Bagaimana metode yang digunakan yang digunakan dalam proses belajar-mengajarnya?

mau terbuka, masih malu. Baru-baru ini aja mbak, saya terbuka. Karena istilahnya kan masalah keluarga biar saya yang tahu sendiri. Ара saja yang dipelajari di sekolah perempuan Ciliwung? Jawab : Banyak pelajaran di sekolah. Selain belajar tentang jender, kesehatan reproduksi, dan lain-lainnya, kita juga punya koperasi. Jadi kita belajar tentang bagaimana mengelola uang. Ini juga bisa membantu semua anggota SPC yang pengen minjem uang buat modal usaha. Ada juga bayar rekening listrik, nanti dari situ ada keuntungannya buat disimpan di kas sekolah. Semenjak jadi pengurus, saya kalau jadi fasilitator masih kurang pede percaya diri. Tapi kalau keterampilan saya bisa dan hobi juga sih. Jadi selain belajar kan kita juga bisa menghasilkan nilai ekonomi. Selain sekolah in class ара saja kegiatan-kegiatan SPC? Jawab : Sekolah 2 minggu sekali, biasanya Senin dan Selasa. Mulai jam 1 sampe jam 3 siang. Terus, hari Rabu itu khusus perkumpulan pengurus untuk ditraining dari KAPAL. Terus ada lagi yang buta aksara pertemuannya setiap malam Minggu mulai jam 7 sampe jam 9 malam. Tapi, kira-kira pertengahan 2009 itu kan musim hujan jadinya nggak pernah sekolah di kelas lagi. Selain banjir, tempat juga nggak ada. Kita kan belajarnya di lorong-lorong jalan atau di pinggir kali Ciliwung. Waktu itu, anggota SPC juga pada sibuk ngurusin rumahnya masing- masing. Pengurus juga Sibuk nyediain dapur umum.Makanya sekolahnya nggak keurus dulu. Selain itu, kegiatannya ya, ngikut kalau ada undangan-undangan ke Kalyanamitra dan Migran care. Kayak demo juga. Bagaimana metode yang digunakan dalam proses belajar- mengajarnya? Jawab : Biasanya kita gambar, nyaiiyi, drama. Tapi kalau drama kita nggak pernah diajarin khusus, cuma waktu itu kita pernah tampil main drama waktu ada cara KAPAL. Terus, waktu acara pendidikan juga. Kita cuma dibilangin kalau nanti tampil yah., rtiain drama, tema-nya tentang ini..., selebihnya kita sendiri yang bikin naskahnya, nunjuk siapa-siapa aja yang kan main. Tapi ternyata waktu tampil, kata orang KAPAL, bagus kok..sambil tertawa. Bagaimana Model pembelajarahnya? Jawab: Kita kalau ngumpul di sekolah, selalu diskusi. Jadi kalau ada anggota atau siapapun yang ada masalahnya ya..kita ottlongin bareng-bareng, terus kita kasi ittasUkan-niasukan bagaimana solusinya. Semua ngomong satu-satu, nggak boleh ada yang malu. Begitupun, fasilitator juga ikut ngomong. Makanya, itulah untungnya kalau kita berkelompok, ada yang negabantuin nyelesaiin masalah. Bagaimana hubungan anatara fasilitator, pihak RTRW dengan ibu-ibu SPC? Jawab: Baik semua. Fasilitatornya baik-baik. Mereka juga udah kayak keluarga. RTRW juga kan sering diudangan kalau ada acara. Misalnya, kalau ada tamu, mereka yang nyambut gitu. Justru dengan adanya Sekolah Perempuan Ciliwung ini, RT ini merasa terbantu, misalnya kalau banjikan kita yang ngadain dapur umum untuk korban yang sebagainnya juga para anggota. Hasil Wawancara Ibi-ibu Sekolah Perempuan Ciliwung PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 1. Umum a. Nama Informan : Nurjannah b. jenis Kelamin Informan : Perempuan c. Umur Informan : 43 tahun d. Pekerjaan Informan : Buruh nyuci e. Tanggal Wawancara : 17 Juni dan 28 Juli 2010 f. Tempat Wawancara : Warungjati, Kalibata g. Waktu Wawancara : 12.00-13.00 Wib. 2. Pendidikan Alternatif dan Model Pemberdayaan a. Bagaimana Ibu tahu tentang sekolah perempuan Ciliwung dan kenapa tertarik untuk bergabung? Jawab : Diajak mbak Indri yg pertama kali datang mendata peserta SPC. Tertarik aja pengen tahu. Awalnya sih, agak ragu juga soalnya banyak isu-isu, kayak isu kristenisasi, isu-isu bahwa kita akan melawan suami. Tapi karena pengen tau, yah.. .ikutlah bergabung.

b. Bagaimana pandangan ibu tbntang sekolah perempuan Ciliwung

ini? Jawab : Adanya SPC ini sangat bermanfaat, nambah pengetahuan. Lebih percaya diri, banyak pengetahuan, Sejak gabung di sekolah perempuan, saya udah bisa ngasih pandangart ke suami. Apa-apa biasanya didiskusikan. Dia juga nggak sembarang melarang keluar kalau saya mau pergi. Kalau dulu kan harus pamit kadang-kadang nggak dikasi izin. Di sekolah kan kita berkumpul, semua menceritakan tentang dirinya dan keluarganya. Awalnya sih, iya masih malu-malu waktu itu. Tapi waktu itu kan ada yang namanya silsilah keluarga salah satu metode belajar. Nah, diceritain deh keturunan dari garis perempuan. Misalnya, saya punya nenek, terus ibu, terus saya, dan saya juga punya anak. Setelah itu, satu- satu peserta SPC cerita tentang kondisi keluarganya masing-masing. Apakah ada kekerasan di dalamnya, atau ара. Jadi, kalau ada beban keluarga bisa dibicarakan dan dibagi di sini, terus mencari solusinya. Saya juga sebelumnya, nggak berani mengeluarkan pendapat, saya minder. Tapi sekarang udah agak enakan dengan kelompok karena kita bisa berbagi pengalaman. Kalau sendiri nggak enak, enakan kelompok. Itulah tujuan adanya sekolah perempuan ini, supaya kita bisa memperjuangkan hak-hak perempuan. Kita sama saja dengan laki-laki. Kita juga semakin mandiri sekarang.