4.4. Analisis Bivariat
Analisis pada penelitian ini menggunakan uji chi square pada taraf signifikan p0,05 sedangkan untuk melihat seberapa besar terjadinya outcome yang mungkin
terjadi pada populasi dapat dilihat nilai odds ratio OR dengan 95 confidence interval CI.
Analisa bivariat untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas yang akan di lakukan analisis secara bivariat dalam penelitian
ini adalah merokok, tekanan darah, kadar gula darah, obesitas, kadar kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida darah serta aktivitas fisik sedangkan variabel terikatnya
adalah kejadian SKA pada usia
≤ 45 tahun. 4.4.1. Pengaruh Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Sindroma Koroner
Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Pada Tabel 4.3 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 5,28 dengan 95CI=2,32-11,99 dan nilai p=0,001. Dapat disimpulkan bahwa penderita SKA
5,28 kali kemungkinannya mempunyai kebiasaan merokok dibandingkan dengan yang tidak menderita SKA.
Tabel 4.3. Pengaruh Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Kebiasaan Merokok Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol n
n
Perokok Bukan Perokok
33 29
53,3 46,8
11 51
14,5 85,5
0,001 5,28
2,32-11,99
Jumlah 62
100,0 62
100,0
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 4.4 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 22,86 dengan 95CI=2,84-183,81 dan nilai p=0,001. Dapat disimpulkan bahwa penderita
SKA 22,86 kali kemungkinannya mempunyai kebiasaan merokok berat dibandingkan dengan yang tidak menderita SKA.
Tabel 4.4. Pengaruh Kebiasaan Merokok Berat dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Kebiasaan Merokok Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol n
n
Perokok berat Bukan Perokok
13 29
31,0 69,0
1 51
1,9 98,1
0,001 22,86
2,84-183,81
Jumlah 42
100,0 52
100,0
Pada Tabel 4.5 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 3,77 dengan 95CI=1,38-10,31 dan nilai p=0,007. Dapat disimpulkan bahwa penderita SKA 3,77
kali kemungkinannya mempunyai kebiasaan merokok sedang dibandingkan dengan yang tidak menderita SKA.
Tabel 4.5. Pengaruh Kebiasaan Merokok Sedang dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Kebiasaan Merokok Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol n
n
Perokok Sedang Bukan Perokok
15 29
34,1 65,9
7 51
8,6 91,4
0,007 3,77
1,38-10,31
Jumlah 44
100,0 58
100,0
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 4.6 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 2,93 dengan 95CI=0,65-13,17 dan nilai p=0,15. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
antara kebiasaan merokok ringan terhadap kejadian SKA.
Tabel 4.6. Pengaruh Kebiasaan Merokok Ringan dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Kebiasaan Merokok Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol n
n
Perokok Ringan Bukan Perokok
5 29
14,7 85,3
3 51
5,4 94,6
0,15 2,93
0,65-13,17
Jumlah 34
100,0 54
100,0
4.4.2. Pengaruh Tekanan Darah dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di
RSUD dr. Zaineol Abidin Banda Aceh
Pada Tabel 4.7 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 2,52 dengan 95CI=1,22-5,20 dan nilai p=0,012. Dapat disimpulkan bahwa penderita SKA 2,52
kali kemungkinannya mengalami hipertensi dibandingkan dengan yang tidak menderita SKA.
Tabel 4.7. Pengaruh Tekanan Darah dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tekanan Darah Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol N
n
Hipertensi 36
58,1 22
35,5 0,012
2,52 1,22-5,20
Tidak Hipertensi 26
41,9 40
64,5
Jumlah 62
100,0 62
100,0
Universitas Sumatera Utara
4.4.3. Pengaruh Obesitas dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zaineol Abidin Banda Aceh
Pada Tabel 4.8 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 3,82 dengan 95CI=1,81-8,04 dan nilai p=0,001. Dapat disimpulkan bahwa penderita SKA 3,82
kali kecenderungan obesitas dibandingkan yang tidak menderita SKA.
Tabel 4.8. Pengaruh Obesitas dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Obesitas Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol n
n
Obesitas Tidak Obesitas
42 20
67,7 32,3
22 40
35,5 64,5
0,001 3,82
1,81-8,04
Jumlah 62
100,0 62
100,0 4.4.4. Pengaruh Kadar Gula Darah Diabetes Meilitus dengan Kejadian
Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zaineol Abidin Banda Aceh
Pada Tabel 4.9 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 3,24 dengan 95CI=1,35-7,79 dan nilai p=0,007. Dapat disimpulkan bahwa penderita SKA 3,24
kali kecenderungan mengalami diabetes meilitus dibandingkan yang tidak menderita SKA.
Tabel 4.9. Pengaruh Gula Darah dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Gula Darah Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol n
n
Diabetes Meilitus 22
32,3 9
16,1 0,007
3,24 1,35-7,79
Bukan diabetes meilitus
40 67,7
53 83,9
Jumlah 62
100,0 62
100,0
Universitas Sumatera Utara
4.4.5. Pengaruh Kadar Kolesterol dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zaineol Abidin Banda Aceh
Pada Tabel 4.10 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 4,89 dengan 95CI=2,22-10,78 dan nilai p=0,001. Dapat disimpulkan bahwa penderita
SKA 4,89 kali kemungkinannya mempunyai kadar kolesterol 200 mgdl dibandingkan dengan yang tidak menderita SKA.
