Hasil penelitian Muliki, Muliati 2003 di Puskesmas Puskemas Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru, yang melakukan analisis faktor yang
berhubungan dengan terjadinya penyakit ISPA yang menggunakan desain penelitian cross sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
kejadian ISPA dengan nilai p=0,003 p0,05. Ini berarti balita yang status gizinya rendah memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita ISPA
a.2. Berat Badan Lahir
30,31
Berat badan lahir rendah ditetapkan sebagai suatu berat lahir kurang dari 2.500 gram. Anak dengan Berat Lahir Rendah BBLR akan meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian karena bayi rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran pernafasan.
Bayi dengan berat lahir rendah mempunyai angka kematian lebih tinggi daripada bayi dengan berat lebih dari 2.500 gram saat lahir selama tahun pertama
kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab terbesar kematian akibat infeksi pada bayi yang baru lahir dengan berat rendah, bila dibandingkan dengan bayi yang
beratnya diatas 2.500 gram. Puffer 1983 mengemukakan bahwa angka kematian bayi dengan berat badan
waktu lahir kurang dari 2.500 gram adalah 5 sampai 9 kali lebih tinggi dari bayi dengan berat badan waktu lahir diatas 2.500 gram.
Penelitian Siti Fadilah 2009 yang melakukan analisis terhadap data Riskesdas 2007 untuk mengetahui dampak berat badan lahir terhadap status gizi
menyebutkan bahwa resiko balita dengan berat badan lahir rendah memiliki resiko
Universitas Sumatera Utara
1,002 kali untuk menderita penyakit ISPA dan 1,061 kali untuk menderita penyakit diare daripada balita dengan berat badan lahir normal.
a.3. Status ASI Ekskusif
32,33,34
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. ASI, selain mengandung zat-zat
yang diperlukan untuk pertumbuhan si bayi, juga merupakan makanan bayi yang paling aman, tidak memerlukan biaya tambahan, mengandung zat-zat kekebalananti
infeksi, membantu terjadinya alergi semasa bayi. Kenyataannya pemberian ASI Eksklusif di masyarakat belum dapat
dilaksankan secara maksimal. Hanya sebagian kecil dari masyarakat yang mau dan mampu menerapkan upaya pemberian ASI Eksklusif sebagai satu-satunya makanan
bayi usia 0-6 bulan. Apabila dikaitkan dengan pemberian air susu ibu ASI Eksklusif, saat ini
praktik menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan. Menurut SDKI tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95 ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui
dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8 pada tahun 1997 menjadi 3,7 pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 4 bulan sedikit meningkat dari 52 tahun
1997 menjadi 55,1 pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4 tahun 1997 menjadi 39,5 pada tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu
formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8 tahun 1997 menjadi 32,5 pada tahun 2002.
Universitas Sumatera Utara
Apabila pelaksanaan upaya pemberian ASI Eksklusif tidak berjalan sesuai target maka akan berdampak pada kesehatan bayi. Bayi akan rentan terhadap
berbagai macam penyakit infeksi. ASI sangat bermanfaat karena mempunyai sifat sebagai berikut :
a. Makanan alam natural, ideal dan fisiologis b.Mengandung nutrient yang lengkap dengan komposisi yang sesuai untuk keperluan
pertumbuhan , yaitu pada bulan-bulan pertama berat badan dapat meningkat dengan kira-kira 30 .
c. Nutrient yang diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu yang optimal dan bebas dari basil patogen.
d. Mengandung zat anti dan zat kekebalan lain yang dapat mencegah berbagai penyakit infeksi.
Tingginya angka kesakitan dan gangguan gizi yang diderita oleh Bayi dan anak Balita di Indonesia pada saat ini mempengaruhi kualitas remaja, calon ibu dan
bapak serta sumber daya tenaga kerja 10-20 tahun mendatang. Oleh karena itu apabila kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak tidak diberikan prioritas dan
perhatian khusus maka kondisi bangsa dan negara Indonesia pada tahun 2015-2020 akan semakin terpuruk lagi karena buruknya kualitas SDM.
UNICEF memperkirakan pemberian ASI eksklusif sampai dengan usia enam bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah lima tahun. Perkiraan
75 kematian bayi terjadi pada waktu 28 hari setelah kelahiran, dan 22 kematian bayi baru lahir neonatus yang bisa dicegah dengan menyusui pada satu jam setelah
lahir.
Universitas Sumatera Utara
UNICEF mendukung pelayanan kesehatan terpadu berbasis masyarakat, termasuk mempromosikan pemberian ASI eksklusif, dan dengan para mitranya,
pemerintah dan masyarakat. UNICEF mendukung penyusunan peraturan perundangan nasional mengenai
pemberian makanan bagi anak, meningkatkan pelayanan sebelum dan setelah kelahiran, serta mendukung tersedianya berbagai sumber daya di masyarakat bagi
para ibu baru. Pekan ASI Sedunia pada awalnya dirayakan pada tahun 1992 dan sekarang
diperingati di lebih dari 120 negara oleh UNICEF dan para mitra kerjanya, termasuk World Alliance for Breastfeeding Action Aliansi Dunia untuk Gerakan Pemberian
ASI dan WHO.
a.4. Status Imunisasi