oleh orang-orang yang berkompenten di bidangnya dan dapat
berguna dan mandiri di masa depannya nanti.
Lingkungan keluarga “N” menerima keadaan “N” apa adanya, begitu juga dengan tetangga “N” mereka semua dapat
mengerti keadaan “N”, dalam segi emosional, “N” cenderung keras kepala apabila ia meminta sesuatu, cenderung harus dituruti.
Pergaulannya dengannya rekan-rekan teman di panti berjalan baik dan harmonis, tetapi hanya ada satu k
awan “N” yang dirasa mengganggu kehidupan “N”, ia sering membuat “N” menangis
karena perilakunya, ia pun sering mengadukan hal tersebut kepada pengasuh yang juga pekerja sosialnya karena ia merasa diusik oleh
kawannya tersebut.
“N” termasuk anak yang pemalu dan pendiam apabila ia dihadapkan pada orang baru yang berada disekitarnya, ia
cenderung akan menarik diri, dan menyibukan diri agar orang tersebut tidak terlalu berinteraksi dengannya, tetapi kalau “N”
sudah mengenalnya, “N” akan merasa nyaman dan merasa ingin diperhatikan. Ia cenderung sudah tidak pemalu dan mau menyapa.
Keadaan spiritualnya pun karena memang sudah sejak kecil ia sudah mengenal Tuhannya ia pun sudah mengetahui tata cara
berwudhu, sholat, dan memahami larangan dan perintah yang diajarkan agamanya.
2. Informan penerima manfaat“Y” :
“Y” adalah penerima manfaat yang berasal dari Bangka Belitung, ia mempunyai wajah yang cantik dan juga ceria, ia
memiliki kulit berwarna sawo matang dengan bola mata berwarna hitam dan bulat, badannyapun berisi, dan bibirnya berwarna merah.
“Y” secara fisik terlihat seperti anak normal tinggi badan dan berat badannya pun sama seperti anak normal seusianya. Hanya saja ia
memiliki kelainan pada telinganya yang menyebabkan ia menderita tunarungu, karena ada sesuatu yang bermasalah pada indera
pendengaran, maka itu pun berpengaruh juga kepada indera pengecapannya, ia pun tidak dapat mengeluarkan kata-kata yang
terdapat pada bibirnya, karena tidak ada pemantulan suara yang ia
terima.
Tingkat disabilitas “Y” berada pada tingkat berat, tetapi pada telinga kanan dan kirinya terdapat perbedaan, Tingkat
disabilitas “Y” 120,0 DB pada telinga kanannya dan 73,75 DB. “Y” juga sulit membaca gerak bibir seseorang, karena memang “Y”
sejak dahulu tidak pernah mengenyam bangku sekolah, “Y” hidup dan dirawat dengan orang tua angkatnya, status sosial orang tua
angkatnya terbilang kurang mampu, maka dari itu “Y” dibawa ke PSBRW “Melati” oleh pihak Dinas Sosial Bangka Belitung untuk
diberikan bimbingan agar kelak ia mandiri di masa depannya nanti. Ia pun tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan peran orangtua
layaknya orang tua kandung, pada saat ia datang ke panti
penampilannya sangatlah berbeda dengan yang terjadi sekarang, karena “Y” terlihat seperti anak yang kurang terurus dengan baik,
cara perawatan diri, serta nilai dan norma juga tidak ia dapatkan
dengan baik.
Tingkat emosional “Y” sama seperti anak-anak tunarungu wicara yang lainnya, keras kepala, ingin dituruti, dan mengambek,
ingin diakui. K epercayaannya yang tinggi membuat “N” merasa
dirinya dekat dengan siapa saja, ia termasuk anak yang supel dan gampang bergaul dengan siapa pun termasuk kepada teman sebaya,
orang yang lebih dewasa dibandingnya ataupun yang lebih muda, ia mampu melakukan apa saja ta
npa hambatan rasa malu. “Y” juga termasuk anak yang mudah berinteraksi dengan orang baru yang
dikenalnya, ia cenderung terbuka dan tidak pemalu. Hubungan sosial dengan rekan-rekannya juga terlihat baik, ia menganggap
semua adalah temannya ia dekat dengan siapa saja di lingkungan
panti, maupun dengan orang baru yang berada di sekitarnya.
Keadaan spiritualnya “Y” karena memang ia tidak terlalu mendapatkan arahan bimbingan pada saat ia berada di rumah, ia
belum terlalu bisa dalam hal pengajaran spritual, tetapi sekarang selama ia sudah berada di PSBRW “Melati” ia sudah dapat
mengenal larangan dan perintah apa yang tidak diperbolehkan ajaran agamanya, ia juga sudah mampu melakukan tata cara
berwudhu dengan baik tetapi terkadang masih kurang signifikan karena ia sering lupa, ia juga sudah mulai bisa membaca iqra tetapi
masih butuh bimbingan serta arahan agar dapat mencapai ke
tingkat yang lebih baik. 3.
Informan Orang Tua Penerima Manfaat “NM” :
“NM” adalah orang tua dari penerima manfaat “N”, ia mempunyai suami yang juga bapak “N” bernama inisial “A”, orang
tua “N” bekerja sebagai wiraswasta, ia mempunyai warung yang juga milik usaha pribadinya, kehidupan sosial ekonomi keluarga
“N” juga termasuk terbilang cukup, ibu “NM” dan bapak “A” sangat menyayangi putrinya yang bernama “N”, ia tidak pernah
merasa mempunyai anak yang menderita tunarungu wicara adalah sebuah aib bagi keluarga, bahkan sebaliknya, ia sangat mencintai
“N”, dan selalu bersyukur kepada Tuhan bahwa ia mempunyai anak seperti “N” dan menyadarinya bahwa ia harus merawat
dengan baik sebagaimana mestinya. Ibu “NM” berasal dari budaya Betawi, seperti pada budaya
Betawi pada umumnya, lingkungan kediaman “N” juga berdekatan dengan
kakek, nenek, tante, om, serta sepupu “N”, hubungan “N” dengan sanak saudara terjalin harmonis dan dekat, ia menerima
keadaan kekurangan “N” apa adanya. Orang tua “N” sempat menyekolahkan “N” ke Sekolah Luar Biasa yang berada di sekitar
kediaman “N”, karena “N” terlihat malas setiap kali diajarkan untuk belajar, maka dari itu orang tua “N” memutuskan untuk
menitipkan “N” ke panti karena mereka berharap anaknya