Model Pembelajaran Generatif Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar fisika pada konsep kalor (quasi eksperiment di SMP Aulia Bogor)

him by his teacher, it is highly likely that a student understands sentences that he generates himself”. 15 Model pembelajaran generatif memiliki empat komponen, yaitu proses motivasi the motivational processes, proses belajar the learning processes, proses penciptaan pengetahuan the knowledge creation processes, dan proses generasi the processes of generation. 16 a Proses Motivasi Proses motivasi amat ditentukan oleh minat interest dan atribusi attribution. Menurut Wittrock, persepsi siswa terhadap dirinya yang berhasil atau gagal sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa, sedangkan minat sangat bersifat pribadi dan berasal dari diri siswa sendiri. b Proses Belajar Proses belajar seseorang dipengaruhi oleh rangsangan dan niat. Faktor penting dalam proses belajar adalah perhatian, karena tanpa perhatian, proses belajar tidak akan pernah terjadi. Perhatian dirangsang oleh stimulus eksternal, kemudian siswa secara aktif dan dinamik menyeleksi rangsangan tersebut. c Proses Penciptaan Pengetahuan Proses penciptaan pengetahuan dilandasi pada beberapa komponen ingatan, yaitu hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya, kepercayaan atau sistem nilai, konsep, keterampilan strategi kognitif, dan pengalaman. Ingtan berfungsi untuk menerima, mengkode, dan menyimpan informasi. Sementara itu, diantara lima komponen ingatan tersebut, maka hubungan antar konsep diformulasikan, dan kebermaknan dapat terbentuk sebagai pengetahuan seseorang. Dalam hal ini, hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya oleh seseorang sangat berpengaruh terhadap proses belajarnya. d Proses Generasi Pada dasarnya, pada saat proses konstruksi pengetahuan, siswa menggenerasikan hubungan antara berbagai bagian informasi yang mereka 15 Paulina Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka,2001, hal.79 16 Ibid, hal. 79-82 peroleh dari pengalaman mereka. Siswa kemudian mereorganisasi, mengelaborasi, dan merekonseptualisasi informasi untuk membentuk pengetahuan. Dalam model pembelajaran generatif, guru memiliki tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengajarkan kepada siswa bahwa belajar dengan pemahaman adalah ’generatif learning’. 2. Mengajarkan kepada siswa bahwa kesuksesan di sekolah bermula dari percaya diri pada kemampuan diri sendiri dan menghargai usaha. 3. Mengajarkan kepada siswa untuk mengikuti proses membangun pemahaman diri instruksi guru. 4. Mengajarkan kepada siswa untuk menggenerasi maksud mengapa mereka harus belajar. 17 Dari penjelasan di atas seseorang guru dapat melakukan hal-hal di bawah ini sebagai bekal awal untuk lebih memahami tentang model pembelajaran generatif ini: a Pelajari apa itu model, prakonsepsi strategi pembelajaran, sikap, dan percaya bahwa kemampuan siswa relevan dengan apa yang diajarkan guru, b Mendesain struktur yang akan mengetahui, kemampuan siswa dalam menghubungkan antara konsep materi dengan model pengetahuan. c Menghubungkan self control strategi agar siswa dapat diketahui kemampuan kognitif dan efektif 18 Ada beberapa hal yang mendapat perhatian khusus dalam model belajar generatif, yaitu motivasi, perhatian, konsepsi awal dan pengalaman belajar. Menurut Osborne dan Wittrock dalam Maria 1999, motivasi serta perhatian siswa merupakan hal penting dalam menentukan keberhasilan belajarnya. Penelitian sebelumnya oleh Rasker dalam Maria, 1999 menemukan beberapa hal yang menyebabkan beberapa hasil belajar IPA masih belum seperti yang 17 Nina Husna, Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, hal. 23 18 Nina Husna, Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, hal. 23-24 diharapkan. Diantaranya karena siswa sering menunjukkan minat dan perhatian yang rendah dalam pembelajaran serta menganggap pelajarannya sebagai sesuatu kejadian yang terisolisir dari pengalaman hidupnya. Model pembelajaran generatif terdiri atas empat fase langkah pembelajaran yaitu: Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Generatif No. Fase Keterangan 1. Eksplorasi Pendahuluan Pada fase ini guru mengeksplorasi dan mengklasifikasi gagasan-gagasan siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari. Prakonsepsi siswa yang tereksplorasi pada fase ini digunakan sebagai titik awal program pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa prakonsepsi siswa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Prakonsepsi siswa yang pada umumnya bersifat miskonsepsi secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah matematis. 2. Pemusatan Pada fase kedua guru melakukan pemusatan yang terarah pada konsep yang akan dipelajari siswa. Guru memberi motivasi kepada siswa dan mengajukan pertanyaan- pertanyaan terbuka kepada siswa. Respon dan gagasan siswa diinterpretasi dan diklarifikasi. Pada pihak lain, para siswa melakukan kegiatan-kegiatan untuk lebih mengenal material-material yang digunakan untuk mengeksplorasi konsep. Di samping itu, para siswa juga mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari, melakukan refleksi, dan mengklarifikasi konsepsinya. Lebih lanjut, para siswa mempresentasikan atau mengkomunikasikan konsepsinya kepada teman sejawatnya melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas 3. Tantangan challenge Pada fase ini guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran untuk mengubah miskonsepsi siswa menuju konsepsi matematis, guru mempertimbangkan dan menghargai semua gagasan siswa, serta tetap mempertahankan suasana diskusi. Pada pihak lain, para siswa mempertimbangkan serta menguji gagasan teman sejawatnya dengan jalan mencari bukri-bukti matematis. 4. Aplikasi Kegiatan guru dalam fase keempat adalah mulai dengan menyajikan soal-soal yang sederhana yang dapat dipecahkan siswa dengan menggunakan konsep-konsep matematis. Lebih lanjut, guru membimbing siswa untuk mengklarifikasi pandangan matematis, dan menunjukkan bahwa pandangan matematis itu dapat diaplikasikan dalam suatu rentang situasi. Pada akhirnya, guru membantu para siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang sulit. 19 Dengan fase-fase pembelajaran diatas, siswa diharapkan memiliki pengetahuan, kemampuan serta keterampilan untuk mengkonstruksikan membangun pengetahuan secara mandiri. Dengan pengetahuan awal prior knowledge yang telah dimiliki sebelumnya dan menghubungkannya dengan konsep yang dipelajari, akhirnya siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. 19 Novi Faizaty, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Generatif Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009, hal 29-30.

