bermanfaat untuk masa depannya  baik untuk dirinya sendiri,  masyarakat, bangsa maupun negara.
c. Kurikulum
Dalam  proses  pembelajaran,  kurikulum  sangat  diperlukan  sebagai pedoman untuk  menyusun target dalam kegiatan  pendidikan. Dengan kurikulum,
seorang  guru  akan  membawa  peserta  didik  ke  arah  sesuai  tujuan  yang  hendak dicapai.
Pengertian  kurikulum  menurut  pandangan  lama  atau  pandangan tradisional  adalah  sejumlah  mata  pelajaran  yang  harus  ditempuh  murid  untuk
memperoleh  ijazah.
45
Menurut  Ahmad  Tafsir,  pandangan  tersebut  tidak  terlalu salah;  mereka  membedakan  kegiatan  belajar  kurikuler  dari  kegiatan  belajar
ekstrakurikuler  dan  kokurikuler.  Kegiatan  kurikuler  ialah  kegiatan  belajar  untuk mempelajari  mata  pelajaran  wajib,  sedangkan  kegiatan  belajar  kokurikuler  dan
ektrakurikuler  disebut  mereka  sebagai  kegiatan  penyerta.  Praktek  kimia,  fisika, biologi, kunjungan ke museum untuk pelajaran sejarah, dipandang mereka sebagai
kokurikuler  penyerta  kegiatan  belajar  bidang  studi.  Bila  kegiatan  itu  tidak berfungsi penyerta, seperti pramuka dan olahraga di luar bidang studi olahraga,
maka ini disebut mereka kegiatan di luar kurikulum kegiatan ekstrakurikuler.
46
Berbeda  dengan  pandangan  lama,  pengertian  kurikulum  menurut pandangan  modern  adalah  kurikulum  bukan  hanya  mata  pelajaran  saja,  tetapi
meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah.
47
Di  dalam  pendidikan,  kegiatan  yang  dilakukan  siswa  dapat  memberikan pengalaman belajar, atau dianggap sebagai pengalaman belajar, seperti berkebun,
olahraga,  pramuka,  dan  pergaulan  selain  mempelajari  bidang  studi.  Semua  itu merupakan pengalaman belajar yang bermanfaat. Pandangan modern berpendapat
bahwa  semua  pengalaman  belajar  itulah  kurikulum.  Atas  dasar  ini  maka  inti kurikulum adalah pengalaman belajar. Ternyata pengalaman belajar yang banyak
pengaruhnya  dalam  pendewasaan  anak,  tidak  hanya  mempelajari  mata-mata
45
Wina  Sanjaya,  Pembelajaran  dalam  Implementasi  Kurikulum  Berbasis  Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008, h. 2
46
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ..., cet ke-7, h. 53
47
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, ..., cet ke-2, h. 4
19
pelajaran,  interaksi  sosial  di  lingkungan  sekolah,  kerja  sama  dalam  kelompok, interaksi  dengan  lingkungan  fisik,  dan  lain-lain,  juga  merupakan  pengalaman
belajar.
48
Oleh  karena  itu,  untuk  memahami  kurikulum  sekolah,  tidak  hanya dengan  melihat  dokumen  kurikulum  sebagai  suatu  program  tertulis,  akan  tetapi
juga  bagaimana  proses  pembelajaran  yang  dilakukan  anak  didik  baik  di  sekolah maupun  di  luar  sekolah.  Hal  ini  harus  dipahami,  sebab  kaitannya  sangat  erat
dengan  evaluasi  keberhasilan  pelaksanaan  suatu  kurikulum,  yaitu  bahwa pencapaian  target  pelaksanaan  suatu  kurikulum  tidak  hanya  diukur  dari
kemampuan  siswa  menguasai  seluruh  isi  atau  materi  pelajaran  seperti  yang tergambar  dari  hasil  tes  sebagai  produk  belajar,  akan  tetapi  juga  harus  dilihat
proses atau kegiatan siswa sebagai pengalaman belajar.
49
Berdasarkan  pengertian  di  atas,  maka  kurikulum  itu  isinya  luas  sekali. Namun  isi  kurikulum  yang  luas  tersebut  menurut  Hilda  Taba  dapat  dirinci
menjadi  empat  komponen  kurikulum  yang  terdiri  dari  tujuan,  isi,  metode  atau proses  belajar  mengajar  dan  evaluasi  yang  merupakan  bagian  integral  dalam
kurikulum  yang  harus  saling  berkaitan  satu  sama  lain.  Komponen  tujuan mengarahkan  atau  menunjukkan  sesuatu  yang  hendak  dicapai  dalam  proses
belajar  mengajar. Tujuan  itu  mula-mula  bersifat umum, dalam operasinya tujuan tersebut  harus  dibagi  menjadi  bagian-
bagian  yang  “kecil”.  Bagian-bagian  itu dicapai hari demi hari dalam proses belajar mengajar, dan tujuan yang kecil-kecil
itu dirumuskan dalam rencana pengajaran yang sering disebut persiapan mengajar. Tujuan  yang  ditulis  di  dalam  persiapan  mengajar  itu  disebut  tujuan  pengajaran,
yang  sebenarnya  adalah  tujuan  anak  belajar  dan  selanjutnya  tujuan  itu mengarahkan perbuatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru.
