Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder Pencegahan Tersier

Proses infeksi hingga dapat menimbulkan manifestasi klinis tidak dapat dipisahkan dengan mekanisme sistem imunitas hospes. Dengan demikian, penyakit infeksi biasanya merupakan akibat dari interaksi antara agen infeksi yang relatif sangat virulen faktor promotif infeksi dengan hospes normal yang utuh, atau antara agen infeksi yang kurang virulen dengan hospes pada beberapa tingkat gangguan, baik sementara ataupun permanen sehingga melemahkan. Gejala-gejala subjektif seperti mual, nyeri, atau keletihan juga dapat menjadi petunjuk, tanda utama infeksi adalah demam. Suhu antara 96,8 dan 100 F atau 37-38 C dianggap sebagai rentang infeksi lokal menunjukkan inflamasi kemerahan, nyeri tekan, bengkak dan hangat yang meningkat dan kemungkinan demam. Sebagai tambahan mengigil, hipotensi, atau kelam piker menjadi tanda-tanda infeksi. 2.6. Pencegahan Penyakit Infeksi 2.6.1. Pencegahan Primordial 40 Memerangi kemiskinan, sehingga kesehatan lingkungan dapat diperbaiki sehingga penyakit infeksi dapat dicegah. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi pelayanan dasar air bersih, sanitasi, pemukiman, makanan yang saniter, dan lain-lain.

2.6.2. Pencegahan Primer

17,35 Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap penyakit infeksi. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu: a. Meningkatkan daya tahan tubuh yang meliputi perbaikan status gizi, status kesehatan umum, pemberian imunisasi, pemberian ASI. Universitas Sumatera Utara Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan alergi tetapi juga menstimuli perkembangan yang memadai dari sitem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya b. Mengatasimemodifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti meningkatkan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis, peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah, hubungan antar individu dan kehidupan sosial masyarakat. c. Mengurangimenghindari perilaku yang dapat meningkatkan risiko perorangan dan masyarakat.

2.6.3. Pencegahan Sekunder

37 Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang tepat. Upaya yang dilakukan adalah langsung mencari pengobatan yang tepat agar penularan penyakit infeksi tidak menyebar. Pada pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang baru terkena penyakit infeksi. Universitas Sumatera Utara

2.6.4. Pencegahan Tersier

40 Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit infeksi dengan maksud jangan sampai betambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang dapat diakibatkan oleh penyakit infeksi adalah kurang gizi dan kematian. Penyakit infeksi dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama sakit biasanya penderita susah makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan tingkat ketiga ini adalah: usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan penyakit, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Variabel Independen

Dokumen yang terkait

Dampak Pernikahan Dini pada Remaja Putri di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupten Batubara Tahun 2014 (Studi Kualitatif)

7 108 107

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara

2 22 59

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 2 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 0 14

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERLAMBATAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTERI DI SLTP KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2010.

0 0 10

5.2 Bella Yanita done

0 0 5

Dampak Pernikahan Dini pada Remaja Putri di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupten Batubara Tahun 2014 (Studi Kualitatif)

0 0 13