3. Hakikat Proses Belajar Mengajar

Setiap manusia dalam kehidupannya pasti belajar, baik itu secara formal maupun belajar non formal. Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap permanen dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak , tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman 20 . Menurut kaum kontruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikempangkan. 21 Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku, serta perubahan-perubahan aspek lain yang dialami individu dalam belajar. Belajar juga merupakan proses pengumpulan atau penghafalan suatu fakta dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, demikianlah sebagian orang menafsirkan arti belajar. 22 Belajar sering dianggap sama dengan menghafal. Kalau orang tua menyuruh anaknya belajar, maka pada dasarnta ia menyuruh anaknya untuk menghafal, yaitu menghafal berbagai materi pelajaran yang akan diujikan Dalam konteks ini belajar adalah mengingat sejumlah fakta atau konsep. Siswa hampir tidak pernah melihat hubungan antara materi pelajaran yang dihafalkannya dengan mamfaat atau kebutuhannya. Pandangan bahwa belajar sama dengan menghafal ada beberapa karakteristik yang melekat yaitu: a. Belajar berarti menambah sejumlah pengetahuan b. Belajar berarti mengembangkan kemampuan intelektual 20 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006, hal. 76 21 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Penelitian, Yogyakarta:Kanisius, 1997,h.61 22 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, h.64 c. Belajar adalah hasil bukan proses 23 Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. 24 Kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan tertentu. b Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. c Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik d Adanya aktifitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. e Aktor guru yang cermat dan tepat f Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing- masing. g Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran h Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk. 25 Hilgrad dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning 1975 mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang- ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. 26 23 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2005, hal 87-88 24 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2002,h.38 25 Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007, h.11 26 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003, h.84 Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Lameto 1987 meliputi: 1 Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang, dan lain-lain. 2 Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar bukan proses yang statis karena terus berkembang secara grandual dan setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis. 3 Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik. 4 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain. 5 Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui belajar. 6 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial. 27 James O. Whittaker dalam Djamarah, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman. 28 Menurut Gagne yang dikutip Nurdin Ibrahim, memaparkan bahwa belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukan kinerja perilaku berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Sementara Witting seperti dikutip oleh Muhibbin Syah mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil 27 Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007, h.10 28 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002 cet ke-1. h.12