AMS Algemeene Middelbaresschool PENDIDIKAN PEREMPUAN

Rangga Kartadireja, Raden Danugara, Raden Natanagara, Raden Wira Sudibya, Haji Abdul Kahar, dan Raden Argawijaya. Atas tuduhannya itu, Raden Rangga Somanagara dibuang ke Ternate, yang terlebih dahulu pada tanggal 22 Juli 1893, dimutasi menjadi Patih Afdeling Mangunreja, menggantikan jabatan R.A.A.Martanegara. Sementara jabatan Patih Bandung digantikan oleh Raden Tisnakusumah yang semula menjabat sebagai Patih Sumedang. 124 Sementara itu, ayahnya, yang juga kakek Raden Dewi Sartika, Raden Demang Suriadipraja dibuang ke Pontianak. 125 Sejumlah tokoh lainnya yang terlibat, ada yang dikenakan hukuman buang di sekitar Pulau Jawa, atau menjalani hukuman kurungan selama 20 tahun dan dikenakan kerja rodi untuk kepentingan Gubernemen. Selain diasingkan, harta kekayaan mereka pun disita. 126 Setelah ditinggalkan oleh ayah dan ibunya ke pengasingan, kehidupan Raden Dewi Sartika berubah drastis. Ia tinggal di rumah kakak kandung ibunya di Cicalengka yang bernama Raden Demang Aria Surakarta Adiningrat. Semula Raden Dewi Sartika terbiasa hidup enak dan serba dilayani oleh abdi dalem, setelah ayahnya dibuang, ia harus hidup susah. Perlakuan tidak ramah dan kasar sering dialami oleh Dewi kecil. Raden Dewi Sartika dianggap sebagai anak pemberontak. Siapa pun yang membela atau memperlakukannya dengan baik, akan dianggap sebagai pro pemberontak. Karena alasan itulah, pamannya yang juga patih Cicalengka, memperlakukan dia sebagai abdi dalem atau pembantu di rumahnya. 127 Selain itu, Raden Dewi Sartika dikeluarkan dari sekolahnya, karena pihak sekolah tidak mau menerima anak pemberontak. Akhirnya, Dewi kecil mulai terbiasa dengan pekerjaan yang layaknya dilakukan oleh para pembantu, seperti mencuci, membereskan rumah, menyapu rumah, memasak dan menghidangkannya, serta semua pekerjaan rumah sehari-hari lainnya. Yang membedakan Raden Dewi Sartika dengan abdi dalem lainnya adalah dia dapat 124 Yan Daryono, R. Dewi Sartika,..., h. 35 125 Kosoh, dkk, Sejarah Daerah Jawa Barat, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Investarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1994, h. 162 126 Yan Daryono, R. Dewi Sartika,..., h. 36 127 Meidiana F, Dewi Sartika,..., h. 14 54 membaca dan menulis karena dia pernah bersekolah di Sekolah Kelas Satu Eerste Klasse Inlandsche School di Bandung, sekolah khusus anak-anak Belanda dan anak priyayi. 128 Meskipun sehari-hari ia diperlakukan seperti abdi dalem, tapi pancaran wajahnya tetap memantulkan darah kebangsawanannya. Ibarat kata pepatah, jika terbuat dari loyang meskipun diletakkan di etalase tetap saja loyang. Dan meskipun terbuat dari emas, bila ditempatkan di tempat kotor, tetap saja bernilai emas. Hal demikian dalam bahasa Sunda disebut sorot. Dan sorot itu diyakini tidak bisa dibuat-buat, karena ia adalah anugerah dari Kanjeng Gusti Allah. Nampaknya kecantikan Raden Dewi Sartika mengundang hasrat Raden Kanjun yang sudah beristri, berniat memperistri Raden Dewi Sartika sebagai istri yang kedua. Namun Raden Dewi Sartika menolak secara halus ajakan anak dari istri ketiga pamannya itu. 129 Penolakannya, bukan hanya disebabkan karena tidak menaruh hati pada saudaranya misannya itu, juga karena ia tidak bisa menganut paham poligami, dan tidak ingin merusak rumah tangga orang lain. 130 Setelah Raden Dewi Sartika kembali tinggal dan hidup dengan ibunya di Bandung, tepatnya setelah Raden Dewi Sartika mendirikan Sekolah Istri. Ia kembali dilamar oleh seorang lelaki yaitu dari salah satu anak Pangeran Djajadiningrat melalui utusan yang datang dari Banten yang menemui R.A.Rajapermas. Namun lamaran tersebut ditolak oleh Raden Dewi Sartika, karena menurutnya dirinya tak mungkin bisa menikah dengan pria yang belum dikenalnya dengan baik, dan yang belum tentu mengena dihatinya. 131 Akhirnya, pada tahun 1906 Raden Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata. 132 Raden Agah Kanduruan sendiri merupakan seorang duda beranak dua, namun salah satu anaknya meninggal menyusul 128 Meidiana F, Dewi Sartika,..., h. 16 129 Meidiana F, Dewi Sartika,..., h. 18 130 Yan Daryono, R. Dewi Sartika,..., h. 51 131 Yan Daryono, R. Dewi Sartika,..., h. 64 132 Meidiana F, Dewi Sartika,..., h. 42 55