akhirnya menikah, mereka kembali melanjutkan kehidupan mereka yang terkekang dan tanpa kesibukan.
7
Meskipun kehidupan para perempuan dari kelas sosial yang lebih rendah terlihat  begitu  bebas  dan  keras,  pernikahan  dini  yang  terjadi  dikelas  sosial  ini
sama sering dengan yang terjadi di kelas sosial yang tinggi. Hal  ini  dibenarkan  oleh  seorang  Bupati  Serang  di  awal  1900,  Achmad
Djajadiningrat.  Menurutnya,  pernikahan  dini  dilakukan  untuk  mencegah  seorang perempuan agar tidak menikahi seseorang karena dorongan hatinya belaka, bukan
karena  logika.  Ketika  perempuan  itu  masih  anak-anak,  tentu  saja  mereka  belum memiliki  perasaan  cinta  terhadap  seorang  lelaki.  Namun,  bila  mereka  telah
dewasa, rencana pernikahan dini ini akan sulit karena biasanya si perempuan telah memiliki lelaki pilihan yang ternyata tidak sesuai dengan keinginan orang tuanya.
8
Keadaan sosial tersebut menjadikan kaum perempuan tidak mendapatkan kesempatan  untuk  mengenyam  pendidikan  yang  layak  seperti  halnya  laki-laki,
kecuali  anak  perempuan  dari  golongan  menak  atau  bangsawan.  Sehingga  kaum perempuan  tidak  mampu  hidup  mandiri,  karena  mereka  tidak  mendapatkan  ilmu
pengetahuan  dan  keterampilan-keterampilan,  yang  pada  akhirnya  mereka  hanya mengandalkan  kaum  pria,  dan  mereka  tidak  bisa  berbuat  apa-apa  untuk
melanjutkan kehidupannya lagi jika ditinggalkan oleh kaum pria. Kondisi  masyarakat  yang  masih  terpengaruh  feodalisme  dan  pandangan
tradisional  banyak  merugikan  rakyat  biasa,  juga  di  bidang  pendidikan.  Sehingga sebagian  besar dari  mereka  masih tetap hidup dalam kebodohan. Dalam keadaan
demikian,  tampil  seorang  tokoh  dari  kalangan  menak  yaitu  Raden  Dewi  Sartika, yang  tergerak  pikirannya  untuk  menyebarkan  pendidikan  di  kalangan  rakyat
banyak,  terutama  untuk  kaum  perempuan.  Raden  Dewi  Sartika  mempunyai pandangan bahwa perempuan harus hidup terhormat dan sejajar dengan laki-laki,
7
Onderzoek  naar  de  mindere  welvaart  der  inlandsche  bevolking  op  Java  en  Madoera, penyelidikan  tentang  menurunnya  kesejahteraan  masyarakat  Jawa  dan  Madura,  dalam,  Cora
Vreede-De  Steurs,  The  Indonesian  Women:  Struggles  And  Achievement,  1960,  MoutonCo, s’Gravenhage,  Terj  Elvira  Rosa  dkk,  Sejarah  Perempuan  Indonesia  Gerakan  dan  Pencapaian,
Depok: Komunitas Bambu, 2008, h. 63-64
8
Ahmad  Djajadiningrat,  Herinneringen  Memoar,  1936,  h.  146  dalam  Elvira  Rosa  dkk, Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan Pencapaian, ..., h. 64
4
tanpa  melupakan  kodratnya  sebagai  perempuan.  Kaum  perempuan  harus mengecap  pendidikan  dan  keterampilan  untuk  bisa  hidup  dalam  kehidupan
bermasyarakat,  tanpa  harus  bergantung  kepada  kaum  pria.  Sehingga  ia  mampu berperan aktif untuk memajukan bangsa yang beradab.
