Indonesia hingga saat ini masih bias gender. Akibatnya perempuan yang dirugikan dengan gambaran-gambaran streotipe itu. Ketiga, pendidikan formal di Indonesia saat
ini, belum menjawab kebutuhan spesifik perempuan. Misalnya, pemahaman tentang hak-hak reproduksi perempuan di tempat kerja, trafficking, kekerasan dalam rumah
tangga dan sebagainya.
33
B. Model pemberdayaan Perempuan
1. Model Pemberdayaan
Model adalah pola contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan Departemen P dan K, 1984:75. Jadi, dalam hal ini, model pemberdayaan
adalah pola, acuan atau contoh yang digunakan dalam proses pemberdayaan atau pengorganisasian masyarakat.
Model-model pemberdayaan masyarakat dengan mengacu pada model Rothman dan Tropman dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel. 2 Model-Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat menurut Rothman dan
Tropman 1987 Model A
Pengembangan Masyaraka
Lokal Model B
Perencanaan Sosial
Model C Aksi Sosial
33
Adriana Venny; Pendidikan Alternatif:Jawaban Atas Masalah Perempuan; Jurnal Perempuan; No. 442005.hal.5
1. Kategori tujuan tindakan
terhadap masyarakat
Kemandirian; pengembangan
kapasitas dan
pengintegrasian masyarakat
tujuan yang
dititik beratkan pada
proses- process goals
Pemecahan masalah
dengan memperhatikan
masalah yang
penting yang ada pada masyarakat
tujuan dititikberatkan
pada tugas task- goals
Pergeseran pengalihan
sumber daya dan relasi kekuasaan,
perubahan institusi
dasar task
ataupun process goals
2. Asumsi mengenai
struktur komunitas
dan kondisi
permasalahannya Adanya anomie
dan “kemurungan”
dalam masyarakat;
kesenjangan relasi
dan kapasitas dalam
memecahkan masalah secara
demokratis; komunitas
berbentuk tradisional statis.
Masalah sosial
yang sesungguhnya;
kesehatan fisik
dan mental,
perumahan dan
rekreasional. Populasi
yang dirugikan;
kesenjangan sosial;
perampasan hak, dan
ketidakadilan.
3. Strategi perubahan dasar
Pelibatan berbagai
kelompok warga dalam
menentukan dan memecahkan
masalah mereka sendiri.
Pengumpulan data yang
terkait dengan masalah,
dan memilih serta menentukan
bentuk
tindakan yang
paling rasional.
Kristalisasi dari
isu dan
pengorganisasian massa
untuk menghadapi
sasaran yang
menjadi “musuh” mereka.
4. Karakteristik taktik
dan tekhnik
perubahan Konsensus;
komunikasi antar kelompok
dan
kelompok kepentingan
dalam masyarakat
komunitas; diskusi
kelompok. Konsensus
atau konflik
Konflik atau
kontes; konfrontasi; aksi
yang bersifat
langsung negosiasi.
5. Peran praktisi
yang menonjol Sebagai
Enabler-katalis, koordinator,
orang
yang meng-‘ajar’-kan
keterampilan memecahkan
masalah
dan nilai-nilai etis.
Pengumpul dan
penganalisis data, pengimplementasi
program, dan
fasislitator Aktivis, advokat,
agiator, pialang, negosiator,
partisan.
6. Media peru
bahan Manipulasi
kelompok kecil yang
berorientasi pada terselesaikannya
suatu
tugas small
task oriented
groups Manipulasi
organisasi formal dan
data yang
tersedia. Manipulasi
organisasi massa dan proses-proses
politik.
7. Orientasi terhadap struktur
kekuasaan Anggota
dari struktur
kekuasaan yang bertindak
sebagai kolaborator,
dalam
suatu “ventura” yang
bersifat umum Struktur
kekuasaan sebagai “pemilik”
dan ‘sponsor’
pendukung Struktur
kekuasaan sebagai
sasaran eksternal
dari tindakan
yang dilakukan;
mereka yang
memberikan “tekanan”
harus dilawan
dengan memberikan
“tekanan” balik. 8. Batasan definisi
sistem klien
dalam komunitas konstituensi
Keseluruhan komunitas
geografis Keseluruhan
komunitas atau
dapat pula suatru segmen
dalam komunitas
termasuk komunitas
fungsional Segmen
dalam komunitas.
9. Asumsi mengenai
kepentingan dari kelompok-
Kepentingan umum
atau pemufakatan
dari berbagai
Pemufakatan kepentingan atau
konflik Konflik
kepentingan yang sulit dicapai kata
mufakat;
kelompok di
dalam suatu
komunitas. perbedaan
kelangkaan sumber daya.
10. Konsepsi mengenai
populasi klien
konstituensi Warga
masyarakat Konsumen
pengguna jasa “korban”
11. Konsepsi mengenai peran
klien Partisan
pada proses
interaksional pemecahan
masalah Konsumen
atau resipien penerima
pelayanan Employer,
konstituen, anggota.
Sumber: Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Mayarakat dan Intervensi Komunitas, Fakultas ekonomi UI, Jakarta:2003.
Rothman dan Tropman menggambarkan perbedaan dari model A, B dan C dilihat dari 11 variabel utamanya, yaitu:
1. Kategori tujuan tindakan terhadap masyarakat Ada dua tujuan utama yang terikat dengan pengorganisasian masyarakat yang
pertama lebih mengacu pada “tugas” task; dan yang lainnya lebih mangacu pada “proses”. Kategori tujuan yang berorientasi pada tugas task goal
menekankan pada penyelesaian tugas-tugas mereka atau pun pemecahan masalah yang menganggu fungsi sitem sosial seperti penyediaan sistem
layanan; penyediaan jenis layanan yang baru: pembuatan terobosan dalam bidang perundang-undangan sosial; dan lainnya. Sedangkan tujuan yang
berorientasi pada perluasan dan pemeliharaan sistem yang bertujuan untuk memapankan relasi kerjasama antar kelompok dalam suatu komunitas;
menciptakan struktur pemecahan masalah komunitas; menciptakan struktur