Korupsi dan Diskriminasi Relevansi Konsep Pembangunan Ekonomi Mohammad Hatta dan

96 komunisme adalah sebuah ideologi dan tidak bisa dilarang karena sesuai dengan kebebasan berfikir, yang terpenting menurutnya adalah mendidik untuk membina mental dan harus dilawan dengan ideologi lagi, serta yang utama adalah rakyat harus didorong untuk membangun kembali perekonomian Indonesia berdasarkan ideologi pancasila. 61 Korupsi dan diskriminasi merupakan salah satu perbuatan zalim yang juga mengacu pada ketidakadilan karena korbannya tidak hanya satu dua orang tetapi yang dirugikan adalah seluruh warga negara. Maka Islam meletakkan prinsip muamalah agar tidak ada yang dirugikan atau merugikan, sebagaimana firmannya dalam Al Qur’an Al Baqarah ayat 279 yang artinya kamu tidak berbuat zalim merugikan dan tidak dizalimi dirugikan.

5. Pinjaman Luar Negeri dan Modal Asing

Ada beberapa perbedaan pendapat antara Hatta dan Syafruddin dalam masalah pinjaman luar negeri dan Modal Asing. Hatta meskipun masih ragu akan pinjaman luar negeri karena menurutnya tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah. Namun karena kondisi Indonesia yang saat itu sangat membutuhkan modal banyak untuk pembangunan maka jalan keluarnya adalah dengan pinjaman luar negeri, meskipun pihak peminjam pasti memiliki alasan tersendiri, jika Indonesia dapat mengelolanya dengan baik dan pinjaman itu berjangka waktu panjang dalam pengembaliannya maka 61 Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius Jakarta: Mizan,2010, h. 134. 97 pinjaman luar negeri itu bisa dilakukan. Sedangkan Syafruddin tidak menyetujui adanya pinjaman luar negeri apapun itu alasannya, karena menurutnya Indonesia belum bisa mengatur dengan benar pinjaman dengan baik, dan malah menjadikan pinjaman itu sebagai sumber dana utama dan juga untuk menutupi anggaran defisit negara seperti yang dilakukan pada masa orde baru. Mengenai modal asing Hatta malah kurang menyetujuinya, karena akan ada perusahaan asing yang berkuasa di Indonesia. Seharusnya jika ada modal asing maka harus ditempatkan di kegiatan ekspor sehingga hasil yang di dapat bisa dijadikan devisa untuk pengembalian modal. Dari sudut pandnagn Syafruddin modal asing ini sangat membantu bagi Indonesia karena modal negara yang tidak mencukupi dalam melakukan perindustrian karena Indonesia tidak memiliki sejarah yang panjang dalam perindustrian maka perlu penguatan di awal, namun tetap adanya pengawasan dari pemerintah dan juga undang-undang yang ketat dalam menangani hal itu. Sehingga nantinya Indonesia bisa mengambil modal tersebut. Menurut Monzer Khaf hutang negara yang diperbolehkan dalam masyarakat Islam adalah hutang yang bukan penghasilan. yaitu tuntutan hutang jangka pendek dan jangka panjang terhadap pemerintah yang tidak 98 terwakili dalam sarana tagihan-tagihan pembayaran. Monzer membagi hutang negara menjadi tiga tujuan utama: 62 a. Pendanaan bagi pengeluaran darurat yang melebihi kapasitas pajak b. Pendanaan program pembangunan c. Penyerapa suntikan untuk kasus hutang yang tidak terbayar kelebihan atau kekurangan uang di tangan pemerintah sebagai alat pengelola moneter. Namun jika dilihat dari pembagian tujuan ini, penulis lebih mendukung tujuan utang luar negeri dari konsep Hatta dan Syafruddin. Dan Islam pun pernah menyebutkan bahwa tangan di atas memberi itu lebih baik dari pada tangan di bawah meminta-minta, maka lebih baik jika pinjaman luar negeri sebagai utang negara itu dilakukan pada pilihan terakhir yang mendesak dengan ketentuan perundang-undnagan yang sudah disepakati.

6. Riba

Mengenai masalah Riba yang merupakan dasar perbedaan dari ekonomi Islam dan konvensional. Hatta tidak membantah bahwa riba itu haram hukumnya, karena sudah jelas Allah menyebutkannya dalam Al-Q ur’an dalam Q.S Al-Baqarah 2: 277-278. 62 Ibid., h. 315.