Seperti halnya para buruh pengepul buah kelapa sawit yang ada di Desa Ramin Blok C yang tergabung dalam komunitas yang berenggotakan 3-5 orang. Informasi pekerjaan disampaikan
keseluruh anggota mereka ketika mendapatkan lokasi baru atau yang akan dikepul. Berikut bentuk-bentuk modal sosial yang ada pada komunitas buruh pengepul buah kelapa sawit di Desa
Ramin Blok C Kecamatan Kumpeh Ulu:
4.5.1 Membangun Kepercayaan Pada Buruh Pengepul Buah Kelapa Sawit
Sistem kerja dengan diiringi sistem modal sosial yang tercermin pada kegiatan pengepulan buah kelapa sawit yang didasari atas kerjasama, kepercayaan, jaringan, norma dan
nilai akan memperkuat hubungan yang terjalin dalam masyarakat. Ikatan yang kuat dalam masyarakat akan menghasilkan kepercayaan antar masyarakat menjadi tinggi.
Kepercayaan, tanggung jawab dan kerjasama atau gotong royong menimbulkan sebuah jaringan sosial.Kepercayaan, tanggung jawab yang terus dilaksanakan antar anggota masyarakat
dan berbagai kalangan memberikan kontribusi berupa terciptanya jaringan sosial dengan berbagai pihak.Menurut Puttnamtindakan kolektif yang didasari saling percaya akan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersamahttp:awaliyah.ilmusosial.commaterif-modal-sosial diakses pada
tanggal 25 September 2014 pukul 23: 35 WIB.Seperti halnya buruh pengepul buah kelapa sawit di Desa Ramin Blok C tergabung dalam tiap-tiap kelompok kecil melakaukan kegiatan
pengepulan buah dari kaveling ke tempat penimbangan.Para pemilik buah kelapa sawit memberi kepercayaan sepenuhnya kepada buruh pengepul serta toke atau tengkulak yang
menampung.Kejujuran merupakan modal utama dalam semua kegiatan tersebut mulai dari pemilik, buruh pengepul, serta toke atau tengkulak.Bila terjadi tindakan kecurangan maka
resikonya pemilik mencari kelompok lain atau mencari toke lain bila kecurangan tersebut terjadi pada toke atau tengkulak yang menampung buahkelapa sawit tersebut.Seperti yang dikemukakan
oleh informan buruh pengepul buah kelapa sawit berikut ini: “Kepercayaan sangat penting dan harus dimiliki bagi setiap orang, bila
sekali saja kita membohongi dan membuat kecewa maka pemilik kelapa sawit tidak akan memberikan pekerjaan ini untuk kelompok kami lagi dan
itu akan membuat pendapatan kami menurun. Jadi kami harus saling mengingatkan kepada rekan yang lain untuk senantiasa menjaga
kejujuran yang diberikan oleh pemilik dan tokenya.” Pak Kantri43 tahunlaki-laki
Hal ini pun sesuai yang dikemukakan oleh buruh pengepul buah kelapa sawit berikut ini:
“Menjaga amanah atau kepercayaan itu penting, sebab bila kita lalai atau menyalah gunakan maka orang lain tidak akan percaya lagi kepada
kita.” Pak Paeran50 tahunlaki-laki
Menjaga kepercayaan pula menjadi tanggung jawab toke atau tengkulak yang menampung buah kelapa sawit yang dibawa oleh buruh pengepul buah kelapa sawit.Hasil
observasi di lapangan, biasanya bila toke tidak ada maka buah kelapa sawit yang dibawa mereka ditumpuk dan hanya diberi tanda melalui tulisan berisikan nama serta daerah panenan gambar
halaman 100.Seperti yang dikemukakan oleh informan toketengkulak buahkelapa sawit berikut ini.
