Langkah-Langkah Humanisasi Pendidikan Pengertian Pendidikan Alternatif

memahami dan menghayati arti toleransi antar umat beragama bila mereka pernah berinteraksi, mengalami dan merasakan perjumpaan dengan orang yang berbeda agama dan keyakinan. c. Learning by exploring and appreciating Melalui media film dan karya seni lainnya, para peserta didik dapat melihat nilai-nilai apa yang dapat dipelajari dan reaksi apa yang muncul pada saat mereka melihat situasi yang ditayangkan di dalam film tersebut. Pada saat melihat adegan kekerasan terhadap orang yang tak bersalah misalnya, apakah dalam diri mereka muncul kemarahan moral atau bersikap indefferent. Rasa kemanusiaan dapat diasah melalui analisis film atau karya seni lainnya. d. Learning by living in Peserta didik diajak untuk tinggal beberapa lama di suatu daerah atau lingkungan untuk mengamati, mengalami, dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Dari situ, mereka dapat mempelajari nilai-nilai yang berlaku, apakah ada sesuatu yang menggetarkan kesadaran dan nuraninya saat tinggal dan berinteraksi dengan dunia luar. e. Problem solving method Sebagaimana yang dikembangkan John Dewey, peserta didik dilatih untuk menyadari bahwa ada persoalan, lalu mengidentifikasi dan memahami persoalan tersebut, menganalisisnya dengan tujuan untuk menggali akar penyebabnya, membuat hipotesis atas jalan keluar yang ditawarkan dan mengujinya ke dalam praksis, apakah jalan keluar yang diantisipasi sungguh- sungguh menyelesaikan persoalan yang dihadapi atau tidak. Melalui metode pemecahan masalah, para peserta didik dipicu kreasi dn imajinasinya untuk menemukan jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya. f. Case study method Melalui metode studi kasus, peserta didik dilatih untuk melihat persoalan- persoalan hidup dari berbagai sudut pandang. Melalui metode ini, peserta didik diajak untuk bekerja sama dan berinteraksi dalam upaya mencari pemecahan atas berbagai persoalan yang dihadapi. Sehingga peserta didik tidak hanya mengetahui dan memahami berbagai teori, tapi juga mahir dalam menggunakan teori dan prinsip-prinsip ke dalam praksis hidup yang konkret. 27

4. Pendidikan Alternatif

Kata alternatif berasal dari bahasa inggris “alternatif” artinya “pilihan atau cadangan”. 28 Dalam konteks ini, alternatif diartikan sebagai pilihan yang lain selain sekolah formal seperti pada umumnya informal. Pendidikan alternatif lahir sebagai kritik atas pendidikan konvensional yang ada di sekolah. Pendidikan di sekolah terlalu monoton, tidak membebaskan bahkan membodohkan. Karena itu, sudah banyak kritik yang dilontarkan untuk pendidikan di sekolah itu. Pendidikan alternatif yang berkembang ada dua kategori. Pertama, yang dikembangkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan diakses oleh 27 Bambang Sugiharto, Humanisme dan Humaniora relevansinya bagi pendidikan. hal.352-353 28 Dhanny R. Cyssco, Kamus English-Indonesia, Indonesia-Inggris. Batavia Press. Jakarta:2006 kelompok marginal terpinggir. Kedua, pendidikan alternatif yang digagas oleh pihak-pihak swasta atau kelompok massa yang berbasiskan agama tertentu yang diakses oleh kalangan tertentu misalnya, sekolah alam. 29 Pendidikan alternatif jenis yang kedua, tentu masih mengandung masalah karena biasanya memungut biaya yang mahal. Sehingga akhirnya, hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja. Sementara kaum marginal tidak. Pendidikan kritis transformatif pada dasarnya adalah model pendidikan yang bersifat kooperatif. Memberikan ruang pada segenap kemampuan peserta didik menuju proses berpikir yang lebih bebas dan kreatif. Sebuah model pendidikan yang menghargai potensi yang ada pada setiap individu-indvidu anak didik. Bentuk pendidikan yang memiliki arah dan tujuan keluar dari kemelut dan problematika internal maupun eksternal yang dihadapi oleh dunia pendidikan nasional. Dalam pendidikan kritis transformatif, ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dikomunikasikan oleh makna narasi atau yang disebut dengan grand narasi. Grand narasi adalah sesuatu yang diklaim sebagai suatu teori yang dapat menjelaskan segala sesuatunya. Konsep pendidikan seperti ini akan membentuk peserta didik sebagai subjek yang akan menentang adanya struktur hierarki ilmu pengetahuan. 30 29 Yusufhadi di Miarrso, Pendidikan Alternatif Sebuah Agenda Reformasi, artikel kuliah Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. 1999 30 Ahmad Makki Hasan, Konsep Pendidikan Alternatif, http:ahmadmakki.wordpress.com20090610konsep-pendidikan-alternatif posted on Juni 10, 2009 at 12:06 pm; diakses pada tanngal 23 April, pukul. 09.39