Tabel 4.10. Pengaruh Kadar Kolesterol dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Kadar Kolesterol Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol N
n
200 mgdl ≤ 200 mgdl
35 27
56,5 43,5
13 49
21,0 79,0
0,001 4,89
2,22-10,78
Jumlah 62
100,0 62
100,0
4.4.6. Pengaruh Kadar Trigliserida dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Pada Tabel 4.11 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 1,07 dengan 95CI=0,52-2,23 dan nilai p=0,85. Dapat disimpulkan bahwa variable kadar
trigliserida tidak berpengaruh terhadap kejadian SKA.
Tabel 4.11. Pengaruh Triglisderida dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Trigliserida Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol N
n
150 mgdl ≤ 150 mgdl
23 39
37,1 62,9
22 40
35,5 64,5
0,85 1,07
0,52-2,23
Jumlah 62
100,0 62
100,0
Universitas Sumatera Utara
4.4.7. Pengaruh Kadar HDL dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zaineol Abidin Banda Aceh
Pada Tabel 4.12 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 1,22 dengan 95CI=0,35-4,23 dan nilai p=0,75. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh antara variabel kadar HDL terhadap kejadian SKA.
Tabel 4.12. Pengaruh Kadar HDL dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Kadar HDL Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol n
n
55 mgdl 55 mgdl
57 5
91,9 8,1
56 6
90,3 9,7
0,75 1,22
0,35-4,23
Jumlah 62
100,0 62
100,0 4.4.8. Pengaruh Kadar LDL dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di
RSUD dr. Zaineol Abidin Banda Aceh
Pada Tabel 4.13 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 1,38 dengan 95CI=0,45-4,25 dan nilai p=0,57. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh variable kadar LDL terhadap kejadian SKA.
Tabel 4.13. Pengaruh Kadar LDL dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Kadar LDL Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol n
n
≥ 150 mgdl
≤ 150 mgdl
56 6
91,9 8,1
54 8
87,1 12,9
0,57 1,38
0,45-4,25
Jumlah 62
100,0 62
100,0
Universitas Sumatera Utara
4.4.9. Pengaruh Aktivitas Fisik dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zaineol Abidin Banda Aceh
Pada Tabel 4.14 hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 2,10 dengan 95CI=1,01-4,26 dan nilai p=0,047. Dapat disimpulkan bahwa penderita
SKA 2,10 kali kemungkinannya mempunyai aktivitas fisik kurang dibandingkan dengan yang tidak menderita SKA.
Tabel 4.14. Pengaruh Aktivitas Fisik dengan Kejadian Sindroma Koroner Akut di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Aktivitas Fisik Kelompok
p OR
95 Cl Kasus
Kontrol n
n
Kurang Cukup
40 22
64,5 35,5
29 33
46,8 53,2
0,047 2,10
1,01-4,26
Jumlah 62
100,0 62
100,0
4.5. Analisis Faktor Risiko yang Paling Berpengaruh terhadap Kejadian
Sindroma Koroner Akut pada Usia ≤ 45 Tahun di RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Analisis Multivariat menggunakan multiple logistic regression, dilakukan sebagai tindak lanjut dari analisis statistik uji bivariat dengan mengikutsertakan
variabel yang bermakna secara statistik p 0,05 dan variabel yang mempunyai nilai p0,25 sebagai batas seleksi untuk menghindari kegagalan mengikutsertakan
variabel yang diketahui penting bermakna secara teori tetapi tidak bermakna secara statistik yang bertujuan untuk mengetahui variabel bebas mana yang paling besar
pengaruhnya terhadap variabel terikat dengan memakai metode Backward-LR Likelihood Ratio yaitu memasukkan semua variabel ke dalam model, tetapi
Universitas Sumatera Utara
kemudian satu persatu variabel independen dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan tertentu, variabel yang pertama kali dikeluarkan adalah variabel
yang mempunyai korelasi parsial terkecil dengan variabel dependen. Berdasarkan hasil uji statistik bivariat faktor risiko yang masuk dalam analisis
multivariat adalah variabel obesitas, kolesterol, gula darah diabetes melitus, aktifitas fisik, merokok dan tekanan darah hipertensi. Selanjutnya keenam variabel penelitian
tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi logistik untuk menentukan apakah variabel-variabel penelitian secara bersama-sama berpengaruh terhadap kejadian
SKA pada responden berusia ≤ 45 tahun. Hasil analisis multivariat dapat di lihat pada
Tabel 4.15 berikut:
Table 4.15. Hasil Analisis Multiple Logistic Regression dengan Memasukkan Seluruh Variabel Kandidat dalam Model
Variabel B
Sig. Exp B
95Cl
