo tanggal 31 Mei 1945, konsep negara integralistik dikumandangkan pertama kali sebagai
suatu jenis konsep negara dan hal ini menurutnya sesuai dengan pola masyarakat ketimuran terutama masyarakat Indonesia.
Dalam pidato Soepomo secara tersirat bahwa negara tidak terlalu mencampuri semua urusan masyarakat tetapi tetap berperan dalam kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini negara tetap harus berupaya menjaga persatuan seperti konsep Hegel yang dianutnya dalam teori negara organis. Sama halnya dalam
teori negara organis, konsep negara integralistik menjaga kesatuan dari setiap komponen di dalam negara tersebut. Seperti halnya pada satu tumbuhan organis
yang didalamnya terdapat berjuta-juta sel demi mendukung pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tersebut, maka setiap sel harus membentuk sistem yang
saling mendukung dan tumbuhan tersebut harus mampu merangkum seluruh sel tersebut. Demikian halnya yang dilihat Hegel yang kemudian dikembangkan oleh
Soepomo. Indonesia dengan berbagai komponen masyarakat yang berbeda harus mampu merangkum semua dalam satu sistem pemerintahan yang utuh demi
tercapainya cita-cita bangsa.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya konsep negara integralistik yang sedikit banyaknya menyerap pemikiran dari pemikir Hegel. Namun dalam hal ini Soepomo
mengadaptasikan konsepnya ke dalam sistem yang dianut Indonesia. Hal ini dapat dilihat ketika memilih penguasa negara dilakukan dengan cara pemungutan suara
secara dengan demokratis. Artinya bahwa masyarakat memiliki ruang publik yang bebas dalam menentukan aspirasi mereka. Masih terkait permasalahan ini, konsep
negara integrelistik tidak harus sepenuhnya diserap dan perlu adanya penyesuaian dengan konsep demokrasi yang juga berjalan agar dapat terhindar dari adanya
otoriter atau totaliternya penguasa negara. Bila ditinjau lebih dalam konsep negara integralistik merupakan rancangan yang tidak menyalahi. Seperti konsep dari
pemikir Hegel, John Locke dan Montesquieu bila disesuaikan dengan aspirasi masyarakat maka semuanya itu dapat berjalan seimbang dengan bentuk negara
yang demokrasi tanpa menghilangkan peran, hak dan kewajiban setiap komponen negara.
7. Metodologi Penelitian
7.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian kualitatif, penekanan pada deskriptif dan analisis. Metode ini dapat digunakan untuk mengunkap dan
memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikit pun mungkin belum diketahui. Metode ini member rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkap
oleh metode kuantitatif. Disamping itu, metode ini dapat dipergunakan untuk menyelidiki lebih dalam konsep-konsep atau ide-ide
26
26
Ansem Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Tata Langkah dan Teknik-teknik Teorisasi Data, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 5.
.
Universitas Sumatera Utara