“Biasanya bila bapak sedang sibuk atau belum sampai lokasi penimbangan, buah kelapa sawitnya ya ditinggalin begitu saja dengan
diberi tanda lewat tulisan dikayu atau pelepah sawit bertuliskan nama serta lokasi panen. Para pemilik kelapa sawit serta buruh pengepulnya
memberi kepercayaan kepada bapak untuk menimbangkan.” Pak Khobir 54 tahunlaki-laki
Kepercayaan ini menjadi kunci keberhasilan dalam tiap kegiatan didalam komunitas buruh pengepul buah kelapa sawit. Kepercayaan antar anggota satu sama lainnya dalam
komunitas serta munculnya kerjasama akan berdampak pada kesadaran akan tanggung jawab
masing-masing anggota komunitas baik perorangan atau sebagai kelompok, sehingga menjauhkan dari rasa saling curiga, acuh dan sikap saling menang sendiri.Seperti halnya yang
dikatakan Badaruddin dalam Burhan 2012:25 trust atau kepercayaan ditandai dengan kejujuran, toleransi, kemurahan hati serta kewajaran. Berikut ini penjelasannya:
1. KEJUJURAN
Pentingnya kejujuran dalam bekerja akan membantu setiap orang maeraih masa depan menjadi lebih baik. Dalam melakukan pekerjaan, memiliki sifat jujur pada pekerjaan sangatlah
penting. Sifat yang jujur selain membawa pada arah yang baik, juga akan memudahkan dalam melakukan berbagai pekerjaan. Dalam bekerja, kejujuran ini meliputi banyak hal. Jujur yang
dimaksud di sini adalah bila diberi tugas untuk melakukan sebuah tugas, maka harus menjalankannya sesuai perintah dengan tidak melakukan tindakan lain yang bisa merugikan
orang yang memilki pekerjaan tersebut. http:dbagus.compentingnya-kejujuran-dalam-bekerja. Diakses pada tanggal 3 Maret 2015 pukul 00.21 WIB. Dalam proses pengepulan buah kelapa
sawit, kejujuran para diuji karena buah kelapa sawit ditinggal begitu saja oleh pemilik atau buruh panen kelapa sawit. Bisa saja jika mereka tergiur dan mau, buah kelapa sawit dilemparkan
di semak-semak dan dijual beberapa hari kemudian dengan alasan buah ketinggalan. Namun niat dan pemikiran seperti itu tidak terpintas sedikitpun di kepala para buruh pengepul buah kelapa
sawit di Desa Ramin Blok C, karena mereka sadar bahwasannya kejujuran harus menjadi modal utama mereka agar tetap menjaga kepercayaan pemilik kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh informan berikut ini: “Kejujuran sangatlah penting peranannya dalam proses pengepulan
buah kelapa sawit, sebab bila sekali saja kita berbuat curang dan bekerja tidak jujur maka kepercayaan dari pemilik kelapa sawit akan
hilang. Dampaknya pekerjaan pengepulan buah kelapa sawit akan diberikan kepada kelompok lainnya”. Pak Harno55 tahunlaki-laki
Para buruh pengepul buah kelapa sawit yang ada di Desa Ramin Blok C senantiasa menjaga kepercayaan dari si pemilik kelapa sawit, sebab bila saja melakukan hal-hal yang
menyimpang dari sikap jujur maka akan kehilangan pekerjaan mereka dan otomatis pendapatan merekapun berkurang. Pemilik kelapa sawit mempercayakan buahnya kepada buruh dan toke,
toke memberi kepercayaan kepada buruh dan buruh tersebut menjaga amanah yang diberikan oleh pemilik dan toke kelapa sawit. Kepercayaan timbal balik ini mereka jaga agar kepentingan
mereka tidak hilang karena melalaikan kepercayaan tersebut. Seperti skema kepercayaan yang timbal balik dibawah ini :
Kepercayaan trust terjalin erat dan saling timbal balik pada buruh pengepul buah kelapa sawit, pemilik kelapa sawit serta toke atau tengkulak. Mata rantai tersebut dapat saja rusak
apabila salah satu pihak melakukan kecurangan. Misalnya saja penggelapan buah kelapa sawit yang dilakukan oleh buruh pengepul buah kelapa sawit, maka dampaknya toke dan pemilik
kelapa sawit tidak akan memberikan kepercayaan untuk mengepulkan buah kelapa sawit. Hal ini berdampak pada penghasilan mereka dan tingkat kepercayaan masyarakat berkurang terhadap
mereka. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini: Buruh Pengepul Kelapa Sawit
Toke atau Tengkulak Pemilik Kelapa Sawit
Kepercayaan
“ Kasus kehilangan pernah terjadi oleh salah satu warga yang menjual buah kelapa sawitnya kepada bapak, buah kelapa sawitnya susut drastis.
Akibatnya bapak sempat bersitegang dengan warga tersebut, bapak curiganya sama buruh pengepul yang bawa buah kelapa sawit itu.
Setelah sekian lama pengintaian, warga memergoki mereka sedang menyembunyikan buah kelapa sawit disemak-semak. Setelah didesak
mereka mengaku melakukan hal tersebut karena himpitan ekonomi. Masalah tersebut dapat diselesaikan secara kekeluargaan karena berasal
dari keluarga yang kurang mampu dan menjadi tulang punggung keluarga.”Pak Khobir 54 tahunlaki-laki
Kejujuran erat kaitannya dengan menjaga amanah atau kepercayaan dari seseorang. Dalam hal ini para buruh pengepul diberi kepercayaan oleh pemilik kelapa sawit untuk
mengepulkan buah kelapa sawit tanpa harus diawasi oleh pemiliknya. Kepercayaan yang telah diberikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian,
kejujuran dapat diartikan dengan kehati-hatian seseorang atau komunitas memegang kepercayaan. Karena kejujuran merupakan modal utama dalam setiap hal, terutama dalam hal ini
proses pengepulan buah kelapa sawit yang ada di Desa Ramin. Sebab bila sekali saja lalai dan mengabaikan kepercayaan tersebut, maka berkurang sudah atau bahkan hilang rasa kepercayaan
orang lain kepada orang yang telah mengabaikan kepercayaan tersebut.