Merokok 1.542
.002 4.673
1.77-12.35 Tekanan Darah
.006 .992
1.007 0.27-3.81
Obesitas 1.041
.018 2.833
1.19-6.73 Gula Darah
.978 .059
2.660 0.96-7.34
Kolesterol 1.293
.006 3.643
1.46-9,10 Aktifitas Fisik
.492 .461
1.636 0.44-6.05
Constant -2.031
.000 .131
- Merokok
1.543 .001
4.679 1.82-12.01
Obesitas 1.042
.018 2.834
1.19-6.73 GulaDarah
.978 .059
2.660 0.96-7.34
Kolesterol 1.293
.005 3.645
1.47-9.05 AktifitasFisik
.497 .264
1.643 0.69-3.93
Constant -2.032
.000 .131
- Merokok
1.632 .001
5.113 2,03-12,86
Obesitas 1.100
.012 3.005
1,28-7,06 Gula Darah
1.038 .043
2.823 1,03-7,71
Kolesterol 1.230
.007 3.421
1,41-8,31 Constant
-1.817 .000
.163 -
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.15 di atas dapat diketahui empat variabel penelitian, yaitu merokok, obesitas, gula darah dan kolesterol berpengaruh terhadap kejadian
SKA di RSUD dr. Zainoel Abidin. Variabel yang paling dominan memiliki pengaruh paling besar terhadap kejadian SKA adalah merokok karena memiliki nilai Exp B
sebesar 5,11 artinya responden dengan SKA mempunyai probabilitas 5,11 kali mempunyai kebiasaan merokok dibandingkan dengan yang tidak menderita SKA.
Nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 78,2 yang artinya yaitu merokok, obesitas, gula darah dan kolesterol menjelaskan pengaruhnya terhadap
kejadian SKA di RSUD dr. Zainoel Abidin sebesar 78,2, sedangkan sisanya sebesar 21,8 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel
penelitian ini. Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi kejadian
SKA yang memengaruhi oleh merokok, obesitas, gula darah dan kolesterol adalah sebagai berikut:
038 ,
1 100
. 1
230 ,
1 632
, 1
817 ,
1
4 3
2 1
1 1
X X
X X
e y
p
+ +
+ +
− −
+ =
Keterangan: P
: probabilitas kejadian SKA = 78,2 X
1
X : merokok, koefisien regresi 1,632
2
X : kolesterol, koefisien regresi 1,230
3
X : obesitas, koefisien regresi 1,100
4
α : Konstanta -1,817
: gula darah, koefisien regresi 1,038
Universitas Sumatera Utara
e : Bilangan natural nilai e = 2,7182818
Persamaan di atas diketahui bahwa responden yang memiliki berat badan yang obesitas, kolesterol tidak normal, gula darah diabetes mielitus dan kebiasaan
merokok mempunyai probabilitas mengalami kejadian SKA sebesar 78,2. Berdasarkan nilai OR, kita dapat memperkirakan kekuatan pengaruh variabel
merokok terhadap kejadian SKA di RSUD dr. Zainoel Abidin. Makin besar nilai OR, makin kuat pengaruh variabel tersebut terhadap kejadian SKA. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan seberapa besarkah populasi dapat dicegah bila merokok diperbaiki dapat dilihat dari population attributable risk proportion PAR:
��� = pr
− 1 pr
− 1 + 1 x 100
��� = 0,1774 5,113
− 1 0,1774 5,113
− 1 + 1 x 100 = 0,8044 = 80,4
Dimana: p
= Proporsi kasus yang mempunyai faktor terpajan BB+D r
= Rasio odds variabel yang paling dominan merokok Sehingga dari hasil perhitungan PAR yang diperoleh dapat diambil
kesimpulan bahwa hampir 80,4 kasus dengan kejadian SKA dapat dicegah dengan memperbaiki faktor risiko yaitu merokok.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Dari hasil analisis multivariat yg telah dilakukan, diperoleh hasil empat variabel yang berpengaruh pada kejadian SKA pada pasien usia
≤ 45 tahun yaitu : kebiasaan merokok, kadar kolesterol, obesitas dan gula darah diabetes mielitus.
5.1. Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian SKA di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Hasil analisis pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian SKA diperoleh pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 33 orang 53,2
sedangkan pada kontrol sebanyak 11 orang 14,5 . Hasil analisis tabulasi silang diperoleh OR sebesar 5,28 95CI=2,32-11,99, dimana penderita SKA mempunyai
kecenderungan mempunyai kebiasaan merokok sebesar 5,28 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak SKA.
Kebiasaan merokok merupakan variabel yang paling dominan memiliki pengaruh paling besar terhadap kejadian SKA adalah karena memiliki nilai koefisien
regresi B yang paling besar yaitu 1,632 dengan nilai Exp B sebesar 5,113 artinya responden dengan kebiasaan merokok mempunyai probabilitas 5,113 kali
dibandingkan pasien yang tidak merokok. Dari data karakteristik penderita SKA di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh
diperoleh bahwa dari 285 pasien SKA ditemukan sebesar 77,5 adalah perokok.
Universitas Sumatera Utara