Spiritual Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, dan mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal terpenting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan. Tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri, dari perilaku orang tua mereka. 36

F. AnakTunarungu Wicara

Orang dengan kecacatan rungu wicara mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berfikir, karena mereka mengalami hambatan dalam penguasaan bahasa sehingga kemampuan mewujudkan fikirannya kedalam lambang-lambang bahasa pun terganggu. Dengan kata lain, potensi aktualisasi diri dan kemampuan mewujudkan fungsi sosialnya terhambat karena masalah kemampuan berbahasa dan bukan karena cacat rungunya. Lebih jauh dari itu para ahli menyatakan bahwa akibat gangguan komunikasi dan bahasa menimbulkan masalah yang lebih kompleks antara lain pada aspek perseptual kognitif, emosi, sosial, kesulitan mempelajari, keterampilan vocasional yang berdampak pada kesulitan mendapat lapangan pekerjaan. Gangguan berbahasa juga menimbulkan masalah penerimaan orang tua dan masyarakat yang berdampak pada kekeliruan cara 36 Anggara Dwi Sulistiyanto, Dkk., Kebutuhan Dasar Manusia Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2013, h. 25-26. pandang dan pelakuan. Hal ini kiranya menjadi jelas bahwa untuk mengatasi permasalahan yang mungkin timbul bagi para orang dengan kecacatan rungu wicara adalah diberikannya pelayanan yang mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang sesuai dengan kondisinya. 37 Orang dengan kecacatan rungu wicara adalah orang-orang yang pendengarannya menyimpang sedemikian rupa dari rata-rata normal sehingga mengalami gangguan dalam proses pemerolehan bahasa. Gangguan pendengaran pada orang dengan kecacatan rungu wicara merupakan penyebab utama tidak memiliki kemampuan berbahasa yang meliputi kemampuan menerima dan mengekspresikan bahasa. 38 Pengertian tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.

1. Karakteristik Tunarungu Wicara

Bentuk mimik peserta didik tuna rungu wicara berbeda dengan anak-anak lain, karena mereka mereka tidak pernah mendengar atau mempergunakan salah satu panca inderanya terutama telinga dan mulut. Oleh sebab itu mereka tidak terlalu paham dengan apa yang dimaksud dan dikatakan oleh orang lain. 37 Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Direktorat Rehabilitasi sosial Orang Dengan Kecacatan Kementerian Sosial Republik Indonesia, Panduan Pelaksanaan Komunikasi Total BagiOrang Dengan Kecacatan Rungu Wicara, Jakarta: Kementerian Sosial Republik Indonesia, h.1. 38 Ibid,h. 9. Menurut Gregory, S Perilaku yang dominan yang muncul terhadap peserta didik dengan kelainan tunarungu wicara disekolah secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi. Ciri-ciri umumnya antara lain : a. Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas. b. Selalu memiringkan kepalanya, sebagai upaya untuk berganti posisi telinga terhadap sumber bunyi, sering kali ia meminta pengulangan penjelasan guru saat di kelas. c. Mempunyai kesulitan untuk megikuti petunjuk secra lisan. d. Keengganan untuk berpartisipasi secara oral, mereka mendapatkkan kesulitan untuk berpartisipai secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengarannya. e. Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau intruksi saat dikelas. f. Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara. g. Perkembangan intelektual peserta didik tunarungu wicara terganggu h. Mempunyai kemampuanakademik yang rendah, khususnya dalam membaca. 39 39 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis, Jakarta: PT Imperal bhakti Utama, 2007, h. 50.

Dokumen yang terkait

Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

3 95 103

Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus, Jakarta Timur

3 9 86

Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosoal Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

0 11 59

Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur

2 8 168

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 8 151

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 15

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 8

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 1 30

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2