Kondisi Sosio-Ekonomi Peserta SPC

konstruk yang masih dipegang oleh mereka. Olehnya itu, dibutuhkan sebuah proses penyadaran terlebih dahulu sebelum melangkah ke perbincangan-perbincangan selanjutnya. Hal di atas adalah sesuatu yang umum dimengerti. Karenanya, KAPAL Perempuan sebagai pihak fasilitator menggunakan strategi sekaligus metode dengan menerapkan Pendidikan Adil Gender PAG sebagai acuan. Dalam PAG ini ada tiga elemen penting yang sekaligus dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar ini. 63 Pertama, dimulai dengan proses penyadaran kritis, yakni membongkar dekonstruksi nilai-nilai patriarkis yang telah mengakar di masyarakat serta menumbuhkan kesadaran baru yang lebih setara dan adil. Tanpa kesadaran bahwa perempuan memiliki otonomi, tidak mungkin ada perjuangan perempuan untuk membebaskan diri dan masyarakat dari ketertindasan. Kedua, pengorganisasian dan pengembangan kepemimpinan perempuan. Perjuangan untuk membebaskan diri dari ketertindasan tidak mungkin berhasil jika perempuan tidak mampu mengorganisir diri mereka dan mengembangkan kepemimpinan di kalangan perempuan sendiri. Dengan begitu, akan terbentuk organisasi yang solid dengan pemimpin-pemimpin yang kuat pula. Ketiga, peningkatan keahlian hidup. Sebagai akibat dari budaya patriarki, selama ini sebagian besar perempuan cenderung diam dengan kondisinya, yang pada gilirannya membuatnya menjadi miskin dan bodoh. Oleh karena itu, dibutuhkan proses yang dapat membantu perempuan untuk meningkatkan keahlian 63 Selengkapnya dapat dilihat di Modul Pendidikan Adil Gender PAG Untuk Perempuan Marginal, Tim penyusun dari KAPAL Perempuan Lily Pulu, Yanti Muchtar, Fitriani Sunarto, Salbiyah. Jakarta : KAPAL Perempuan ACCES-AusAid, 2006 . hidupnya dengan mendorong perempuan agar mampu berjuang mensejahterahkan dirinya. Pengalaman hidup sebagai perempuan digali dari setiap anggota dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang memudahkan mereka, dan juga membuatnya nyaman untuk melakukannya. Kita tahu bahwa berbicara masalah perempuan, terlebih menyangkut hal-hal yang sangat sensitif seperti masalah reproduksi perempuan dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam keluarganya adalah, sesuatu yang biasa dianggap aib sehingga tabu untuk dibicarakan di depan umum. Metodologi yang digunakan di SPC ini adalah pendidikan feminis yang menggunakan pendekatan pendidikan partisipatif, yakni proses pembelajaran dilakukan dua arah, dialogis, terbuka, dan saling menguatkan. 64 Hal ini sesuai dengan model pendidikan yang dipopulerkan oleh Paulo Freire. Pendekatannya lebih humanis karena berakar dari prinsip dasar kemanusiaan. Beberapa metode dan pendekatan itu adalah : 1. Silsilah keluarga Metode ini digunakan untuk membuka fikiran peserta SPC bahwa selama ini hampir semua nama keluarga yang masih melekat di fikirannya adalah keturunan dari garis Ayah. Sehingga ketika diminta untuk menuliskan silsilah keluarga dari garis Ibu, mereka mengalami kesulitan. Hal ini diakui oleh ibu Musriah ketua SPC : 64 ibid, hal.44 “iya juga ya, biasanya selama ini kita cuma sering denger nama bapak. Jadinya hampir lupa dengan keluarga dari Ibu”. Tak heran bila di beberapa daerah seperti di Sulawesi, nama ayah dilekatkan di belakang nama anaknya. Di tempat lain, kita juga tentu sering mendengar nama suami dilekatkan di belakang kata istri, sehingga kadang-kadang orang- orang lebih mengenalnya dengan sebutan Ibu Handoko, misalnya, yang notabene adalah nama suaminya. Dalam konteks inilah, peserta mulai dibiasakan untuk mengingat kembali nama-nama keluarga yang berasal dari Ibu agar terjadi keseimbangan bahwa ada dua keluarga yang berhubungan dalam hidupnya. 2. Diorama Dalam tekhnisnya, Para ibu-ibu diminta memerankan perbedaan antara pembagian upah antara laki-laki dan perempuan. melalui peran-peran seperti ini, mereka bisa belajar dan memahami bahwa ternyata di dalam pembagian upah pun perempuan dan laki-laki masih dipisahkan. 3. Menggambar Dalam metode ini, ibu-ibu diminta perkenalan dengan menggambar tentang diri mereka masing-masing. Jadi mereka dibagikan kertas lalu diminta mengambar tentang kelemahan dan kekurangannya masing-masing. 4. Analisis Film