2. KEWAJARAN
Kewajaran Fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak pemangku kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku http:www.ptkbi.comtata-kelolaprinsip-utamakewajaran.html. Diakses pada tanggal 26
Februari 2015 pukul 17:34 WIB. Kewajaran yang tercermin pada buruh pengepul buah kelapa sawit yaitu menjunjung nilai keadilan dan kesetaraan bagi seluruh anggota di masing-
masing komunitas buruh pengepul buah kelapa sawit sesuai dengan aturan main yang mereka
buat dan disepakati bersama. Rata-rata peraturan yang ada pada tiap kelompok dalam komunitas buruh pengepula buah kelapa sawit sama, salah satunya yaitu gaji dihitung sesuai dengan berapa
kali angkutan bila terlambat datang dan akan dibagi rata jika dilakukan bersama. Hal ini dibuat agar tegaknya keadilan bagi seluruh buruh pengepul buah kelapa sawit. Hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh informan berikut ini: “Bila terlambat datang gaji ya tidak penuh seperti rekan-rekan yang
lainnya. Gaji akan dihitung berapa kali mengepul dalam satu kaveling. Bila telah memasuki proses pengepulan di kaveling yang lain maka gaji
kembali dibagi rata”. Bang Arifin25 tahunlaki-laki
Hal ini sejalan dengan informan berikut ini: “Waktu itu bapak pernah terlambat datang, ketika itu ban sepeda motor
bapak bocor saat meniju lokasi kaveling yang mau dikepulkan. Bapak telfon rekan yang lainnya supaya duluan ngepulkan buah kelapa
sawitnya. Kalau dibilang rugi, ya pasti rugi soalnya ketika sudah siap dan bapak sampai hanya kebagian satu angkutan saja. Jadi gaji untuk
kaveling itu hanya Rp. 25.000 saja. .”Pak Nur50 tahunlaki-laki.
Pada dasarnya prinsip kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya ketidakwajaran ataupun pelanggaran dalam pekerjaan yang dalam hal ini yaitu proses pengepulan buah kelapa
sawit. Bila tidak ada aturan yang dibuat salah satunya pengaturan gaji, bisa saja oknum buruh pengepul yang tidak bertanggung jawab berbohong kalau sepeda motornya mogok atau bocor
bila gaji dibagi rata. Hal tersebut mencoreng sikap trustatau kejujuran. Dengan adanya peraturan dan sikap kewajaran tiap-tiap individu, maka kejujuran dapat ditegakkan dan terasa adil bagi
seluruh anggota komunitas buruh pengepul buah kelapa sawit.
3. TOLERANSI
Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap
toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusia adalah makhluk sosial dan akan menciptakanadanya kerukunanhidup.
https:ultimatesammy.wordpress.com20130323pengertian-sikap-dan-perilaku-toleransi. Diakses pada tanggal 26
Februari 2015 pukul 17:51 WIB.Sikap saling toleransi dicerminkan dalam proses pengepulan buah kelapa sawit yaitu dengan menanti rekan-rekan yang lainnya di
salah satu rumah milik buruh pengepul buah kelapa sawit sembari mengecek kendaraan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan berikut ini:
“Sebelum pergi mengepul buah kelapa sawit singgah dulu ke rumah pak Suwono, sembari menanti pak Harno yang rumahnya lumayan jauh. Bisa
juga langsung berkumpul di kaveling yang akan dikepulkan yang jamnya telah disepakati. Biasanya bila telah sampai kaveling dan jam yang telah
ditentukan, bila ada yang belum datang kami menunggu hingga 20 menit sembari menikmati bekal yang dibawa. Jika belum datang maka kami
langsung memulai pengepulan dan yang terlambat akan menyusul”. Pak Kantri43 tahunlaki-laki
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh informan berikut ini: “Toleransi sangat kami terapkan pada kelompok bapak, salah satunya
bila terlambat datang. Biasanya sebehari sebelum mengepul kami saling mengingatkan jam maupun lokasi kaveling yang akan dikepulkan.
