Ekonomi Terpimpin 1959-1966 Perkembangan Pemikiran Ekonomi di Indonesia

35 sanggup untuk membiayai pembangunan nasional, akhirnya melakukan pinjaman luar negeri sampai sebesar US 2.358 juta di tahun 1966 18 . Kegagalan yang terjadi pada masa Orde Lama dengan sistem ekonomi terpimpin yang dicetuskan, namun ada juga keberhasilan yang dicapai yaitu mengenai pelayaran dan bongkar muat yang saat itu Soekarno menunjuk Ali Sadikin sebagai Menteri Pelayaran, dan Ali Sadikin meminta nasehat kepada pengusaha yang bergerak dalam industri ini yang salah satunya adalah pengusaha pribumi yang masih dapat bertahan dengan kegagalan dalam program Benteng yaitu Soedarpo Sastrosatomo. Soedarpo mengatakan bahwa bongkar muat kapal dan keagenan merupakan sumber devisa bagi negara namun karena pendapatan tersebut harus disetor kepada Lembaga Alat-alat Pembayaran Luar Negeri untuk ditukar dengan kurs resmi yang rendah maka pengusaha dan juga negara kehilangan banyak uang, sehingga jalan keluarnya adalah dengan mengijinkan pengusaha memiliki kapal sendiri dengan kebebasan untuk menggunakan devisa. Akhirnya dikeluarkan peraturan bahwa setiap perusahaan asing maupun domestik harus memiliki surat izin bongkar-muat, yang menjadi asal usul pemesanan muatan dimana semua muatan untuk proyek pemerintah harus diangkut di bawah bendera Indonesia. Hal itu sangat memudahkan bagi pengusaha industri pelayaran untuk bertahan 18 Bisuk Siahaan, “Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan Tahun, 1961-1968”, dalam Hadi Soesanto ed., Pemikiran dan Permasalahan di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 2 1959-1966: Ekonomi Terpimpin Jakarta: Canisius, 2005, h. 133-137. 36 dalam kondisi krisis Orde Lama. Serta berdirinya pabrik-pabrik besar telah memberi para insinyur, manajer dan buruh pabrik Indonesia keterampilan industri dan pengalaman dalam mengoperasikan pabrik modern, sehingga pada masa awal Soeharto tidak perlu memulai upaya industrialisasi dari nol. 19

3. Paruh Pertama Orde Baru 1966-1982

Tahun 1966 merupakan tahun awal Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Pada masa pemerintahannya Soeharto mewarisi masalah-masalah Orde Lama seperti tingkat inflasi yang mencapai 650, utang luar negeri sebesar US 2,5 Miliar, serta tingkat pertumbuhan yang rendah. Maka pada awal pemerintahannya Soeharto melakukan langkah reformasi perekonomian seperti mengembangkan sektor swasta, menarik investor asing, menghilangkan subsidi pada perusahaan pemerintah. Orde Baru juga mengupayakan untuk mengurangi tingkat kenaikan harga yang disertai upaya untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar yaitu ketersediaan beras bagi rakyat. Prestasi yang dicapai pada masa awal Orde Baru membuat Indonesia begitu menonjol, dengan pencapaian kenaikan pertumbuhan rata-rata 6,7 pertahun selama tiga dekade, juga sektor industri yang meningkat cukup pesat bahkan melampaui tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 1961- 19 Thee Kian Wie ed., Pelaku Berkisah Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an Jakarta: Kompas, 2005, h. xiii. 37 2009. kecuali pada tahun 1973 dan 1983 krisis minyak dan 1997 krisis moneter. Pencapaian itu dilatarbelakangi oleh dua kekuatan selain Soeharto dalam mengendalikan dan juga perencanaan ekonomi yaitu kelompok ekonom yang dipimpin oleh Prof. Widjojo Nitisastro yang dijuluki “Mafia Barkeley” dan kekuatan Mahasiswa. Mahasiswa melakukan seminar ekonomi dan keuangan di FEUI di bawah bimbingan Widjojo Nitisastro yang akhirnya hasil dari seminar tersebut dijadikan legitimasi kebijakan pada masa awal Orde Baru. 20 Dimana prinsip ekonomi itu mencangkup: 1 Asas keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan, ekspor dan impor, arus barang dan arus uang, kesempatan bekerja dan pertambahan penduduk, 2 Asas efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber ekonomi, 3 Asas keadilan dalam pembagian beban dan pembagian rezeki, dan 4 Asas perlunya investasi bagi pertumbuhan ekonomi. 21 Permasalahan yang telah dialami pada periode pertengahan 1960 dengan sistem ekonomi yang relatif tertutup dan bersifat nasionalis membuat perubahan besar dalam sistem ekonomi di masa Orde Baru dengan sistem ekonomi terbuka seperti banyaknya modal asing yang masuk dan pinjaman luar negeri yang deras. Hingga diberlakukannya undang-undang Penanaman 20 Mudrajat Kuncoro, Ekonomika Pembangunan Jakarta: Erlangga, 2010, h. 249. 21 Hadi Soesanto, ed., Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 3 1966-1982: Paruh Pertama Ekonomi Orde Baru Jakarta: Kanisius, 2005, h. 24. 38 Modal Asing tahun 1967 dan diperkenalkan konsep Anggaran yang berimbang. Pada masa itu juga terlihat dua pemikiran yang saling bertolak belakang dimana kelompok pemikir pertama lebih fokus pada peran negara yang besar demi kesejahteraan rakyat dan dicerminkan dengan berbagai alokasi dana terhadap program pembangunan sosial berupa pendidikan dan kesehatan. Sedang kelompok pemikir yang kedua adalah kelompok yang mendukung liberalisasi perekonomian dengan membuka aliran modal dan pasar seluas-seluasnya sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam rangka pemulihan makroekonomi. 22

4. Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi 1982-1997

Pada periode ini terjadi penurunan harga minyak secara drastis yang sangat memukul Indonesia. Pada dasawarsa 1970 penerimaan migas sangat menyokong negara hingga pada 1982 dan 1986 harga minyak anjlok maka penerimaan dari minyak dan gas migas turun drastis. Saat muncul krisis tersebut pemerintah cepat tanggap dengan melakukan liberalisasi serta deregulasi di bidang moneter, fiskal, perdagangan, dan investasi. Juga mengubah ketergantungan negara terhadap sektor migas dan beralih kepada komoditas lain, mobilisasi dana dalam negeri 22 Ibid., h. 23.