Maka  dari  itu,  dengan  bantuan  Bupati  Bandung,  R.A.A.  Martanegara, akhirnya Raden Dewi Sartika dapat mewujudkan cita-citanya dengan mendirikan
sekolah  yang  khusus  diperuntukkan  bagi  kaum  perempuan.  Setelah  Raden  Dewi Sartika  mendirikan  Sakola  Istri  pada  tahun  1904,  anak-anak  gadis  dari  golongan
biasa  bisa  mendapatkan  pendidikan.  Di  sekolah  gadis  pertama  di  Indonesia  ini diajarkan  dasar-dasar  berhitung,  menulis,  membaca,  memasak,  mencuci,
menyetrika,  pengetahuan  agama,  membatik  dan  lain  sebagainya.  Selama  tujuh tahun  sekolah  ini  mengalami  perkembangan  yang  pesat.  Cabang-cabang  sekolah
dibuka  antara  lain  di  Bogor,  Serang,  Ciamis,  Tasikmalaya,  Sumedang,  Cianjur, dan  Sukabumi.  Pada  tahun  1910  sekolah  ini  berubah  nama  menjadi  “Sakola
Kautamaan Istri”.
9
Munculnya  tokoh  pendidikan  kaum  perempuan,  Raden  Dewi  Sartika, telah  menunjukan  kiprah  dan  peran  kaum  perempuan  Indonesia,  tidak  kalah
penting  dan  sangat  strategis  fungsinya  dalam  memacu  dan  mendorong  segala potensi  dan  kemampuan  yang  dimiliki  agar  menjadi  sumbangsih  yang  lebih
bermanfaat bagi diri pribadi maupun orang lain. Bertolak  dari  permasalahan  tersebut  di  atas,  perlu  kiranya  dilakukan
penelitian yang lebih mendalam mengenai eksistensi dan konsep pendidikan bagi kaum  perempuan.  Adapun  tokoh  yang  akan  menjadi  obyek  penelitian  kali  ini
adalah Raden Dewi Sartika, seorang tokoh perempuan pertama di Indonesia dalam memperjuangkan  hak-hak  perempuan  dalam  bidang  pendidikan.  Sehubungan
dengan  itu,  penulis  merasa  tertarik  untuk  menulis  studi  tentang
“Konsep Pendidikan Perem
puan Menurut Raden Dewi Sartika”.
9
Nina  Herlina  Lubis,  Kehidupan  Kaum  Menak  Priangan  1800-1942,  Bandung:  Pusat Penelitian  Kemasyarakatan  dan  Kebudayaan  Lembaga  Penelitian  Universitas  Padjajaran,  2006,
cet ke-1, h. 218
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan  pada  latar  belakang  masalah  tersebut  di  atas,  maka  dapat diidentifikasi beberapa masalah yang akan dimunculkan, diantaranya:
1. Kurangnya  perhatian  masyarakat  terhadap  pendidikan  bagi  kaum
perempuan. 2.
Kurangnya  kesempatan  bagi  anak  perempuan  dalam  mengenyam pendidikan.
3. Kurangnya kesadaran orang tua dalam menyekolahkan anak perempuan.
4. Kondisi  awal  pendidikan  perempuan  di  Bandung  sebelum  Raden  Dewi
Sartika mendirikan Sakola Kautamaan Istri. 5.
Faktor didirikannya Sakola Kautamaan Istri. 6.
Sistem  pendidikan  yang  diterapkan  oleh  Raden  Dewi  Sartika  di  Sakola Kautamaan Istri.
7. Konsep pendidikan perempuan menurut Raden Dewi Sartika.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, berdasarkan keterbatasan yang dimiliki penulis, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti hanya pada “Konsep
Pendidikan Perempuan menurut Raden Dewi Sartika”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan  pada  pembatasan  masalah  yang  dikemukaan  di  atas,  maka perumusan  masalah  pada
penelitian  ini  adalah  “Bagaimana  konsep  pendidikan perempuan menurut Raden Dewi Sartika.?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan perempuan menurut Raden Dewi Sartika.
6
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat  dari  penelitian  ini  adalah  agar  dapat  memberikan  informasi
kepada  sivitas  akademik  pada  khususnya,  dan  masyarakat  luas  pada umumnya  tentang  kiprah  Raden  Dewi  Sartika  dalam  mengemukakan
gagasannya  tentang  konsep  pendidikan  bagi  kaum  perempuan  dan  dapat mengembangkan gagasan-gagasannya serta diharapkan dapat berbuat lebih
dari apa yang telah diperbuat oleh Raden Dewi Sartika. 2.
