Sejarah Negara KONSEP NEGARA

Soepomo, tetapi juga Muhammad Yamin dan Soekarno. Para founding fathers berdebat panjang lebar dalam menentukan bentuk negara, mengingat bahwa konstitusi memang sangat penting dan bentuk negara menjadi hal utama dalam peraturan, yaitu pasal pertama. Hal ini juga mengingat pilihan bentuk negara tersebut akan terimplementasi ke dalam pasal-pasal lain. Pada saat sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau sidang BPUKI yang dihadiri diantaranya Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Ir. Soekarno dan anggota sidang lainnya, para founding fathers menyampaikan ide-ide mereka tentang pilihan bentuk negara melalui pidato-pidato yang mereka bacakan di depan sidang. Diantaranya mereka yang berpidato yaitu Mr. Muhammad Yamin sendiri pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada dua hari berikutnya tanggal 31 Mei 1945 dilanjutkan oleh Prof. Dr. Mr. Soepomo dan terakhir pidato oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang juga dikenal dengan lahirnya Pancasila.

3. KONSEP NEGARA

3.1. Sejarah Negara

Sejak kapankah ada istilah negara mulai ada? Hal ini menjadi pertanyaan kapan tepatnya konsep negara muncul yang belum terjawab dengan detail dan pada akhirnya dipakai di hampir semua negara yang ada di dunia ini, terutama negara Indonesia sendiri. Pemikiran tentang negara pertama kali muncul pada bangsa Yunani Kuno tepatnya di Athena 29 29 Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 1980, hal. 12. pada sekitar abad ke-5 sebelum Masehi. Kemudian muncul lagi pertanyaan, apa yang menyebabkan timbulnya pemikiran untuk membuat Universitas Sumatera Utara negara? ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut: 30 1. Adanya sifat agama yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan sebagai kaidah kanon. 2. Keadaan geografi negara tersebut yang menjuruskan kepada perdagangan dan perantauan sehingga bangsa Yunani sempat bertemu dan bertukar pikiran dengan bangsa-bangsa lain. 3. Bentuk negaranya, yaitu Republik-Demokrasi, sehingga rakyat memerintah sedikit dengan tanggung-jawab sendiri. 4. Kesadaran bangsa Yunani sebagai kesatuan. 5. Empat faktor diatas sebelumnya menjadikan orang-orang bangsa Yunani sebagai orang-orang ahli pikir dan bernegara. 31 Pemikiran Socrates yang banyak diungkap oleh muridnya, Plato bahwa bentuknya negara Yunani kuno masih merupakan suatu Polis. Pada awal terbentuknya hanyalah sebuah benteng yang berada di sebuah bukit. Kemudian orang lain yang ingin hidup aman menggabungkan diri dengan tinggal disekeliling benteng tersebut dan minta perlindungan yang pada akhirnya perluasan wilayah benteng tersebut pun terjadi. Kemudian kelompok inilah yang berikutnya disebut Polis. Jadi negara pada waktu itu tidak lebih dari sebuah kota kecil saja. Polis tersebut bukan saja mengatur kehidupan polis itu tetapi juga kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu Polis dianggap identik dengan masyarakat, dan 30 Ibid., hal. 12-13. 31 Lihat juga Jhr Dr. J.J. Von Schmid; Ahli-ahli Pemikir Besar tentang Negara dan Hukum, terjemahan Mr. R. Wiratno dan Mr. Djamaluddin Dt. Singomangkuto, P.T. Pembangunan, Djakarta, 1954, hal. 10. Universitas Sumatera Utara masyarakat dianggap identik dengan negara organisasi yang masih berbentuk Polis itu. 32 Ada berbagai tafsiran para ahli mengenai pengertian negara. Pada dasarnya awal terbentuknya negara merupakan atas kesepakatan sekumpulan masyarakat pada satu wilayah teritorial mereka. Negara menjadi organisasi yang berfungsi sebagai sarana dalam menciptakan kesejahteraan ditengah-tengah masyarakat tersebut. Namun Protagoras, seorang tokoh Sofis, mengatakan bahwa negara dicipta oleh manusia itu sendiri. 33 Kehidupan manusia yang sendiri cenderung mendapat gangguan dan kesulitan yang belum tentu dapat diselesaikan sendiri sehingga sekumpulan manusia tersebut menyadari hidup sendiri sangat sulit dan disaat membentuk kelompok, gangguan dan kesulitan dapat diminimalisir. Berbeda lagi dengan Plato bahwa kesulitan bukan hanya dari luar kelompok tetapi dari dalam kelompok itu juga. 34 Sejak ilmu politik mengalami perkembangan yang sangat pesat, negara menjadi salah satu objek kajian yang penting. Namun, memasuki akhir tahun 1950-an sampai dengan 1970-an, konsep negara sempat hilang dimana konsep kelompok kepentingan, partai politik, perilaku politik, kepemimpinan, analisis kebijakan dan pembangunan politik lebih menarik perhatian para akademisi. 35 Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik yang merupakan organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara juga menjadi alat dari masyarakat yang memiliki kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia serta 32 Soehino, Loc.cit., hal. 15. 