Kurikulum Sistem Pendidikan di Sakola Kautamaan Istri

lodeh, sayur sop, tumis-tumisan, dan macam-macam sambal, bahasa melayu, mengaji al- Quran, belajar shalat, do’a-do’a, membuat bunga dari kertas kreep. 5. Kelas V : Menjahit membuat taplak meja dari kain strimin, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu alam, ilmu bumi, ilmu sejarah, bahasa Belanda, memasak, mengaji al-Quran dan sembahyang dan sebulan sekali mengisi siaran Radio NIROM Nederland Indische Radio Omroep Maatchaapy berubah menjadi RRI dari pukul 17.00-18.00, anak-anak menyanyikan lagu-lagu Belanda dan Sunda. 6. Kelas VI : Menjahit membuat taplak meja dari kain strimin, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu alam, ilmu bumi, ilmu sejarah, bahasa Belanda, memasak, mengaji al-Quran dan sembahyang dan membuat baju bayi, gurita bayi, membuat tali popok. Raden Dewi Sartika tentunya memiliki alasan tersendiri untuk menentukan materi yang akan diajarkan kepada para anak didiknya. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa pada saat itu gerak langkah kaum perempuan sangatlah terbatas, khususnya dalam memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan. Dengan demikian, diberikannya kesempatan kepada kaum perempuan untuk mengenyam pendidikan, memiliki nilai tersendiri pada masyarakat Indonesia saat itu. Sehubungan dengan itulah, maka Raden Dewi Sartika mengeluarkan kebijakan untuk memperbanyak porsi pendidikan keterampilan wanita hingga 61 . Kemudian, pada tataran yang lebih praktis, dalam perkembangannya banyak diantara para alumni Sakola Kautamaan Istri yang memanfaatkan keterampilan mereka dengan membuka lapangan pekerjaan pada bidang keterampilan wanita, seperti: berdagang saputangan, renda, rok dll, membantu orangtua mereka menghitung uang hasil dagangan, membuka jasa menjahit pakaian, dll. 161 161 Yan Daryono, R. Dewi Sartika, ...., h. 88 71 Berikut adalah prosentase materi pelajaran pada Sakola Kautamaan Istri: Tabel 2. Prosentase Materi Pelajaran Sakola Kautamaan Istri NO MATERI JUMLAH PROSENTASE 1 Umum 7 30 2 Agama 2 9 3 Keterampilan Wanita 14 61 23 100 Dalam kurikulum yang terdapat di Sakola Kautamaan Istri, mata pelajaran yang diberikan tidak hanya ilmu pengetahuan umum saja, melainkan banyak diberikan keterampilan-keterampilan perempuan seperti memasak, menjahit, menyulam dan lain sebagainya yang semua itu membutuhkan praktek langsung sehingga dalam proses belajar mengajar, murid-murid tidak hanya mendapatkan materi-materi pelajaran saja, akan tetapi langsung di praktekkan. Oleh karena itu, Raden Dewi Sartika membuat ruangan khusus untuk mempraktekkan teori-teori pada mata pelajaran keterampilan perempuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pandangan kurikulum Raden Dewi Sartika sama dengan pengertian kurikulum menurut pandangan baru atau modern yang mengatakan bahwa kurikulum adalah bukan hanya sekumpulan mata pelajaran saja, melainkan meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah. Berarti, walaupun Raden Dewi Sartika merancang kurikulum yang ada di Sakola Kautamaan Istri pada tahun 1904, namun padangannya sama dengan orang-orang yang merancang kurikulum pada masa sekarang.

