a. Learning to know : mambantu peserta didik untuk memiliki kemampuan berfikir kritis dan sistematis guna memahami realitas diri, sesama dan dunia.
b. Learning to do : membantu peserta didik untuk mampu menerapkan apa yang diketahui dan dipahami ke dalam praksis untuk mengatasi persoalan-persoalan
yang dihadapi problem solving. c. Learning to be : membantu peserta didik menjadi diri sendiri yang autentik
dan mandiri, berpegang pada prinsip sehingga tidak mudah digoyahkan oleh berbagai kepentingan pribadi dan desakan lingkungan.
d. Learning to live together : membantu peserta didik memahami perbedaan dan keunikan, memahami dunia orang lain, mau berbagi dengan sesama, mampu
menjalin kerja sama cooperative, mengelola konflik secara rasional dan argumentatif. Dari sisi lahir kesadaran dan pemahaman bahwa persatuan
dibangun bukan dengan memangkas perbedaan tapi dengan menghargai perbedaan dan keunikan masing-masing. Peserta didik diharapkan dapat hidup
bersama silih-asih, silih-asih, silih-asuh, memperkukuh jalinan kerjasama, meretas solidaritas lintas batas, mengikis sikap egois, merintis sikap altruis.
e. Learning to learn : menstimulasi peserta didik untuk terus belajar dan mampu memaknai setiap peristiwa dan pengalaman kontras negatif. Pengalaman
kontras negatif mendorong para peserta didik untuk mengembangkan daya kreatif dan imajinatif untuk mengubah situasi tidak manusiawi menuju situasi
yang lebih manusiawi, bebas dan adil.
f. Learning to love : membantu mahasiswa agar mampu mencintai diri sendiri, sesama, Tuhan, dan lingkungan. Disamping itu, peserta didik juga dibantu
mencari, mencintai dan menghayati kebenaran dan kebijaksanaan Bambang Sugiharto, dkk, dalam Humanisme dan Humaniora : 2008
3. Metode Pendidikan yang Berorientasi Pada Perubahan Sikap dan Perilaku
Pendidikan dan penanaman nilai-nilai bukan hanya persoalan knowledge, tapi persoalan bagaimana pengetahuan tentang nilai tersebut dapat dibatinkan dan
dijadikan milik pribadi yang bersangkutan dan nantinya akan mempengaruhi cara berfikir, merasa dan bertindak seseorang. Dalam kaitannya dengan itu, ada beberapa
metode yang dapat digunakan, yakni: a.
Learning by doing and exposure : Jenis belajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan kuliah lapangan,
kunjungan museum dan kunjungan sosial. Melalui kegiatan ini, para peserta didik diajak langsung di lapangan, mengamati dan mendengar apa yang
sesungguhnya terjadi. Kemudian mereka membuat refleksi tentang nilai-nilai apa yang dapat mereka pelajari melalui exposure tersebut.
b. Learning by experiencing
Para peserta didik dilibatkan dalam berbagai kegiatan, baik itu lomba-lomba, kegiatan sosial dan kegiatan keruhanian. Bagaimana peserta didik dapat
memahami dan menghayati arti toleransi antar umat beragama bila mereka pernah berinteraksi, mengalami dan merasakan perjumpaan dengan orang
yang berbeda agama dan keyakinan. c.
Learning by exploring and appreciating Melalui media film dan karya seni lainnya, para peserta didik dapat melihat
nilai-nilai apa yang dapat dipelajari dan reaksi apa yang muncul pada saat mereka melihat situasi yang ditayangkan di dalam film tersebut. Pada saat
melihat adegan kekerasan terhadap orang yang tak bersalah misalnya, apakah dalam diri mereka muncul kemarahan moral atau bersikap indefferent. Rasa
kemanusiaan dapat diasah melalui analisis film atau karya seni lainnya. d.
Learning by living in Peserta didik diajak untuk tinggal beberapa lama di suatu daerah atau
lingkungan untuk mengamati, mengalami, dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Dari situ, mereka dapat mempelajari nilai-nilai yang berlaku,
apakah ada sesuatu yang menggetarkan kesadaran dan nuraninya saat tinggal dan berinteraksi dengan dunia luar.
e. Problem solving method
Sebagaimana yang dikembangkan John Dewey, peserta didik dilatih untuk menyadari bahwa ada persoalan, lalu mengidentifikasi dan memahami
persoalan tersebut, menganalisisnya dengan tujuan untuk menggali akar penyebabnya, membuat hipotesis atas jalan keluar yang ditawarkan dan
mengujinya ke dalam praksis, apakah jalan keluar yang diantisipasi sungguh-