Syafruddin Prawinegara Riwayat Singkat

54 dikenakan oleh Belanda yang orang Kristen. 13 Begitu juga Syafruddin meskipun di didik di sekolah Belanda namun agamanya kuat melekat dalam dirinya. 14 Syafruddin yang hidup dikalangan ningrat otomatis masuk dalam organisasi Unitas Studiosorum Indonesiensis USI, yaitu komunitas yang dibentuk oleh profesor konservatif Belanda untuk menekan tingkat radikal kelompok pemuda dan mahasiswa yang nasionalis. Sehingga tak ada rasa permusuhan dalam dirinya dengan pihak pemerintahan Belanda. USI sering disebut sebagai organisasi dansa-dansi sebutan yang digunakan Dawam Rahardjo yang berbeda dengan organisasi lain, namun seterusnya alumni- alumni USI banyak yang menyokong pembentukan PSI Persatuan Sosialis Indonesia yang dimana Syahrir menjadi panutan para anggota dan aktifis USI dan dari situlah perkenalan antara Syahrir dan Syafruddin, ada yang mengherankan saat Jusuf Wibisono menemukan Syafruddin berada satu organisasi dengannya di Masyumi padahal kebanyakan temannya bergabung di PSI. Syahrir yang seorang matrealis sosialis, meskipun berteman baik dengan Syafruddin karena memilki kesamaan pemikiran dan kultur lantas tak 13 Thee Kian We ed., Syafruddin Prawiranegara, Pelaku Berkisah Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an Jakarta: Kompas, 2005, h. 39. 14 M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius Jakarta: Mizan, 2011, h. 69. 55 membuat Syafruddin mengikuti Syahrir untuk masuk dalam kelompoknya, karena agamanya yang terlalu kuat untuk menjadi seorang matrealis sosialis. 15 Syafruddin dan Syahrir memiliki kesamaan anti-fasisme Jepang, serta mungkin karena memiliki darah Minang juga yang membuat mereka menjadi dekat pada masa awal kemerdekaan. Kedekatannya dengan Syahrir membuat pandangannya mengenai sosialis bertambah, dan juga pemikiran syharir mengenai Sosialisme Kerakyatan sejalan dengan pemikiran Syafruddin yang menmeukan aspek huminisme dan demokrasi. Pembentukkan awal Syafruddin sebagai seorang teknokrat dan ekonom dimulai saat dia bekerja di Departemen Keuangan masa kolonial. Dari sana dia memperoleh pengetahuan tentang masalah fiskal, terutama mengenai pajak. Pemikiran ekonominya berpihak pada peningkatan pendapatan masyarakat. Syafruddinpun akhirnya mempelajari teori ekonomi Kapitalisme yang dijunjung Keynes. Karir dan perananya sebagai teknokrat dimulai pada tahun 1946 sebagai Menteri Muda Keuangan pada Kabinet Syahrir II, Menteri Keuangan pada Kabinet Syahrir III, Menteri Kemakmuran pada Kabinet Hatta I 1948- 1949, Menteri Keuangan pada Kabinet Hatta III Kabinet Republik Indonesia Serikat, 1949-1950, Menteri Keuangan pada Kabinet Natsir 1950-1951, 15 Thee Kian We ed., Syafruddin Prawiranegara, Pelaku Berkisah Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an Jakarta: Kompas, 2005, h. 40. 56 Presiden Direktur De Javasche Bank yang terakhir 1951-1952, dan Gubernur Bank Indonesia pertama 1952-1958. 16 Pada masa jabatannya sebagai Menteri maupun Gubernur BI, sosok Syafruddin yang dikenal memiliki sikap tegas, bahkan sikap tegasnya tersebut dia tuangkan dalam banyak kritik terhadap gagasan yang menurutnya tidak tepat. Pada masanya Syafruddin mengalami polemik berat dengan Soemitro Djojohadikoesoemo seorang teknokrat bangsa yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan, polemik mengenai strategi dan konsep dalam pembangunan. Namun setelah Syafruddin ditangkap karena terlibat dalam pemberontakan PPRI Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia bersama Mohammad Natsir, Burhanudin Harahap, dan Soemitro Djojohadiskoesoemo. Hubungan antara keduanya menjadi sangat baik, bahkan saat kematian Syafruddin, Soemitro menulis pandangannya mengenai Syafruddin di kata pengantar terjemahan desertasinya. Soemitro mengakui bahwa pandangan Syafruddin benar dan dia saat itu seperti terbawa hasrat untuk mempercepat perombakan secara fundamental terhadap struktur yang diwariskan pada zaman penjajahan 17 . Syafruddin menikah dengan Tengku Halimah Syaehabudin, dan memiliki delapan orang anak. Sifat religiusnya terlihat di masa tuanya, yang 16 M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius Jakarta: Mizan, 2011, h. 106. 17 Ibid., h. 51. 57 dia habiskan dengan mengisi ceramah dan juga berdakwah, namun pada bulan Juni 1985 dia diperiksa terkait dengan isi ceramahnya pada Idul Fitri 1404 H di Tanjung Priok Jakarta. Dia juga pernah menjabat sebagai ketua Korp Mubalig Indonesia KMI. Syafruddin Prawiranegara meninggal pada 15 Pebruari 1989 di Jakarta, dalam usia tujuh puluh delapan tahun. Dia telah meninggal tapi jasanya sangat berguna bagi pembangunan Indonesia sebagai teknokrat dan juga ekonom yang membangun dasar ekonomi Indonesia dan dia dikenal sebagai seorang negarawan, teknorat yang religius. Salah satu kutipannya dia pernah mengatakan “Saya ingin mati di dalam Islam. Dan ingin menyadarkan, bahwa kita tidak perlu takut kepada manusia, tetapi takutlah k epada Allah”. Banyak tulisan-tulisan dan juga pidato Syafruddin yang dimuat di beberapa media cetak diantaranya ada sebanyak 86 judul buku yang terutama berkaitan dengan tuganya sebagai teknoktrat, diantaranya: Islam dan Pergolakan Dunia 1950, Sosialisme Indonesia Pembangunan 1982, Peranan Uang dan Bank bagi Pembangunan dan Perkembangan Ekonomi 1958, Dasar Politik Kemakmuran 1951, Human Development Pola Pembangunan yang Sesuai dengan Ajaran- ajaran Islam dan UUD ’45 1977, Ekonomi dan Keuangan: Makna Ekonomi Islam yaitu kumpulam karangan terpilih jilid ke II 1988 dan masih banyak lainnya. 58

