Proses Belajar Mengajar Unsur-unsur Pendidikan

Selain itu juga, menurut HAMKA, agar proses pendidikan terlaksana secara efektif dan efisien, maka seorang pendidik dituntut untuk mempergunakan berbagai macam metode. Dengan menggunakan metode tertentu, proses interaksi akan dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik. 60 Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui berbagai metode pembelajaran dalam upaya memberikan materi pelajaran kepada peserta didik. Karena, dengan metode pembelajaran yang kreatif maka peserta didik tidak akan merasa bosan dengan proses belajar mengajar, bahkan ia akan dengan mudah menyerap ilmu pengetahuan yang ia dapat dari pendidik. Selain metode-metode yang telah disebutkan di atas, penulis juga menemukan berbagai metode-metode baru yang sangat bervariasi yang akan menarik perhatian murid sehingga ia akan memiliki kegairahan dalam proses belajar mengajar, diantara metode-metode tersebut ialah, Mind Maping, Card Short, The Power Of Two, Index Card Match, Information Search, Everyone is A Teacher Here, Active Knowledge Sharing, True Or False, Jigsaw Learning dan lain sebagainya. 61 Metode-metode tersebut menampilkan sesuatu yang baru dan menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, namun tentunya hal itu harus disesuaikan dengan materi yang akan diberikan kepada murid. Karena sebagus apapun metode pembelajaran yang dipakai, apabila tidak sesuai dengan materi yang diberikan, maka materi yang semula diharapkan dapat dipahami siswa justru sebaliknya, siswa tidak memahami materi karena kesalahan metode yang diberikan. Oleh karena itu, disini sangat diperlukan peran guru untuk memilih metode yang tepat untuk materi yang diberikan kepada murid dalam proses belajar mengajar. Sehingga pemilihannya disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. 60 HAMKA, Tafsir al-Azhar, jilid 10, h. 7362-7363 dalam Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang Pendidikan Islam, ..., h. 159 61 Melvin L. Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Terj Sarjuli dkk, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, h. vii 25

B. PEREMPUAN

1. Pengertian dan Karakteristik Perempuan

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, perempuan adalah orang manusia yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. 62 Sedangkan wanita digunakan untuk sebutan bagi perempuan dewasa. 63 Dalam judul tulisan ini, penulis menggunakan kata “perempuan’ karena menurut hemat penulis, cakupan makna kata “perempuan” lebih luas daripada kata “wanita”, karena semua yang ada di wanita sudah pasti ada di perempuan, namun yang ada di wanita belum tentu ada di perempuan. Jadi perempuan adalah orang yang memiliki semua sifat yang ada pada wanita. Berbicara mengenai perempuan, tidak terlepas dari sosok perempuan pertama yang diciptakan Allah. Hawa sebagai perempuan pertama lengkap dengan semua sifat-sifat femininnya untuk mengimbangi dan mendampingi Adam yang memiliki segala sifat maskulin. Keseimbangan ini berasal dari sifat Tuhan yang universal, yang memiliki maskulin seperti Mahakuasa, Maha Agung, Maha Hebat, Maha Perkasa dan sebagainya, yang semuanya menunjukkan pada kebesaran, keagungan, kekuasaan serta kontrol dan maskulin. Sebaliknya selain memiliki sifat-sifat di atas, Tuhan juga memiliki sifat-sifat yang lebih menekankan pada feminitas, seperti Maha Indah, Maha Dekat, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Lembut, Maha Pengampun, Maha Pemaaf, Maha Pemberi dan sebagainya. Semuanya dikenal dengan nama-nama keindahan, melembutkan, anugerah, dan rahmat. 64 Sifat-sifat Tuhan yang memiliki sifat maskulin lebih dominan dikategorikan sebagai jantan atau laki-laki. Sebaliknya, bagi yang memiliki sifat feminin lebih dominan dinamakan betina atau perempuan. Dari penciptaanNya itu, Tuhan mengaturnya dengan seimbang, dan tidak ada ketimpangtindihan dalam 62 Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas Media, h. 915 63 Dato Paduka Haji Mahmud bin Haji Bakyr, Kamus Bahasa Melayu Nusantara, Brunei Darussalam: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, 2003, h. 3021 64 Sachiko Murata, The Tao of Islam, Bandung: Mizan, 1999, Terj. Rahmani Astuti dan S Nasrullah, cet ke-VII, h. 31 26 derajat dan martabat manusia. Hanya perbedaan fisiklah yang ada pada diri laki- laki dan perempuan sehingga menimbulkan karakter yang berbeda pula. Perbedaan fisik tersebut misalnya, rambut kepala perempuan tumbuh lebih subur sehingga lebih panjang dan lebih halus dibandingkan rambut lelaki. Akan tetapi, lelaki begitu memasuki usia dewasa, tumbuh rambut pada dagu jenggot di atas bibir kumis, dan tidak jarang pula pada dada. Kerongkongan pun lebih menonjol daripada perempuan. Sedangkan otot-otot perempuan tak sekekar otot-otot lelaki. Lelaki secara umum lebih besar dan lebih tinggi daripada perempuan, tetapi pertumbuhan perempuan lebih cepat daripada lelaki, demikian juga kemampuan berbicaranya. Itu antara lain perbedaan yang dapat diketahui dengan mudah melalui pancaindra. 65 Menurut Murtadha Muthahhari dalam buku M. Quraish Shihab mengatakan bahwa “Kemampuan paru-paru lelaki menghirup udara lebih besarbanyak daripada perempuan, dan denyut jantung perempuan lebih cepat daripada denyut lelaki. Secara umum, lelaki lebih cenderung kepada olahraga, berburu, atau melakukan pekerjaan yang melibatkan gerakan dibandingkan perempuan. Lelaki secara umum juga lebih cenderung kepada tantangan dan perkelahian, sedangkan perempuan cenderung kepada kedamaian dan keramahan. Lelaki lebih agresif dan suka ribut, sementara perempuan lebih tenang dan tentram. 66 Lebih lanjut, pakar Psikologi Mesir, Zakaria Ibrahim dalam buku M.Quraish Shihab, menulis bahwa, “Perempuan memiliki kecendrungan mosokhismemencintai diri sendiri yang berkaitan dengan kecendrungan untuk menyakiti diri berkorban demi kelanjutan keturunan. Kecintaan kepada dirinya yang disertai dengan kecendrungan itu menjadikan perempuan kuasa mengatasi kesulitan dan sakit yang memang telah menjadi kodrat yang harus dipikulnya khususnya ketika haid, mengandung dan melahirkan, serta menyusukan dan membesarkan anak. Karena adanya rasa sakit itu pula, Allah SWT menganugerahkan kenikmatan bukan saja dalam hubungan seks seperti halnya lelaki, melainkan juga dalam memelihara anak-anaknya. Ini berbeda dengan lelaki. Tanpa kenikmatan itu, anak akan terlantar karena suami harus keluar rumah mencari nafkah buat istri dan anak-anaknya. 67 65 M.Quraish Shihab, Perempuan, Jakarta: Lentera Hati, 2005, cet ke-1, h. 8-9 66 M.Quraish Shihab, Perempuan, ..., cet ke-1, h. 10-11 67 M.Quraish Shihab, Perempuan,..., cet ke-1, h. 11-12 27