Krisis dan Pemulihan 1997-2004 Pemulihan dan Pengembangan 2005-2009

43

BAB III KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA

A. Riwayat Singkat

1. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, sebenarnya nama yang diberikan kepada Mohammad Hatta saat lahir adalah Mohammad Athar namun karena masyarakat sekitar yang sulit menyebut namanya sehingga sering disebut Atta, yang sampai akhirnya namanya menjadi Mohammad Hatta. 1 Nama kecilnya Mohammad Athar kini diberikan kepada cucu laki-lakinya dari anaknya yang kedua Gemala. Hatta adalah anak kedua dari 6 bersaudara yang semuanya adalah perempuan, jadi Hatta adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, yang kemungkinan berpengaruh pada perilakunya yang lembut dan sopan. Ayahnya Muhammad Jamil adalah anak dari seorang ulama besar surau Batu Hampar yaitu Syeikh Abdrurrahman. Ayahnya tidak meneruskan surau tapi memilih untuk berdagang, maka pamannya yang melanjutkan kehidupan ulama, namun begitu Hatta tetap mendapatkan pengajaran agama yang kuat sedari kecil. Ibunya Siti Saleha anak dari Ilyas Bagindo Marah yang dipanggil Hatta dengan Pak Gaek berasal dari keluarga pedagang besar. 1 Deliar Noer, Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa Jakarta: Kompas, 2012, h. xviii. 44 Setelah ayahnya meninggal saat Hatta berusia delapan bulan, ibunya menikah lagi dengan seorang saudagar asal Palembang bernama Haji Ning. Hatta menempuh pendidikan sekolah dasar di ELS Europeesche Lagere School yaitu sekolah dasar untuk orang kulit putih dari kelas 5 sampai kelas 7 sampai tahun 1913, di mana ia sebelumnya belajar secara privat. Kemudian di MULO Meer Uitgebreid Lager Onderwijs SMP dengan bahasa pengantarnya bahasa Belanda sampai 1917. Selain belajar biasa Hatta juga rajin belajar agama dan mengaji di surau Nyik Jambek Syaikh Muhammad Djamil Djambek dan juga dengan Haji Abdullah Ahmad saat di Padang, yang dimana kedua ulama ini adalah ulama pembaharu di Minangkabau yang sangat berpengaruh di Indonesia. 2 Di padang Hatta aktif di menjadi anggota Serikat Usaha semacam kamar dagang bersifat lokal, dia juga aktif di Jong Sumatranen Bond JSB, Perkumpulan Pemuda Sumatera dia sebagai bendahara di sana. Saat dia sekolah di Prins Hendrik School yaitu sekolah dagang menengah di Jakarta dia pun aktif kembali sebagai bendahara pusat. Awalnya sang kakek akan membawa Hatta ke Mekkah untuk belajar agama dan berharap dapat melanjutkan suraunya. Namun Ibu dan pamannya tidak setuju karena Hatta yang saat itu masih kecil, lalu ibunya meminta pamannya saja yang meneruskan surau, hingga dengan lapang dada sang kakek merelakan Hatta 2 Ibid., h. 8. 45 untuk melanjutkan pendidikan dan berharap yang terbaik dengan keputusan ini. Saat sekolah di Jakarta Hatta tinggal dengan Radja Bangsawan seorang mantan inspektur kepala sekolah untuk wilayah bagian selatan. Hatta juga sering mengunjungi pamannya yaitu Ayub Rais seorang pedagang kaya yang banyak membantu Hatta dan juga sering bertukar pikiran mengenai bisnis, ekonomi, dan perdagangan. Dari diskusi yang dilakukan Hatta dengan pamannya itu membuat pengetahuan ekonomi bisnis Hatta lebih luas dari yang didapatkan di bangku sekolah, selain itu juga membentuk pemikiran Hatta mengenai ekonomi. Ayub Rais pula yang membiayai sebagian besar biaya sekolah Hatta saat di Jakarta dan di Belanda. 3 Selain pamannya Ayub Rais dan juga keluarganya yang sebagian besar adalah pedagang yang membentuk pemikiran ekonomi Hatta, serta lingkungan keluarga yang juga berasal dari kalangan ulama dan janji Hatta pada kakeknya Pak Gaek untuk tetap taat pada agamanya membuat pemikiran Islam dan religiusitas Hatta sangat kental dan berpengaruh juga pada pemikirannya dan perilakunya yang sangat menjaga batas-batas ajaran Islam saat berteman dengan para gadis Eropa, malah mereka mengatakan jika Hatta seperti seorang pendeta. 4 Dan tokoh lain seperti Haji Agus Salim yang dikenalnya saat menjabat bendahara di JBS pusat juga berpengaruh pada pemikirannya. 3 Ibid., h. 39. 4 Ibid., h.10.