hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang berkaitan. Dalam proses triangulasi ini, penulis membandingkan hasil wawancara antara beberapa peserta SPC dengan
LSM jaringan, yakni LSM Kalyanamitra.
E. Kajian Pustaka
Setelah penulis melihat dan membaca karya-karya ilmiah sebelumnya, penulis mendapatkan modul LSM KAPAL Perempuan yang memang khusus membuat
modul tentang pendidikan alternatif ini. Modul pendidikan tersebut berjudul Modul Pendidikan Adil Gender untuk Perempuan Marginal seri pendidikan feminis yang
disusun oleh team dari KAPAL Perempuan, yaitu Lily Pulu, Yanti Muchtar, Fitriani Sunarto dan Salbiyah.
Modul ini dibuat sebagai upaya untuk memperkuat gerakan pendidikan perempuan. Sebagai aplikasinya, dibuatlah model pendidikan untuk perempuan
marginal di perkotaan dan pedesaan. Modul ini bisa dibilang sebagai rangkuman hasil penerapan Sekolah Perempuan yang pernah diterapkan di Kampung Jati dan
Ciliwung sejak 2003 Pulau Nain, Sulawesi Utara 2005. Pendidikan ini disebut Pendidikan Adil Gender PAG untuk Perempuan Marginal. PAG ini mencoba untuk
mengintegrasikan proses peningkatan pemikiran kritis, keahlian hidup, dan pengorganisasian perempuan di komunitas.
Selain itu, penulis mendapatkan tesis yang berjudul “Tinjauan Feminisme Poskolonial tentang Kesadaran Kritis dan Otonomi Perempuan Indonesia: Studi
Kasus Pendidikan Feminis KAPAL Perempuan untuk Pemimpin Lokal di Manado,
Sulawesi Utara”, yang ditulis oleh Misiyah, program studi Sosiologi, Universitas
Indonesia 2005. Penelitian dalam tesis ini berangkat dari pertanyaan : Seberapa efektif Pendidikan Feminis mampu menumbuhkan kesadaran kritis dan otonomi
perempuan jika ditinjau dari perspektif feminisme kolonial? kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut bahwa, pendidikan feminis ternyata efektif mampu
memperkuat kesadaran kritis atas ketertindasan perempuan, khususnya otonomi terhadap tubuh perempuan. Selain itu, pendidikan feminis juga mampu mendorong
aksi-aksi transformatif yaitu melakukan advokasi kebijakan PERDES dan Pendidikan Adil Gender PAG dengan perspektif feminisme dan pluralisme bagi perempuan
marginal di komunitas masing-masing. Aksi-aksi ini merupakan manifestasi dari tumbuhnya kesadaran kritris. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan “positif”
antara kesadaran kritis dan aksi-aksi trasnformatif. Hampir sama dengan penelitian di atas tesis Misiah yakni sama-sama ingin
melihat bagaiamana pendidikan feminis itu dalam menumbuhkan kesadaran perempuan. Yang membedakan adalah paradigma yang diapakainya. Penelitian
pertama menggunakan paradigma kritis, sementara dalam peneliian penulis menggunakan pendekatan kualitatif biasa. Selain itu, tempat pelaksanaannya, yakni
yang satu di Menado dan yang lain di Jakarta. Dalam tinjauan sosiologis tentu saja akan berbeda hasilnya, karena dalam kajian tentang perempuan, setiap kejadian
adadlah peristiwa yang tunggal dan butuh analisis tersendiri.
F. Pedoman Penulisan