B. Konsep Pembangunan Ekonomi

1. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta, dan Syafruddin Prawiranegara merupakan salah satu tokoh utama dalam peletak dasar pembangunan ekonomi Indonesia saat masa peralihan, yaitu masa berakhirnya kolonialisme menuju masa kemerdekaan nasionalisasi ekonomi. Namun begitu keduanya memiliki cara pandang yang berbeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Hatta seperti halnya Syafruddin mendapatkan pendidikan dasar formal hingga tingkat tinggi di sekolah Belanda. Hal tersebut membuat Hatta banyak bergaul dengan pihak Belanda dan membuat pemikirannya terbuka sehingga dia tidak anti terhadap Barat, karena menurutnya tidak semua orang Belanda atau barat itu memiliki sifat yang buruk. Ideologi Hatta itu juga terbentuk dari orang-orang terdekatnya seperti keluarga yang sebagian besar adalah pemuka agama dan juga seorang pedagang besar. Selain itu juga perkenalannya dengan beberapa tokoh yang secara tidak langsung mempengaruhi pemikirannya. Pertemuannya dengan Haji Agus Salim membuat pandangan sosialisnya berbeda, di mana Salim mengatakan bahwa Islam meenghendaki terbinanya suatu masyarakat yang adil dan makmur yang berpangkal pada persamaan tetapi juga memberi kesempatan untuk maju bagi mereka yang 59 berusaha, suatu masyarakat yang juga tolong mneolong dan menjauhkan diri dari sifat eksploitasi sesama manusia. 18 Sehingga pemikirannya yang sosialis itu jauh berbeda dengan sosialis barat, pandangannya sangat mencerminkan sifat Indonesia yang sederhana saling tolong-menolong, serta menjunjung tinggi agama. Menurutnya perkembangan sosialisme di Indonesia itu lahir dari keinginan bangsa untuk maju dan terbebas dari penjajahan. Dimana dalam pergerakannya menuju kebebasan dari penghinaan diri dan penjajahan, dengan sendirinya para pejuang terpikat oleh tuntutan sosial dan humanisme perikemanusiaan yang disebarkan oleh pergerakan sosialisme di Barat. Dan tuntutan sosial itu pula yang tergambar dalam jiwa Islam yang memang menghendaki supaya manusia hidup saling sayang-menyayangi dan dalam suasana persaudaraan yang tolong-menolong. Dan jiwa Islam memberontak kapitalisme yang menghisap dan menindas, yang menurunkan derajat manusia dan membawa sistem yang lebih jahat dari perbudakan dan feodalisme. 19 Pemikirannya yang sosialis itu tercantum dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 2 yang berbunyi “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang ban yak dikuasai oleh negara”, hal itu mencerminkan konstitusi ekonomi Indonesia yang sangat sosialis di mana 18 Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam Jakarta: Kompas, 2010, h. 32. 19 Mohammad Hatta, “Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia”, dalam Sri-Edi Swasono ed. Demokrasi Kita Bebas Aktif dan Ekonomi Masa Depan Edisi II Jakarta: UI Press, 1992, h. 142-143. 60 pemikiran tersebut tercermin dalam sosialis Fabian yang berkembang di Inggris, bahwa setiap produksi besar harus dikuasai oleh negara, namun di sini masih belum jelas sektor manakah yang dianggap besar dan menguasai hajat hidup orang banyak. Maka Hatta selaku wakil presiden membentuk Panitia Pemikir Siasat Ekonomi untuk membahas sektor-sektor ekonomi mana saja yang dianggap penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Meskipun keberpihaknya pada sistem sosialis, namun yang terlihat dari konsep ekonomi yang diterapkan Hatta pada pembagian cabang-cabang ekonomi penting yang menurut Dr Anwar Abbas memilki sifat kapitalis dan juga sosialis yang terkandung di dalamnya, seperti pada peranan pemerintah dan penyerahan penentuan harga kepada mekanisme pasar yang sesuai dengan sistem kapitalis, kemudian pada semangat pemerataan dan keadilan ekonomi yang ingin diciptakan sesuai dengan sistem sosialis. 20 Hatta juga mengemukakan bahwa sistem ekonomi Indonesia yang tercantum dalam UUD ’45 adalah ekonomi terpimpin, di mana dalam sistem tersebut peran negara yaitu pemerintah sangat penting dalam tercapai suatu penghidupan sosial yang lebih baik. 21 20 Anwar Abbas, “Pandangan Ekonomi Mohammad Hatta”, Ahkam III, no. 05 Maret 2001, h. 10. 21 Mohammad Hatta, “Pikiran-pikiran dalam Bidang Ekonomi untuk Mencapai Kemakmuran yang Merata ”, Ceramah disampaikan dalam Seminar KADIN, 20-22 September 1972 Jakarta: Idayu Press, 1974, h. 8.