50
Kemudian  komponen  isi  menunjukkan  materi  proses  belajar  mengajar. Materi isi itu harus relevan dengan tujuan pengajaran. Komponen proses belajar
mengajar  mempertimbangkan  kegiatan  anak  dan  guru  dalam  proses  belajar.
48
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ..., h. 53
49
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ..., h. 4
50
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ..., h. 54-55
20
Dalam  proses  belajar,  anak  sebaiknya  tidak  dibiarkan  sendirian,  karena  hasil belajar  biasanya  kurang  maksimal.  Karena  itulah  para  ahli  menyebut  proses
belajar itu dengan proses belajar-mengajar, karena memang proses itu merupakan gabungan  kegiatan  anak  belajar  dengan  guru  mengajar  yang  tidak  terpisahkan.
Mutu  proses  itu  banyak  ditentukan  oleh  kemampuan  guru  dalam  menguasai  dan mengaplikasikan  teori-teori  keilmuan,  yaitu  teori  psikologi,  khususnya  psikologi
pendidikan,  metodologi  mengajar,  metode  belajar,  penggunaan  alat  pengajaran, dan sebagainya.
51
Adapun  komponen  evaluasi  merupakan  penilaian  untuk  mengetahui berapa  persen  tujuan  pendidikan  dalam  proses  belajar  mengajar  dapat  tercapai.
Hasil  penilaian  itu  biasanya  berupa  angka,  yang  dinyatakan  sebagai  angka  yang dicapai  siswa.  Feed  Back  yang  diperoleh  dari  penilaian  banyak  juga.  Dari
penilaian itu kita mengetahui pencapaian tujuan. Jika terdapat tingkat pencapaian rendah,  maka  harus  memeriksa  proses  belajar  mengajar,  karena  bisa  saja  ada
kekurangan  dalam  proses  belajar  mengajar  tersebut.  Mungkin  isi  kurang  relevan dengan  tujuan.  Bahkan  mungkin  harus  merevisi  rumusan  tujuan,  atau  mungkin
rumusan kurang jelas, terlalu dalam, terlalu luas. Atau mungkin kita harus melihat lagi teknik dan alat evaluasi, mungkin teknik dan alatnya kurang tepat, istilahnya
kurang  valid  atau  kurang  reliabel.  Jadi,  mengevaluasi  sebenarnya  mengevaluasi pencapaian  tujuan,  mengevaluasi  isi,  mengevaluasi  proses,  dan  megevaluasi
evaluasi  itu  sendiri,  dengan  kata  lain,  mengevaluasi  adalah  mengevaluasi kurikulum itu sendiri.
52
Keempat komponen tersebut bisa saja berubah sejalan dengan perubahan kurikulum  yang  ditetapkan  pemerintah.  Misalnya  komponen  tujuan  akan  sesuai
dengan situasi kondisi pada saat kurikulum ditetapkan. Jadi, wajar apabila tujuan kurikulum  berbeda  tiap  kurikulum  mengalami  perubahan.  Diantara  faktor
penyebab perubahan kurikulum tersebut ialah pertama, perluasan dan pemerataan
51
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ..., h. 55
52
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ..., h. 55-56
21
kesempatan  belajar,  kedua,  peningkatan  mutu  pendidikan,  ketiga  relevansi pendidikan dan keempat efektifitas dan efisiensi pendidikan.
53
d. Proses Belajar Mengajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental  dalam  setiap  penyelenggaraan  jenis  dan  jenjang  pendidikan.  Oleh
karena itu berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun
di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Secara institusional, belajar dipandang sebagai  proses  “validasi”  atau  pengabsahan  terhadap  penguasaan  siswa  atas
materi-materi  yang  telah  ia  pelajari.  Adapun  pengertian  belajar  secara  kualitatif tinjauan  mutu  ialah  proses  memperoleh  arti-arti  dan  pemahaman  secara  cara-
cara  menafsirkan  dunia  di  sekeliling  siswa.  Belajar  dalam  pengertian  ini difokuskan  pada  tercapainya  daya  pikir  dan  tindakan  yang  berkualitas  untuk
memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
54
Menurut HAMKA, agar proses belajar mengajar mampu berperan dalam menciptakan  peserta  didik  yang  memiliki  wawasan  intelektual  yang  luas,  maka
proses  interaksinya  hendaknya  mendorong  perkembangan  potensi  peserta  didik, sehingga ia dapat mengekspresikan seluruh kemampuan yang dimilikinya.
55
Oleh  karena  itu,  dalam  proses  belajar  mengajar  seorang  pendidik  harus mengetahui  bahwa  peserta  didik  adalah  individu  yang  berbeda,  karena  masing-
masing peserta didik memiliki kemampuan baik fisik maupun psikis yang berbeda pula.  Sehingga,  peserta  didik  mampu  mengembangkan  potensi  yang  ia  miliki
untuk mendapatkan pencapaian kedewasaan. Para  ahli  sependapat  bahwa  proses  belajar  mengajar  adalah  sebuah
kegiatan  yang  integral  utuh  terpadu  antara  siswa  sebagai  pelajar  yang  sedang belajar  dengan  guru  sebagai  pengajar  yang  sedang  mengajar.  Para  siswa  dalam
situasi  instruksional  menjalani  tahapan  kegiatan  belajar  melalui  interaksi  dengan
53
Hafni  Ladjid,  Pengembangan  Kurikulum  menuju  Kurikulum  Berbasis  Kompetensi, Jakarta: Quantum Teaching, 2005, h. 7-8