Diharapkan masyarakat Jawa Barat, dan masyarakat luas pada umumnya dapat mengenal lebih jauh tentang sosok seorang perempuan  pribumi dari
Bandung  yang  berhasil  mengembangkan  konsep  pendidikan  bagi  kaum perempuan di Jawa Barat yaitu Raden Dewi Sartika.
3. Memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan khususnya dalam bidang
pemikiran pendidikan kaum perempuan.
G. Metodologi Penelitian
1. Sumber dan Jenis Penelitian
Penelitian  ini  merupakan  penelitian  eksplorasi.  Penelitian  ini  dilakukan untuk  melakukan  pengujian  yang  didasarkan  atas  pengalaman-pengalaman  masa
lampau.
10
Oleh  karena  obyek  penelitian  ini  difokuskan  pada  masalah-masalah yang  berkaitan  dengan  dunia  sejarah  pendidikan,  maka  pendekatan  yang
dilakukan adalah pendekatan sejarah pendidikan.
11
Adapun  sumber  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  sumber tertulis.
12
Sumber  tertulis  ini  diperoleh  melalui  sumber  buku,  makalah,  dan karangan-karangan. Sumber tertulis tersebut diperoleh dari Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, Perpustakaan Umum Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung,  Perpustakaan  Daerah  Bandung,  Perpustakaan  Umum  UIN  Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Yayasan Raden Dewi Sartika.
10
J. Supranto, Metode Riset dan Aplikasinya di dalam Riset Pemasaran, Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1974, h. 33
11
Imam  Barnadib,  Arti  dan  Metode  Sejarah  Pendidikan,  Yogyakarta:  Yayasan  Penerbit FIP IKIP, 1982, hal. 51.
12
Lexy  J.  Moleong,  Metodologi  Penelitian  Kualitatif,  Bandung:  Remaja  Rosdakarya, 2004, Cet. XVIII, hal. 13 - 14
7
Selain  itu,  penulis  menemukan  beberapa  dokumentasi  tentang  Raden Dewi  Sartika.  Dari  keseluruhan  dokumen  yang  ditemukan,  menghasilkan  data-
data deskriptif yang cukup berharga dan ditelaah dari segi subjektif serta dianalisis secara induktif.
13
2. Teknik Perolehan Data
Data-data  yang  dikumpulkan  pada  penelitian  ini  diperoleh  melalui Library  research  kajian  pustaka.  Jadi  data-data  yang  dikumpulkan  peneliti
diperoleh  dari  perpustakaan.  Dari  literatur  yang  penulis  gunakan,  terdapat beberapa  data  primer  yang  bisa  dijadikan  sebagai  rujukan.  Selebihnya,  peneliti
menemukan  data-data  melalui  makalah-makalah  yang  didapatkan  dari  Yayasan Raden  Dewi  Sartika  di  Bandung.  Tulisan-tulisan  tersebut  dibaca,  selanjutnya
dianalisis kemudian disimpulkan.
3. Teknik Pengolahan Data
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa sumber dan jenis data yang  diperoleh  pada  penelitian  ini  salah  satunya  adalah  berupa  sumber  tertulis.
Jenis  data  lain  juga  diperoleh  dalam  bentuk  dokumentasi  yang  setidaknya  dapat memberikan  informasi  penting  lainnya  dari  seorang  tokoh  yang  bernama  Raden
Dewi Sartika. Setelah data-data itu diperoleh, peneliti mengolah data-data tersebut dengan cara dibaca dan dianalisis kemudian disimpulkan.
4. Bentuk Laporan
Bentuk  laporan  penelitian  yang  disampaikan,  dikemukakan  dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yakni mendeskripsikan semua data-
data  yang  sudah  diperoleh  dan  dianalisis  sehingga  menjadi  satu  bentuk  kesatuan yang  utuh  dan  menyeluruh  serta  sesuai  dengan  tujuan  penelitian  yang  telah
dirumuskan sebelumnya.
