Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Dalam mengajar hendaknya pendidik berupaya menciptakan kondisi belajar dimana peserta didik terlibat secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
untuk memahami konsep-konsep yang dipelajari dalam fisika. Kemampuan peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dapat terwujud jika peserta didik
diberi kesempatan untuk aktif berperan dalam proses pembelajaran. Pendidik belum secara intensif menerapkan rancangan program pembelajaran yang mampu
mengembangkan pengetahuan yang dibangun sendiri oleh peserta didik, pendidik selalu menggunakan metode ceramah yang dianggap paling mudah dalam
menyampaikan bahan pelajaran. Kebanyakan pendidik memfokuskan diri pada upaya penuangan
pengetahuan kedalam pikiran peserta didiknya, sehingga mungkin saja pendidik telah merasa mengajar dengan baik namun peserta didik tidak merasa belajar,
dalam arti tidak terjadi penambahan pengetahuan atau perubahan pada diri peserta didik. Banyak pendidik yang hanya memikirkan bagaimana mengajar IPA dengan
baik, tetapi jarang memikirkan agar peserta didik belajar dengan baik, akibatnya prestasi belajar peserta didik yang merupakan kategori hasil belajar peserta didik
masih rendah. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dianggap
sebagai pelajaran yang paling sulit dan menjadi momok bagi peserta didik. Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-
hari menjadi penyebab mereka cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika, disamping pengajar fisika yang mengajar secara monoton, metode
pembelajaran yang kurang bervariasi, dan hanya berpegang teguh pada buku paket saja.
Tidak adanya praktikum pada pembelajaran fisika, mengakibatkan kesulitan peserta didik yang berakibat rendahnya pemahaman konsep-konsep
fisika dan rendahnya hasil belajar fisika. Dalam kegiatan belajar mengajar pendidik memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena
fungsi utama pendidik adalah merancang , mengelola dan mengevaluasi pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika di SMPMTs, sebagian besar pendidik
kurang inovatif dan kreatif dalam mencari dan menemukan metode pembelajaran
yang dapat merangsang motivasi belajar peserta didik. Disamping itu dalam pembelajaran fisika guru kurang menyajikan demonstrasi, sehingga tidak
menantang siswa berhipotesis, akibatnya jika melihat dugaan maka timbul perasaan kacau yang membuat siswa tidak termotivasi. Guru kurang menantang
kemampuan berpikir siswa dalam hal kegiatan berupa eksperimenpercobaan, sehingga siswa tidak aktif dalam proses belajar. Guru kurang memberikan soal-
soal terbuka yang dikerjakan secara berkelompok. Kemudian sebagian besar pendidik dalam mengajar fisika lebih banyak mengajar konsep-konsep, prinsip-
prinsip, hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada peserta didik, dan pembelajaran fisika banyak dilakukan dengan memberi konsep fisika tanpa
melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa maupun yang ada disekitarnya.
Siswa belajar menghafal konsep dan bukan menguasai konsep, sehingga belajar fisika kurang bermakna dengan tidak terbentuk konstruk konsep fisika
yang benar. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ratna Willis Dahar bahwa salah satu keluhan dalam dunia pendidikan adalah bila dalam
struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan maka informasi baru dipelajari secara hafalan.
4
Pembelajaran dengan cara ini menyebabkan peserta didik tidak berperan aktif, sehingga di dalam pikiran peserta didik tidak
terjadi perkembangan struktur kognitif. Oleh karena itu, metode yang diterapkan pendidik sering membosankan dan kurang merangsang peserta didik untuk
berpikir sehingga hasil belajar fisika siswa masih rendah. Belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana
seseorang peserta didik membangun pengetahuan dalam pikirannya seperti membangun ide atau membangun arti suatu istilah dan juga membangun suatu
strategi untuk sampai pada penjelasan tentang pertanyaan bagaimana, dan mengapa. Model belajar generatif pada pembelajaran sains akan dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dalam hal ini peserta didik mendapat kebebasan dalam mengejukan ide-ide dan masalah serta
4
Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar, Bandung: Erlangga, 1996, hal 114.
mendiskusikan konsep fisika tanpa dibebani rasa takut, serta peserta didik dapat berargumentasi sampai pada penguasaan konsep.
Model pembelajaran generatif dirasa tepat menjadi salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan di atas dalam pembelajaran fisika, karena
dalam model pembelajaran ini siswa tidak hanya dituntun untuk membangun pengetahuan sendiri, tetapi guru diharapkan dapat memberikan suasana emosional
yang positif kepada siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga tujuan akhir pembelajaran dapat tercapai yang ditunjukkan dengan adanya pengaruh hasil
belajar siswa. Penulis mengambil konsep perpindahan kalor, karena dalam konsep ini
siswa dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar dalam kegiatan eksperimenpercobaan, menjawab soal-soal terbuka yang diberikan oleh guru, dan
siswa dituntut untuk aktif membangun pengetahuannya sampai siswa bertanya bagaimana dan mengapa. Untuk itu, konsep ini dirasa tepat pada model
pembelajaran generatif. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik
untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul
”PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA
PADA KONSEP PERPINDAHAN KALOR ”.
B.
Identifikasi Masalah
Dengan melihat masalah yang telah diuraikan sebelumnya dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari
menjadi penyebab siswa cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika 2.
Siswa kesulitan memahami konsep-konsep fisika yang di ajarkan oleh guru 3.
Hasil belajar fisika siswa yang masih rendah 4.
Metode belajar yang digunakan oleh guru didominasi ceramah 5.
Tidak ada praktikum pada pembelajaran fisika