4. Proses belajar mengajar

Proses belajar mengajar di Sakola Kautamaan Istri dilaksanakan di jalan Ciguriang, dan sekarang berganti nama menjadi Jalan Kautamaan Istri. Jam masuk sekolah setiap harinya dimulai pada pukul 07.30 sampai 13.00 WIB, dan 72 istirahat dari pukul 10.00 WIB selama 30 menit. Sebelum masuk kelas, para siswi berbaris terlebih dahulu di depan kelas dengan dua barisan, dan sebelum masuk, guru yang berdiri di depan para siswi berbaris, memeriksa kuku mereka satu persatu. Setiap hari saat mulai pelajaran, buku tulis sudah tersusun rapi dan berada di atas pinggir kiri bangku, sedangkan buku pelajaran atau buku paket, para siswi mendapatkan pinjaman dari sekolah sehingga tidak perlu membelinya. Setiap harinya para siswi memakai pakaian kebaya. 162 Raden Dewi Sartika sebagai kepala sekolah merupakan orang yang sangat berwibawa sehingga semua guru dan murid-murid segan dan patuh kepada beliau. Setiap hari ia berangkat ke sekolah dan tiba sebelum pelajaran dimulai. Semua pekerjaan di sekolah dilakukan dengan gesit, lincah dan cepat. Setelah lonceng berbunyi, dengan memakai pakaian berupa kain panjang dan kemben, kebaya Sunda, selendang dan sandal selop, beliau segera beraktifitas. Setelah murid-murid masuk ke kelas, ia berkeliling kelas untuk memonitor seluruh proses belajar mengajar di Sakola Kautamaan Istri. Kebijaksanaannya dapat terlihat dari kesehariannya yang tidak pernah menghukum murid-murid ketika ada yang melakukan kesalahan, paling-paling beliau memberi wejangan-wejangan di depan kelas. Jika beliau marah pada seorang murid, beliau tidak memarahi murid yang bersangkutan, tetapi beliau memarahi semua murid dengan wejangan-wejangan sampai murid-murid tidak tahu kepada siapa sebenarnya beliau marah. Tetapi apabila beliau betul-betul marah kepada salah satu murid yang melakukan pekerjaan yang salah, maka beliau memanggil murid itu ke kantor dan disanalah murid itu diberi banyak wejangan, dan murid itu harus berjanji untuk tidak mengulang lagi kesalahannya itu. Apabila ia sedang memberi wejangan kepada murid-muridnya, baik di depan kelas maupun di kantor, tangan kiri beliau selalu ke belakang dan tangan kanan di depan, serta telunjuk tangan kanannya selalu menunjuk ke atas. 163 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Raden Dewi Sartika tidak pernah menghukum murid-murid dengan memukul atau perbuatan fisik lainnya, 162 Yan Daryono, R. Dewi Sartika, ..., h. 124 163 Yan Daryono, R. Dewi Sartika, ..., h. 125 73 bahkan memarahi dengan nada keras pun tidak pernah, yang ia berikan adalah memberikan wejangan-wejangan atau nasehat-nasehat yang selalu mengingatkan kepada murid-muridnya untuk menjadi seorang calon ibu yang baik bagi keluarganya serta agar memiliki akhlak yang mulia dalam pergaulan dengan masyarakat luas. Tidak seperti yang terjadi dalam dunia pendidikan pada beberapa tahun terakhir ini, yang banyak melakukan cara kekerasan fisik ketika ada murid yang melakukan kesalahan. Dalam kesehariannya di sekolah, Raden Dewi Sartika sangat peduli dan perhatian kepada murid-murid di Sakola Kautamaan Istri, hal itu terlihat dengan seringnya ia datang ke kelas-kelas untuk memeriksa murid yang hadir dan memberikan wejangan kepada murid-murid. Bahkan, setelah jam istirahat pun beliau selalu kembali datang ke kelas-kelas, untuk memeriksa jika ada murid yang datang telat ke kelas setelah jam istirahat. Keadaan proses belajar mengajar yang diuraikan di atas, menurut hemat penulis, untuk zaman sekarang belum tentu ada seorang kepala sekolah yang melakukan hal serupa dengan apa yang telah Raden Dewi Sartika lakukan di Sakola Kautamaan Istri. Dalam penyampaian materi pelajaran, setiap harinya setelah materi dalam proses belajar mengajar diberikan, biasanya para siswi langsung mempraktekkannya di ruangan praktek yang berada di sebelah kelas. 164 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, proses belajar mengajar di Sakola Kautamaan Istri, antara guru dan murid tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena disamping guru mengajar, juga murid belajar dan dipraktekkan secara langsung sehingga anak lebih aktif dan kreatif. Oleh karena itu, hasilnya pun murid-murid memiliki berbagai wawasan intelektual yang luas, serta keterampilan-keterampilan yang mendorong perkembangan potensi anak didik sehingga dapat bermanfaat untuk kehidupannya di masa yang akan datang, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat luas. 164 Yan Daryono, R. Dewi Sartika, ..., h. 125 74

5. Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu komponen yang menempati peranan yang tidak kalah penting dengan komponen lainnya dalam proses pembelajaran. Metode merupakan salah satu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam proses ini, seorang guru dituntut untuk menggunakan lebih dari satu metode pembelajaran, jika hanya menggunakan satu metode saja dalam menyampaikan materi pelajaran kepada murid-muridnya, pada umumnya, akan cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan, sehingga anak didik terlihat kurang bergairah karena merasa jenuh dan malas dengan proses belajar mengajar, dan akhirnya tujuan pendidikan pun tidak tercapai. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik, maka seorang guru harus mampu mengembangkan metode pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Berikut ini merupakan metode pembelajaran yang diberikan di Sakola Kautamaan Istri: Tabel 3. Metode Pembelajaran yang Digunakan pada Materi Pelajaran Sakola Kautamaan Istri 165 NO MATERI KATEGORI 1 Berhitung Ceramah dan tanya jawab 2 Menulis Ceramah dan praktek 3 Membaca Ceramah dan praktek 4 Bahasa Belanda Ceramah dan praktek 5 Bahasa Melayu Ceramah dan praktek 6 Budi PekertiAkhlak Ceramah, diskusi, tanya jawab dan praktek 7 Agama Ceramah, diskusi, tanya jawab dan praktek 165 Lihat Yan Daryono, R. Dewi Sartika, ..., h. 128, 130, 133-134 75