Hakikat Proses Belajar Mengajar

Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Lameto 1987 meliputi: 1 Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang, dan lain-lain. 2 Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar bukan proses yang statis karena terus berkembang secara grandual dan setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis. 3 Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik. 4 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain. 5 Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui belajar. 6 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial. 27 James O. Whittaker dalam Djamarah, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman. 28 Menurut Gagne yang dikutip Nurdin Ibrahim, memaparkan bahwa belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukan kinerja perilaku berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Sementara Witting seperti dikutip oleh Muhibbin Syah mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil 27 Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007, h.10 28 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002 cet ke-1. h.12 pengalaman. 29 Pada definisi yang dikemukakan oleh Witting menekankan pada perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko fisik organisme yang didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat diobservasi langsung. 30 Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan. ia menerima. 31 . Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dan seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, dan proses belajar telah terjadi di dalam diri anak setelah terjadi perubahan. Perubahan dalam diri anak yang dikatakan sebagai hasil proses belajar, jika perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Jadi belajar ditandai oleh dua faktor yaitu adanya pengalaman dan perubahan. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang melalui proses latihan atau pengalaman sehingga terjadi perubahan yang lebih baik sebelumnya. Perubahan itu meliputi pengetahuan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku. Dari sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar menjadi tiga ranah yakni: Kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini, penulis hanya mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja dalam pengaruh model pembelajaran generatif. Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif 29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, h.89 30 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, loc. Cit., h. 89 31 Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta : UIN Press, 2006 cet ke-1, h.14 berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dkk, dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni: a Mengingat C 1 , jenjang mengingat meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya. b Memahami C 2 , jenjang memahami meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis atau sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu ekstrapolasi dan interpolasi, serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. c Menerapkan C 3 , yang termasuk jenjang menerapkan ialah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi konkrit. d Menganalisis C 4 , jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas. e Mensinresis C 5 , yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. f Menghasilkan karya C 6 , kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.

4. Hasil Belajar Fisika

Pendidikan sains atau lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam IPA, seperti pendidikan pada umumnya, memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual anak. Dengan berbagai upaya dilakukan, pendidikan sains senantiasa mengalami pengkajian ulang dan pembaruan untuk mencari bentuknya yang paling sesuai. Menurut hardy dan Fleer pengertian sains dalam perspektif yang lebih luas adalah sebagai berikut: a. Sains sebagai kumpulan pengetahuan, mengacu pada kumpulan berbagai konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam. b. Sains sebagai suatu proses penelusuran investigation, umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berhubungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. c. Sains sebagai kumpulan nilai, berhubungan erat dengan penekanan sains sebagai proses. d. Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia, proses sains dipengaruhi oleh cara dimana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. e. Sains sebagai institusi sosial, sains seharusnya dipandang dalam pengertian sebagai kumpulan profesional, di mana malalui sains para ilmuan dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya yang telah dihasilkan, didanai, dan diatur dalam masyarakat, dikaitkan dengan unsur pemerintah bahkan dipengaruhi oleh politik. f. Sains sebagai hasil konstruksi manusia, pandangan ini menunjuk pada pengartian bahwa sains sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. g. Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh sains. 32 Secara sederhana pengertian fisika ialah ilmu pengetahuan atau sains tentang energi, transformasi energi, dan kaitannya dengan zat. Sebagaimana sains yang lain, fisika juga mengalami perkembangan yang pesat terutama sejak abad ke-19. Oleh karena itu orang membagi fisika dalam fisika klasik dan fisika modern. Fisika klasik merupakan akumulasi dari pengatahuan, teori-teori, hukum- 32 Sumaji, Pendidikan Sains yang Hunanistis, Yogyakarta:Kanisius, 1998, h 144-115 hukum tentang sifat zat dan energi yang sebelum tahun 1900 mengalami penyempurnaan. Fiska modern mempelajari struktur dasar suatu zat, yakni molekul, atom, inti serta partikel dasar. 33 Fisika adalah ilmu tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat diamati oleh manusia. Jadi, jelas bahwa teknik-teknik pengamatan observasi merupakan bagian yang amat penting dalam pengajaran fisika. Manusia memiliki lima indera, tetapi khususnya ilmu fisika yang terutama menggarap benda mati, penglihatan dan pendengaran merupakan dua indera yang paling banyak dipakai. 34 Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Fiska adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian alam serta interaksi antara benda-benda, atau materi-materi di alam ini. Banyak faktor yang dapat membuat pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang lebih tinggi. Namun, satu faktor terpenting untuk hal itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkret sebagai bagian dari pelajaran. Ilmu fisika tidak hanya menggarap gejala dan perilaku alam secara kualitatif, tetapi juga secara kuntitatif. Untuk itu, diperlukan juga unsur kecermatan dan ketelitian, yang menjadi salah satu andalan dari kemahiran pengamatan. Yang dimaksud dengan “pengamatan” di sini bukan hanya pengamatan secara langsung, tetapi juga pengamatan tidak langsung. 35 33 Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, Bandung: Rosdakarya, 2005, h 31 34 Suprapto Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan Tinggi, Jakarta: Pekerti- MIPA, 2001, h.6 35 Suprapto Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan Tinggi, Jakarta: Pekerti- MIPA, 2001, h.7