Obesitas Faktor Risiko SKA

2.6.5. Kadar Trigliserida dalam Darah

Peningkatan kadar trigliserida merupakan salah satu factor risiko penyakit kardiovaskular yang umum dijumpai, walaupun dengan kadar kolesterol low density lipoprotein LDL yang sesuai target, pasien hipertrigliseridemia tetap berada pada risiko tinggi penyakit kardiovaskular. Di Amerika Serikat, prevalensi hipertrigliseridemia diantara factor risiko penyakit kardiovaskular pada dewasa adalah 31. Pada mereka dengan sindrom metabolic, prevalensi peningkatan kadar trigliserida 150 mgdl adalah sebesar dua kali lipat disbanding individu normal. Studi di Copenhagen terhadap populasi umum menunjukkan bahwa sekitar 45 pria dan 30 wanita yang terlibat dalam studi memiliki peningkatan kadar trigliserida 150 mgdl, pasien infark miokard memiliki peningkatan kadar trigliserida 12 lebih tinggi. Ika Prasetia, 2013 Penelitian epidemiologi menunjukkan trigliserida diduga berperan sebagai factor risiko penyakit kardiovaskular. Data dari penelitian Framingham, menunjukkan kadar trigliserida plasma yang tinggi merupakan factor risiko PJK. Temuan terbaru melaporkan bahwa trigliserida non puasa dapat memprediksikan risiko PJK sebaik hipertrigliseridemia puasa. Namun demikian peran trigliserida sebagai factor penyakit jantung koroner masih kontroversial. Gray. H.H, 2002

2.6.6. Obesitas

Obesitas meningkatkan resiko terkena penyakit jantung koroner. Sekitar 25-49 penyakit jantung koroner di negara berkembang berhubungan dengan peningkatan indeks masa tubuh IMT. Overweight didefinisikan sebagai IMT 25 Universitas Sumatera Utara 30 kgm 2 dan obesitas dengan IMT 30 kgm 2 Berdasarkan data dari WHO 2008, prevalensi obesitas pada usia dewasa di Indonesia sebesar 9,4 dengan pembagian pada laki-laki mencapai 2,5 dan pada perempuan 6,9. Survey sebelumnya pada tahun 2000, persentase penduduk Indonesia yang obesitas hanya 4,7 ± 9,8 juta jiwa.Ternyata hanya dalam 8 tahun, prevalensi obesitas di Indonesia telah meningkat dua kali lipat, Sehingga kita perlu mewaspadai peningkatan yang lebih pesat dikarenakan gaya hidup sekarang yang semakin sedentary santai dan bermalas-malasan sebagai akibat dari kemudahan teknologi. . Obesitas sentral adalah obesitas dengan kelebihan lemak berada di abdomen. Biasanya keadaan ini juga berhubungan dengan kelainan metabolik seperti peninggian kadar trigliserida, penurunan HDL, peningkatan tekanan darah, inflamasi sistemik, resistensi insulin dan diabetes melitus tipe II Ramrakha, 2006. Data dari Framingham 2008, menunjukkan bahwa apabila setiap individu mempunyai berat badan optimal, akan terjadi penurunan insiden PJK sebanyak 25 dan strokecerebro vascular accident CVA sebanyak 3,5. Penurunan berat badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan dislipidemia Malau, 2011. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti dipakai body mass index BMI atau indeks masa tubuh IMT untuk menentukan berat badan berlebih pada orang dewasa. IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi digunakan IMT Universitas Sumatera Utara atau indeks Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi dalam meter kuadrat m 2 Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO Aru W. Sudoyo, 2006. Klasifikasi IMT kgm 2 Berat Badan Kurang Kisaran Normal Berat Badan Lebih 25 Pra Obes 25,0 – 29,9 Obes tingkat I 30,0 – 34,9 Obes tingkat II 35,0 – 39,9 Obes tingkat III 40 Sumber : WHO Tehnical Series, 2000

2.6.7. Hipertensi