b. Konstruktivisme Vygotsky
Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa.
Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-
respon. Faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk perkembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan
keputusan. Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-
tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah
perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum
fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut. Ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yakni pemberian bantuan
kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih
tanggungjawab yang semakin besar setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas
kompleks, sulit, dan realistic dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa diajar sedikit demi
sedikit komponen-komponen suatu tugas yang kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas
kompleks tersebut.
11
11
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Preatasi Pustaka, 2007, hal. 26-27
2. Model Pembelajaran Generatif
Model pembelajaran generatif merupakan pendekatan pembelajaran sains yang intinya bahwa belajar mengkonstruksi pengetahuan sainsnya sendiri dalam
lingkungan belajar konstruktivistis.
12
Menurut Osborne dan wittrock bahwa esensi pembelajaran generatif adalah pikiran atau otak manusia bukanlah penerima informasi secara pasif tetapi
aktif mengkonstruksi dan menafsirkan informasi dan selanjutnya menarik kesimpulan berdasarkan informasi itu. Pembelajaran generatif melibatkan
aktivitas mental berpikir. Mental berpikir seseorang yang telah melakukan pembelajaran akan berkembang sejalan dengan proses belajarnya.
Aktivitas mental oleh Piaget menggunakan istilah ”skema” yang diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang dapat berulang kembali. Hal ini merupakan
struktur kognitif individu yang disesuaikan dengan lingkungan dan
mengorganisasikannya. Sejalan dengan hal ini Skemp 1982 menjelaskan bahwa skema merupakan struktur kognitif, yaitu rangkaian konsep-konsep yang saling
berhubungan yang ada dalam pikiran pelajar. Dalam rangka mengembangkan struktur kognitif, menurut Piaget terjadi
dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru ke dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali pikiran
karena adanya informasi baru sehingga informasi itu punya tempat.
13
Hal ini menunjukkan bahwa di dalam pembelajaran khususnya pembelajaran fisika
diperlukan adanya keaktifan pelajar untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan fisika dalam pikirannya agar skema yang dimilikinya menjadi berkembang.
Dalam melaksanakan pembelajaran generatif, guru perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah guru
mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi
12
IB. Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ISSN 0215-
8250 No. 2 TH. XXXIV April 2001, hal. 50
13
Fahinu, Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar Matematika Pada Mahasiswa Melalui Pembelajaran Generatif, Bandung: Tesis Pascasarjana, UPI, 2002, hal 40-
41.
yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran
mereka timbul perasaan kacau dissonance yang secara psikologis membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka
untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan. b.
Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa
eksperimenpercobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi atau
simulasi, pelatihan
menggunakan tampilan
jamak multiple
representation untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu siswa memperoleh penjelasan yang cukup
memuaskan. c.
Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan soal-soal terbuka open-ended questions, soal-soal kaya konteks context-rich
problems dan pertanyaan terbalik reverse questions yang dapat dikerjakan secara kelompok.
14
Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seseorang siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun
ide tentang suatu fenomena alam atau membangun arti suatu istilah dan juga membangun suatu strategi untuk sampai pada penjelasan tentang pertanyaan
bagaimana dan mengapa. Teori pembelajaran generatif dikemukakan oleh Wittrock dalam
Grabowski, 1996 dengan asumsi bahwa siswa bukan penerima informasi yang pasif, melainkan siswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam
mengkonstruksikan makna dari informasi yang ada disekitarnya, adalah sangat penting bagi guru untuk meminta siswa to generate
’menghasilkan’ sendiri makna dari informasi yang diperoleh, sebagaimana dikemukakan Wittrock dalam
Grabowski, 1996: ” although a student may not understand sentences spoken to
14
Model Pembelajaran Generatif MPG, http:anwarholil.blogspot.com201008pembelajaran- generatif-mpg.html. 29 Agustus 2010, 13:24.