Penelitian C.S. Whinie Lestari 2009 yang melakukan analisis terhadapa data Riskesdas 2007 untuk mengetahui dampak status imunisasi pada anak balita di
Indonesia menyebutkan Anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap berisiko 2,4 kali p=0,0001 menderita penyakit campak yang disertai dengan pneumonia, dan
berisiko 2,7 kali p=0,000l menderita penyakit campak disertai dengan diare dan pneumonia dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap.
a.6. Jarak Kelahiran
33
Kematian neonatus paling rendah bila interval antara berakhirnya suatu kehamilan dan mulainya kehamilan berikut lamanya 2-3 tahun. Dengan mengecilnya
interval, akan terjadi kenaikan yang progresif dari kematian bayi. Insiden penyakit diare salah satu penyebab utama kematian anak sampai
umur 2 tahun, di negara berkembang sangat berhubungan dengan cara penyapihan yang kurang baik. Penyapihan ini biasanya dilakukan karena interval kehamilan yang
pendek. Keadaan ini ditambah lagi dengan malnutrisi akan menyebabkan anak sering mengalami infeksi.
a.7. Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor 829MENKESSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang
minimal menempati luas rumah 8m² . Pada satu kamar tidur yang berukuran 8 m², tidak dianjurkan dugunakan oleh lebih dari 2 orang, kecuali pada anak usai dibawah
5 tahun. Kebutuhan minimal ruang per orang dihitung berdasarkan aktvitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi tidur, makan, kerja,
duduk, mandi, cuci, masak, kakus serta ruang gerak lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah
anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk penyakit infeksi.
Hasil penelitian Achmadi 1991 yang melaporkan bahwa anak yang tinggal di rumah padat 10m
2
orang akan mendapatkan risiko ISPA sebesar 1,75 kali dibandingkan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat.
b. Agent
Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah kelompok mikro- organisme, unsur penyebab penyakit menular tersebut juga mempunyai potensi untuk
tetap berusaha mempertahankan diri terhadap faktor lingkungan dalam usaha mempertahankan hidupnya serta mengembangkan keturunannya.
b.1. Pengelompokan Agent
Mahluk hidup sebagai pemegang peranan penting di dalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi :
b.1.1. Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya. b.1.2. Golongan riketsia, misalnya typhus
b.1.3. Golongan bakteri, misalnya disentri b.1.4. Golongan protozoa, misalnya malaria, filarial, schistosoma dan sebagainya
b.1.5. Golongan jamur yakni bermacam-macam panu, kurap dan sebagainya. b.1.6. Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris
cacing gelang, cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup survive, maka perlu persyaratan-persyaratan adalah berkembang biak, bergerak atau berpindah dari
induk semang, mencapai induk semang yang baru, menginfeksi induk semang yang baru.
Kemampuan agent penyakit ini tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting di dalam epidemiologi penyakit infeksi. Setiap bibit penyakit
penyebab penyakit mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga dapat tetap hidup.
b.2. Reservoir