33 J.H. Rapar, Filsafat Politik Plato, Jakarta: Rajawali Pers, 1991, hal. 61. 34 Ibid, hal. 62. 35 Ramlan Surbakti, Perspektif Kelembagaan Baru Mengenai Hubungan Negara dan Masyarakat, Jurnal Ilmu Politik. No. 14, 1993, hal. 3. Universitas Sumatera Utara masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. 36 Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai dimana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan maupun oleh negara itu sendiri. Dengan demikian negara dapat mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial dari masyarakat ke arah tujuan bersama. Oleh karena itu, tugas negara adalah: 37 1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial atau bertentangan satu sama lain supaya tidak terjadi antagonisme yang membahayakan. 2. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan- golongan ke arah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya. Negara menentukan bagaimana kegiatan asosial-asosial kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan diarahkan kepada tujuan nasional. Pada akhirnya apa yang disebut negara selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan hingga pada titik klimaks kesempurnaan apa yang disebut negara. Berikut adalah pandangan konsep negara dari sudut pandang beberapa ahli: 38 1. Plato 427 - 348 s.M. mengatakan, bahwa Negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, ber-evolusi, terdiri dari orang-orang individu- individu. 36 Ramlan Surbakti, Loc.cit., hal. 14. 37 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 39. 38 Samidjo, Ilmu Negara, Bandung: CV. Armico, 1986, hal.28-29. Universitas Sumatera Utara 2. Grotius disebut juga Hugo De Groot 1583 - 1645 mengatakan, bahwa Negara adalah ibarat suatu perkakas yang dibuat manusia untuk melahirkan keberuntungan dan kesejahteraan umum. 3. Thomas Hobbes 1588 - 1679 mengatakan bahwa Negara adalah suatu tubuh yang dibuat oleh orang banyak beramai-ramai, yang masing- masing berjanji akan memakainya menjadi alat untuk keamanan dan perlindungan bagi mereka. 4. J.J. Rousseau 1712 - 1778 mengatakan bahwa negara adalah perserikatan dari rakyat bersama-sama yang melindungi dan mempertahankan hak masing-masing diri dan harta benda anggota- anggota yang tetap hidup dengan bebas merdeka. 5. Karl Marx 1818 - 1883 berpendirian lagi, mengatakan bahwa Negara adalah suatu alat kekuasaan bagi manusia penguasa untuk menindas kelas manusia yang lainnya. 6. Logemann, mengatakan bahwa Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan = pertambatan kerjawerk verband yang mempunyai tujuan dengan kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu masyarakat. Organisasi itu suatu pertambatan jabatan-jabatan ambt, funksi atau lapangan-lapangan kerja werkkring tetap. Berbeda lagi halnya dengan beberapa perumusan mengenai negara berdasarkan beberapa ahli sebagai berikut: 39 39 Miriam Budiardjo, Loc.cit., hal. 39-40. Universitas Sumatera Utara 1. Roger H. Soltau: menurutnya bahwa negara merupakan satu sarana untuk mengatasi masalah bersama berdasarkan wewenang yang dimiliki. 40 2. Harold J. Laski: mengemukakan bahwa negara merupakan satu kumpulan masyarakat yang bersatu atau terintegrasi disamping memiliki kekuasaan yang bersifat memaksa dan sah diatas kepentingan individu ataupun kelompok dalam masyarakat tersebut. 41 3. Max Weber berpendapat negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. 42 4. Robert M. MacIver mengatakan bahwa negara merupakan satu bentuk organisasi untuk menertibkan masyarakat melalui peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang dipilih oleh masyarakat dan dipercayakan masyarakat dalam suatu wilayah. 43 Dari beberapa pengertian ataupun pandangan para ahli mengenai konsep negara dapat diterjemahkan bahwa negara merupakan satu integrasi masyarakat yang memiliki kekuasaan memaksa menurut aturan hukum yang disesuaikan dengan masyarakat dan dijalankan melalui pemerintah yang dipilih dan dipercaya masyarakat. Adanya kecenderungan memaksa dalam sistem negara tersebut tidak 40 Lihat juga Roger F. Soltau, Au Introduction to Politics London: Longmans, 1961, hal. 1. 41 Lihat juga Harold J. Laski, The State in Theory and Practice New York: The Viking Press, 1947, hal. 8-9. 42 Lihat juga Max Weber, From Max Weber: Essays in Sosiology, trans., ed. And with an introd. by H.H. Gerth and C. Wright Mills. A Galaxy Book, GB 13; New York: Oxford University Press, 1958, hal. 78. 43 Robert M. MacIver, The Modern State London: Oxford University Press, 1955, hal. 22. Universitas Sumatera Utara lebih dalam menciptakan suatu bentuk masyarakat yang ideal dan membentuk negara yang sempurna. Seiring dengan perkembangan negara juga mengalami penyempurnaan di setiap negara.

3.2. Sifat Negara