2. Reservoir Environment Lingkungan Manifestasi klinik Secara Umum

Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup survive, maka perlu persyaratan-persyaratan adalah berkembang biak, bergerak atau berpindah dari induk semang, mencapai induk semang yang baru, menginfeksi induk semang yang baru. Kemampuan agent penyakit ini tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting di dalam epidemiologi penyakit infeksi. Setiap bibit penyakit penyebab penyakit mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga dapat tetap hidup.

b.2. Reservoir

Agen yang menular dapat secara normal hidup dan berkembang pada : b.2.1. Reservoir di dalam tubuh manusia Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir di dalam tubuh manusia antara lain, campak measles, cacar air small pox. Typhus typhoid, meningitis, gonoirhoea dan syphilis. Manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier. b.2.2. Reservoir pada binatang Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya adalah penyakit zoonosis. b.2.3. Reservoir pada benda-benda mati Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah.

c. Environment Lingkungan

39 Sebagian besar penyakit infeksi adalah penyakit yang berbasis lingkungan. Sanitasi lingkungan yang buruk akan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit Universitas Sumatera Utara infeksi. Interaksi antara agent penyakit, tuan rumah manusia dan faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan. Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam-macam misalnya : air sebagai penyebar mikroba patogen, air sebagai sarang insekta penyebar penyakit, atau jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan iar sebagai sarang hospes sementara penyakit.

2.4 Manifestasi klinik Secara Umum

23,24,25 Pada proses penyakit menular secara umum, maka dapat dijumpai berbagai manifestasi klinik sebagai hasil proses penyakit pada individu, mulai dari gejala klinik yang tidak tampak inapparent infection sampai pada keadaan yang berat disertai komplikasi dan berakhir cacat atau meninggal dunia. Ada penyakit yang biasanya tidak tampak secara jelas tetapi dianggap sebagai kelompok penyakit berat karena mempunyai angka kematian yang tinggi atau angka manifestasi klinik berat yang cukup tinggi. Suatu penyakit menular dianggap berat bila penyakit tersebut mempunyai CFR yang tinggi atau apabila sembuh maka sebagian besar penderita sembuh dengan disertai gejala sisa cacat. Penyakit dengan insidensi rendah tetapi CFR yang tinggi seperti rabies, merupakan penyakit yang berat secara perorangan, sedangkan penyakit dengan insidensi tinggi tetapi tidak berat misalnya diare akan memberikan keadaan yang lebih serius sebagai masalah kesehatan masyarakat karena merupakan unsur yang menimbulkan peningkatan kematian populasi secara keseluruhan. Universitas Sumatera Utara Proses infeksi hingga dapat menimbulkan manifestasi klinis tidak dapat dipisahkan dengan mekanisme sistem imunitas hospes. Dengan demikian, penyakit infeksi biasanya merupakan akibat dari interaksi antara agen infeksi yang relatif sangat virulen faktor promotif infeksi dengan hospes normal yang utuh, atau antara agen infeksi yang kurang virulen dengan hospes pada beberapa tingkat gangguan, baik sementara ataupun permanen sehingga melemahkan. Gejala-gejala subjektif seperti mual, nyeri, atau keletihan juga dapat menjadi petunjuk, tanda utama infeksi adalah demam. Suhu antara 96,8 dan 100 F atau 37-38 C dianggap sebagai rentang infeksi lokal menunjukkan inflamasi kemerahan, nyeri tekan, bengkak dan hangat yang meningkat dan kemungkinan demam. Sebagai tambahan mengigil, hipotensi, atau kelam piker menjadi tanda-tanda infeksi. 2.6. Pencegahan Penyakit Infeksi 2.6.1. Pencegahan Primordial

Dokumen yang terkait

Dampak Pernikahan Dini pada Remaja Putri di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupten Batubara Tahun 2014 (Studi Kualitatif)

7 108 107

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara

2 22 59

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 2 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 0 14

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERLAMBATAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTERI DI SLTP KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2010.

0 0 10

5.2 Bella Yanita done

0 0 5

Dampak Pernikahan Dini pada Remaja Putri di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupten Batubara Tahun 2014 (Studi Kualitatif)

0 0 13