Rd. Ajeng Kartini Pemikiran Pendidikan Perempuan di Indonesia
terdapat masalah-masalah yang hanya khusus berlaku bagi puteri, dan semua itu harus diberikan oleh wanita.
92
Sehingga dapat dikatakan bahwa perempuan memiliki hak belajar dan mengajar yang sama dengan laki-laki. Bahkan, perempuan juga mampu memiliki
kecerdasan. Seorang perempuan sekalipun hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, namun ia memiliki tanggung jawab sosial atas kesejahteraan masyarakat,
agama, dan tanah airnya. Barangkali, seandainya Rahmah masih hidup ia akan sepakat dengan gagasan masa kini yang menyebutkan bahwa membangun
masyarakat tanpa melibatkan perempuan bagaikan seekor burung yang terbang dengan satu sayap. Mendidik seorang perempuan berarti mendidik semua
manusia. Karena, sebagaimana diyakini oleh banyak orang, pendidikan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi upaya memodernisasi suatu masyarakat.
Maka, atas bantuan Persatuan Murid-murid Diniyah School yang didirikkan oleh kakaknya, Labay, Rahmah mendirikan Madrasah Diniyah khusus
untuk putri pada tanggal 1 Nopember 1923. Mulanya terdapat 71 orang murid yang kebanyakan terdiri dari ibu-ibu rumah tangga yang masih sangat muda.
Pelajaran diberikan tiap hari selama 3 jam di sebuah masjid di Pasar Usang, Padang Panjang dan terdiri dari pelajaran agama serta ilmu alat. Pada tahun 1924,
pindah ke sebuah rumah di dekat masjid dan mulailah diadakan kelas-kelas yang dilengkapi dengan bangku, meja, dan papan tulis. Disamping usaha tersebut,
Rahmah juga mulai mengadakan usaha pemberantasan buta huruf bagi kalangan ibu-ibu yang lebih tua.
93
Visi Rahmah tentang peran perempuan adalah peran dengan beberapa segi: pendidik, pekerja sosial untuk kesejahteraan masyarakat, teladan moral,
muslim yang baik, dan juru bicara untuk mendakwahkan pesan-pesan Islam. Meniru model sekolah modern, Diniyah Putri menawarkan program pendidikan
baik pelajaran umum matematika, biologi, geografi, fisika, dan bahasa Indonesia, mata pelajaran agama fiqh, ushul fiqh, tafsir, tauhid, hadis, musthalah
al-hadis, akhlaq, sejarah Islam, dan sejarah kesenian islam. Diniyah Putri
92
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1982, cet ke-2, h. 62
93
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, ..., cet ke-2, h. 63
42
menawarkan tiga ijazah: satu miliknya sendiri, satu untuk pendidikan sekolah menengah umum, dan satu pendidikan Islam yang diakui pemerintah.
94
Selain sebagai pendidik, Rahmah juga merupakan seorang pejuang. Dialah orang pertama yang mengibarkan bendera merah putih di sekolahnya
setelah mendengar berita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dibawah kepemimpinan Rahmah, Diniyah Putri berkembang pesat. Keberhasilan lembaga
ini mendapat perhatian dan pujian dari berbagai tokoh pendidikan, pemimpin nasional, politikus, dan tokoh agama, baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk
itu pada tahun 1957 Rahmah memperoleh gelar Syaikhah dari Senat Guru Besar Universitas Al-Azhar, Mesir.
95