Informan penerima manfaat“Y” :

masih butuh bimbingan serta arahan agar dapat mencapai ke tingkat yang lebih baik. 3. Informan Orang Tua Penerima Manfaat “NM” : “NM” adalah orang tua dari penerima manfaat “N”, ia mempunyai suami yang juga bapak “N” bernama inisial “A”, orang tua “N” bekerja sebagai wiraswasta, ia mempunyai warung yang juga milik usaha pribadinya, kehidupan sosial ekonomi keluarga “N” juga termasuk terbilang cukup, ibu “NM” dan bapak “A” sangat menyayangi putrinya yang bernama “N”, ia tidak pernah merasa mempunyai anak yang menderita tunarungu wicara adalah sebuah aib bagi keluarga, bahkan sebaliknya, ia sangat mencintai “N”, dan selalu bersyukur kepada Tuhan bahwa ia mempunyai anak seperti “N” dan menyadarinya bahwa ia harus merawat dengan baik sebagaimana mestinya. Ibu “NM” berasal dari budaya Betawi, seperti pada budaya Betawi pada umumnya, lingkungan kediaman “N” juga berdekatan dengan kakek, nenek, tante, om, serta sepupu “N”, hubungan “N” dengan sanak saudara terjalin harmonis dan dekat, ia menerima keadaan kekurangan “N” apa adanya. Orang tua “N” sempat menyekolahkan “N” ke Sekolah Luar Biasa yang berada di sekitar kediaman “N”, karena “N” terlihat malas setiap kali diajarkan untuk belajar, maka dari itu orang tua “N” memutuskan untuk menitipkan “N” ke panti karena mereka berharap anaknya mendapatkan pendidikan baik pendidikan yang berbasis pengajaran seperti sekolah dan juga pendidikan keterampilan. Ia berharap anaknya dapat mandiri menuju masa depannya yang lebih baik. Kepercayaan yang dianut keluarga “N” adalah islam se jak ia lahir, keluarga “N” memberikan pemahaman agama sejak “N” masih kecil, maka dari itu tidak heran bahwa pengetahuan agama “N” terbilang cukup signifikan dan hanya perlu penambahan pengetahuan mengenai pengetahuan agama agar pengetahuan agama “N” semakin bertambah.

B. Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual

Setiap individu di dalam kehidupannya mempunyai peran yang harus dijalankan begitu juga dengan pekerja sosial mereka mempunyai peran karena orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat, walaupun keduanya itu berbeda antara satu dengan orang lain. Akan tetapi masing-masing darinya berperan sesuai dengan statusnya. 1 Pengertian pekerja sosial seperti yang telah dijelaskan pada Bab II . mempunyai peranan dan tugas yang harus dijalankan. 2 Menjadi seorang pekerja sosial tidak semata-mata tanpa mempunyai modal keterampilan begitu juga dengan para pekerja sosial di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur, mereka mempunyai tugas-tugas atau peran-peran yang dilakukan untuk 1 Bab II, h. 24. 2 Bab II, h. 26. biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara. Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan hasil temuan lapangan dengan teori dalam Bab II.

1. Peran Pekerja Sosial Terhadap Biologis Anak Tunarungu

wicara Pekerja sosial menjelaskan pemahaman penyandang disabilitas tunarungu wicara menurut versinya adalah penyandang disabilitas tunarungu wicara yang juga di dalamnya terdapat dalam kategori anak adalah mereka-mereka yang terlihat sehat hanya saja mereka memiliki keterbatasan dalam hal berbicara dan mendengar, yang menjadi ciri khas dia adalah konteks dari bahasa yang minim atau miskin sekali bahasa, apa yang kami inginkan itu belum tentu ia tangkap atau ia mengerti. 3 Lalu ia juga menjelaskan peranan pekerja sosial yaitu peranan sebagai pendidik educational dan tenaga ahli Expert yang terdapat pada peranan peksos. 4 Seperti yang diungkapkan Pekerja sosial: “seperti pemberian materi mengenai seks education, seperti misalnya kita ada pendidikan seks education kita mau tanyangkan malah berbalik arah yang seharusnya begini tapi malah berbalik arah bagi dia malah dia malah melakukan. Kita masih mencari konsep yang benar bagaimana kita menyampaikan ke tuna rungu tersampaikan itu dengan bahasa yang ringan .” 5 Apapun keadaan fisik penerima manfaat seorang pekerja sosial harus bisa menerima apa adanya keadaan fisik mereka. Kode etik pekerja sosial juga mengemukakan bahwa pekerja sosial tidak 3 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 02 Juni 2014. 4 Bab II, h. 34. 5 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 02 Juni 2014. membeda-bedakan latar belakang penerima manfaat. 6 Tidak membeda-bedakan juga termasuk kedalam prinsip-prinsip pekerja sosial yang harus dijalankan yaitu prinsip khusus pekerja sosial prinsip penerimaan The Principlle of Acceptence 7 Lalu menghargai martabat manusia Human Wart and Dignity seperti yang tertera pada prinsip dasar pekerja sosial. 8 Seperti yang diungkapkan pekerja sosial berikut ini : “kode etik pekerja sosial harus dijunjung tinggi, prinsip khusus yang dijalankan pekerja sosial yaitu penerimaan kita harus menerima apa adanya kondisi PM, seperti contoh pekerja sosial tidak boleh menutup hidungnya apabila ketahuan klien tersebut pakaiannya tercium bau tidak sedap, kita harus menerima keadaan PM sehingga penerima manfaat akan merasa bahwa pekerja sosial menerima dirinya apa adanya karena diperlakukan sebagaimana mestinya. Begitu juga dengan prinsip menghargai martabat manusia setiap manusia dilahirkan itu mempunyai martabat yang harus dihargai, kita tidak boleh semena-mena, tidak boleh melihat dari status sosialnya. ” 9 Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak tunarungu wicara, sangatlah sama dengan anak-anak normal lainnya. Seperti yang diungkapkan Koordinator Pekerja Sosial berikut ini : “seperti yang terlihat anak-anak istimewa Tuhan yang dititipkan oleh kami disini mereka luar biasa cantik, tampan rata-rata memiliki bentuk tubuh yang tinggi dan berat badan yang sesuai dengan anak-anak normal di luar sana bahkan tidak kalah dengan anak normal di luar sana. ” 10 Fisik yang sehat juga menunjang aktifitas yang ada, tidak ada penghalang bagi anak-anak ini mengeluarkan bakatnya dengan 6 Bab II, h. 46. 7 Bab II, h. 37. 8 Bab II, h. 35. 9 Wawancara Pribadi Yang Dila kukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 02 Juni 2014. 10 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Kepala Koordinator Pekerja Sosial “YS” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 19 Mei 2014.

Dokumen yang terkait

Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

3 95 103

Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus, Jakarta Timur

3 9 86

Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosoal Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

0 11 59

Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur

2 8 168

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 8 151

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 15

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 8

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 1 30

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2