Faktor-Faktor Psikososial Antara Lain

orang tuanya. Agar anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya. Agar kelak kemudian hari menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula kepada sesamanya. Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara berlebihan dan menjurus ke arah memanjakan, maka akan menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, sombong, dan kurang bisa menerima kenyataan. h. Kualitas interaksi anak-orang tua Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orang tuanya, sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi. 33

E. Spiritual

Manusia secara terus menerus menghadapi berbagai perubahan lingkungan yang selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan dan interaksi dengan lingkungan serta 33 Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak Surabaya: Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga, 1998. h.9. menciptakan hubungan antara manusia secara serasi. Dalam teori keperawatan sering memandang manusia sebagai manusia yang holistikmerupakan pendekatan yang bersifat secara menyeluruh terhadap individu dalam kontak biopsikososial, kultural, dan spiritual dimana sebagai makhluk dengan dasar spiritual, manusia memiliki keyakinan dan kepercayaan serta menyembah Tuhan atau sembahyang. 34 Manusia sebagai makhluk spiritual. Manusia sebagai makhluk spiritual mempunyai hubungan dengan kekuatan di luar dirinya. Hubungan dengan Tuhannya, dan mempunyai keyakinan di luar dirinya. Keyakinan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya. 35 Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dan Maha-Penciptanya. Kata “spiritual” sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami pengertian spiritual dapat dilihat berbagai sumber. Berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku seseorang.Usia anak-anak merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman, perilaku didapatkan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat antara lain adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain keyakinan dan kepercayaan yang dianut. 34 Chistina Lia Uripni, dkk, Komunikasi Kebidanan Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003, h.71. 35 Asmadi, Konsep Dasar Keperawatan, h. 16. Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, dan mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal terpenting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan. Tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri, dari perilaku orang tua mereka. 36

F. AnakTunarungu Wicara

Orang dengan kecacatan rungu wicara mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berfikir, karena mereka mengalami hambatan dalam penguasaan bahasa sehingga kemampuan mewujudkan fikirannya kedalam lambang-lambang bahasa pun terganggu. Dengan kata lain, potensi aktualisasi diri dan kemampuan mewujudkan fungsi sosialnya terhambat karena masalah kemampuan berbahasa dan bukan karena cacat rungunya. Lebih jauh dari itu para ahli menyatakan bahwa akibat gangguan komunikasi dan bahasa menimbulkan masalah yang lebih kompleks antara lain pada aspek perseptual kognitif, emosi, sosial, kesulitan mempelajari, keterampilan vocasional yang berdampak pada kesulitan mendapat lapangan pekerjaan. Gangguan berbahasa juga menimbulkan masalah penerimaan orang tua dan masyarakat yang berdampak pada kekeliruan cara 36 Anggara Dwi Sulistiyanto, Dkk., Kebutuhan Dasar Manusia Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2013, h. 25-26.

Dokumen yang terkait

Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

3 95 103

Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus, Jakarta Timur

3 9 86

Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosoal Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

0 11 59

Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur

2 8 168

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 8 151

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 15

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 8

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 1 30

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2