5. Teknik Penulisan
Teknik  penulisan  Skripsi  ini  berpedoman  pada  buku “Pedoman
Penulisan Skripsi”  yang diterbitkan oleh  Fakultas Ilmu Tarbiyah dan  Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ..., h. 14-16.
8
H. Penelitian yang Relevan
Penulis  menemukan  beberapa  tulisan  tentang  Raden  Dewi  Sartika. Diantara  penulis  ialah  Yan  Daryono  denga  judul  R.  Dewi  Sartika  yang  isinya
tentang  latar  belakang  keluarga  dan  pendidikan  Raden  Dewi  Sartika  serta gagasan-gagasannya  dalam  upaya  pemberdayaan  kaum  perempuan  melalui
pendidikan.
14
Nina Herlina Lubis dalam bukunya 9 Pahlawan Nasional Asal Jawa Barat,  isinya  tentang  konsep  pendidikan  perempuan  yang  digagas  Raden  Dewi
Sartika.
15
Meidiana F dengan  judul R. Dewi Sartika, isinya tentang keluarga dan gagasannya  dalam  pendidikan  perempuan.
16
MB.  Rahimsyah.  AR  dengan  judul Kumpulan  Biografi  Pahlawan  Bangsa,  yang  berisi  tentang  gagasan  Raden  Dewi
Sartika yang dituangkan dalam Sakola Kautamaan Istri.
17
Biografi Pahlawan Asal Jawa  Barat  yang  dikarang  oleh  Sultan  Ageng  Tirtayasa  dkk,  yang  berisi  tentang
biografi  Raden  Dewi  Sartika.
18
Buku  karangan  Maria  Ulfah  Subadio  dan  T.O. Ihromi  dengan  judul  Peranan  dan  Kedudukan  Wanita  Indonesia,  yang  berisi
tentang  peranan  Raden  Dewi  Sartika  dalam  memajukan  perempuan  Indonesia melalui  pendidikan.
19
Sejarah  Perempuan  Indonesia  Gerakan  dan  Pencapaiannya oleh Cora Vreede-De Stuers yang diterjemahkan oleh Elvira Rosa dkk, yang berisi
tentang  gerakan-gerakan  Raden  Dewi  Sartika  dalam  upaya  memajukan  kaum perempuan melalui pendidikan.
20
Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat  karya  Nani  Soewondo-Soerasno,  berisi  tentang  Raden  Dewi  Sartika
dalam  peranannya  dalam  memajukan  kaum  perempuan  di  Indonesia.
21
Sukanti Suryochondro dalam bukunya Potret Pergerakan Wanita di Indonesia,  yang berisi
tentang  pergerakan  Raden  Dewi  Sartika  dalam  upaya  memajukan  kaum
14
Yan Daryono, R. Dewi Sartika, Jakarta: CV. Pialamas Permai, 1998.
15
Nina Herlina Lubis, 9 Pahlawan Nasional Asal Jawa Barat, Bandung: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga peneltiian Universitas Padjajajran, 2006.
16
Meidiana F, Dewi Sartika, Jakarta:Bee Media Indonesia, 2010.
17
MB. Rahimsyah. AR, Kumpulan Biografi Pahlawan Bangsa, Surabaya: Serba Jaya
18
Sultan  Ageng  Tirtayasa,  Biografi  Pahlawan  Asal  Jawa  Barat,  Bandung:  CV.  Geger Sunten, 1993.
19
Maria  Ulfah  Subadio  dan  T.O.  Ihromi,  Peranan  dan  Kedudukan  Wanita  Indonesia, Yogyakarta: Gajah Mada University, 1986.
20
Elvira  Rosa  dkk,  Sejarah  Perempuan  Indonesia  Gerakan  dan  Pencapaian,  Depok: Komunitas Bambu, 2008.
21
Nani Soewondo-Soerasno, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat, Jakarta: Timun Mas, 1955.
9