Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi 1982-1997

40 teknologi. Peranan ekonom, teknokrat seperti Widjojo Nitisastro, Emil Salim, Mohammad Sadli juga sangat berperan dalam kebijakan deregulasi, restrukturisasi, penyesuaian eksternal, peningkatan daya saing, dan efisiensi. Habibie mengusulkan adanya lompatan teknologi dalam memperoleh nilai tambah yang jauh lebih tinggi dari produk hasil industri dengan mengenali produk yang diprioritaskan maka diterapkan teknologi canggih pada produk tersebut namun karena kebutuhannya yang mahal maka butuh subsidi dari pemerintah, Habibie juga mengkritisi para ekonom yang terlalu mengandalkan keunggulan komparatif dengan orientasi pasar bebas dan ekspor produk-produk padat karya dan sumber daya alam. Namun Soemitro Djojohadikoesoemo dan juga Kwik Kwan Gie mengkritik Habibie, Kwan Gie malah lebih setuju dengan ekonom konvensional yang memanfaatkan keunggulan komparatif dinamis tanpa teknologi yang tinggi dan subsidi pemerintah, karena menurutnya lompatan teknologi tinggi mudah terperangkap ke dalam hobi hingga tidak mempunyai trickle down effect. Namun kebijakan deregulasi dan liberalisasi yang dilaksanakan sejak tahun 1983 sampai pertengahan 1990 malah menyebabkan permasalahan baru seperti meningkatnya utang luar negeri, lemahnya pengawasan perbankan, 41 Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN, yang secara faktor internal akhirnya menyebabkan Indonesia mengalami masa krisis di tahun 19971998. 24

5. Krisis dan Pemulihan 1997-2004

Tahun 1997 merupakan awal krisis di Indonesia yang berdampak cukup besar kepada sektor industri. Sektor manufaktur mengalami penurunan yang sebelumnya 12 tetapi pada tahun 1997 menurun menjadi 5,3, namun setelah periode krisis Asia manufaktur kembali naik secara perlahan hingga pada tahun 2004 mencapai 6,4 dan hanya meningkat satu digit saja karena pertumbuhannya yang tersendat-sendat.

6. Pemulihan dan Pengembangan 2005-2009

Periode ini merupakan masa pemulihan paska krisis di tahun 1997- 1998, dengan melakukan pengembangan revitalisasi, konsolidasi dan rekonstruksi industri untuk dapat unggul dan kompetitif . Industri Indonesia tidak sama dengan industri di negara Asia Timur lainnya karena tidak memiliki pengalaman industrilisasi yang panjang, belum memiliki permodalan yang baik, tapi cukup sukses dalam melakukan transformasi ke industri yang bersifat outward looking. Pada periode ini presiden SBY melakukan kebijakan dalam tiga instruksi Presiden Inpres yaitu Inpres No.3 tahun 2006 mengenai 24 Ibid., h. 21. 42 serangkaian program dalam upaya memperkuat kelembagaan pelayanan investasi dan sinkronisasi peraturan pusat dan daerah, kepabeanan dan cukai, perpajakan, ketenagakerjaan, serta usaha kecil, menengah, dan koperasi dengan tujuan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan untuk membuka lapangan kerja baru, meningkatkan penghasilan masyarakat, mengurangi kemiskinan sehingga target pertumbuhan ekonomi di atas 6 dapat tercapai. Kebijakan yang kedua yaitu dalam Inpres No.6 tahun 2007 mengenai Paket Kebijakan Percepatan Pembangunan Sektor Riil dan Pengembangan UMKM yang terdiri dari empat bidang utama, yaitu 1 Bidang perbaikan Iklim Investasi; 2 Reformasi Sektor Keuangan; 3 Percepatan Pembangunan Infrastruktur; dan 4 Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM. Kebijakan yang ketiga tertuang dalam Inpres No.5 tahun 2008 mengenai Paket Fokus Pembangunan yaitu fokus program ekonomi tahun 2008-2009 dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, kelestarian sumber daya alam, peningkatan ketahanan energi dan kualitas lingkungan, dan untuk pelaksanaan berbagai komitmen Masyarakat Ekonomi Association of South East Asia Nations ASEAN MEA 25 . 25 Mudrajat Kuncoro, Ekonomika Pembangunan Jakarta: Erlangga, 2010, h. 252-255. 43

BAB III KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA

A. Riwayat Singkat

1. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, sebenarnya nama yang diberikan kepada Mohammad Hatta saat lahir adalah Mohammad Athar namun karena masyarakat sekitar yang sulit menyebut namanya sehingga sering disebut Atta, yang sampai akhirnya namanya menjadi Mohammad Hatta. 1 Nama kecilnya Mohammad Athar kini diberikan kepada cucu laki-lakinya dari anaknya yang kedua Gemala. Hatta adalah anak kedua dari 6 bersaudara yang semuanya adalah perempuan, jadi Hatta adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, yang kemungkinan berpengaruh pada perilakunya yang lembut dan sopan. Ayahnya Muhammad Jamil adalah anak dari seorang ulama besar surau Batu Hampar yaitu Syeikh Abdrurrahman. Ayahnya tidak meneruskan surau tapi memilih untuk berdagang, maka pamannya yang melanjutkan kehidupan ulama, namun begitu Hatta tetap mendapatkan pengajaran agama yang kuat sedari kecil. Ibunya Siti Saleha anak dari Ilyas Bagindo Marah yang dipanggil Hatta dengan Pak Gaek berasal dari keluarga pedagang besar. 1 Deliar Noer, Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa Jakarta: Kompas, 2012, h. xviii.