Biasanya bekumpul di rumah pak Bambang, karena rumahnya berada di jalan poros.” Pak Paeran50 tahunlaki-laki
Sikap saling toleransi sangat dibutuhkan dalam setiap hal, tidak terkecuali dalam hal pekerjaan. Kesadaran akan sikap saling toleransi terlihat cukup tinggi pada buruh pengepeul
buah kelapa sawit yang ada di Desa Ramin Blok C, hal initercermin salah satunya dengan menanti rekan mereka yang terlambat datang lebih kurang selama 20 menit, dengan konsekuensi
bila terlambat lebih dari waktu yang ditentukan maka yang lain bekerja dahulu dan upah akan dihitung seberapa angkutan. Dengan adanya sikap toleransi ini, maka terjalinlah hubungan yang
harmonis antar sesama individu dalam komunitas buruh pengepul buah kelapa sawit. Hal ini dapat menetralisir sikap saling iri dan berujung konflik yang tentu akan merugikan mereka
sendiri. Sikap saling toleransi merupakan sebuah media untuk menciptakan kerukunan dan kebersamaan dalam suatu komunitas yang dalam hal ini adalah komunitas buruh pengepul buah
kelapa sawit.
4. KEMURAHAN HATI
Kemurahan hati merupakan suka atau mudah memberi, tidak pelit, penyayang, pengasih, suka menolong, serta baik hatihttp:www.artikata.comarti-341655-murah.html. Diakes pada
tanggal 28 Februari 2015 pukul 09:42 WIB. Salah satu bentuk kemurahan hati para buruh
pengepul buah kelapa sawit di Desa Ramin yaitu sikap saling tolong menolong diantara sesama buruh pengepul buah kelapa sawit di dalam maupun di luar kelompok mereka. Sesuai hasil
pengamatan di lapangan, ada saat bekerja para buruh pengepul buah kelapa sawit selalu bersama dan kendaraan mereka beriringan gambar halaman 93. Hal ini dimaksudkan agar apabila salah
satu kendaraan buruh pengepul buah kelapa sawit rusak atau terjatuh maka rekan yang lainnya cepat memberi pertolongan. Hai ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan berikut ini:
“Setiap kali mengepulkan buah kelapa sawit bapak dan rekan-rekan yang lainnya selalu beriringan, hal ini dimaksudkan jika ada salah satu
kendaraan dari kami seperti mogok, patah rangka bahkan terjatuh dapat dengan segera memberi pertolongan.”Pak Suwono48 tahunlaki-laki
Tidak hanya itu, sikap kemurahan hati terlihat ketika para buruh pengepul buah kelapa sawit beristirahat. Para buruh pengepul saling bertukar bekal yang dibawa, bila ada yang tidak
membawa bekal dengan murah hati buruh pengepul membagi bekal yang dibawanya untukn dimakan bersama-sama. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan berikut ini:
“Biasanya sebelum pergi mengepul buah kelapa sawit, abang sarapan terlebih dahulu di rumah. Bekal tetap abang bawa seperti air minum
rokok, roti atau cemilan yang lainnya untuk dimakan pas istirahat. Bila waktunya istirahat kami saling tukar dan mencicipi bekal yang dibawa
masing-masing, jika ada yang kebetulan tidak bawa ya abang ajak untuk makan bersama.”Bang Sulis27 tahunlaki-laki
Selain itu sikap kemurahan hati pun dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut ini:
“Kalau sedang ada kebutuhan mendadak seperti biaya sekolah anak atau saat sedang sakit dan belum ada uang, biasanya bapak meminjam
uang kepada rekan bapak. Kalau pas ada ya dipinjam kalau tidak ada bapak pinjam ke toke dulu.”Pak Harno55 tahunlaki-laki
Selain itu apabila ada rekan atau keluarga rekan mereka yang sakit, maka rekan yang lainnya datang menjenguk ke rumah atau ke rumah sakit. Seperti yang dikemukakan oleh
informan berikut ini: “Biasanya kalau lama dan dirawat di rumah sakit, bapak mengajak
rekan sekelompok maupun di luar kelompok untuk menjenguk. Seperti saat orang tua dari pak Nur yang sedang sakit.”Pak Kantri43
tahunlaki-laki
Sikap kemurahan hati tidak hanya sekedar memberikan sedekah atau uang seperti dikira sebagian orang. Secara umum kemurahan hati merupakan sikap untuk berbaik hati terhadap
sesama manusia. Penerapan sikap kemurahan hati ini dapat berupa sukarela memberi tenaga, waktu, dan materi untuk keberhasilan tujuan komunitas mereka. Bentuk kemurahan hati yang
ditunjukkan komunitas buruh pengepul buah kelapa sawit yang ada di Desa Ramin Blok C seperti saling tolong menolong ketika ada kendala saat proses pengepulan buah kelapa sawit,
saling berbagi bekal serta membantu rekannya ketika dalam kesulitan atau tertimpa musibah. Hal ini mereka lakukan karena mereka sadar bahwasannya manusia merupakan mahluk sosial yang
tiak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
4.5.2 Jaringan Pada Buruh Pengepul Buah Kelapa Sawit