Peran Pekerja Sosial Terhadap Biologis Anak Tunarungu

memanfaatkan fisik yang sehat dan kuat, di panti juga terdapat bimbingan fisik, yang memang di dalamnya peranan pekerja sosial diperankan. Bimbingan itu berupa olahraga senam yang biasa kami lakukan setiap jumat pagi bersama dengan para pegawai, berenang yang dilakukan di luar panti, futsal yang dilakukan di luar panti, bimbingan fisik malam hari seperti olahraga bela diri mahatma dan karate, lalu kegiatan olahraga yang di lakukan terkadang malam atau pun sore harinya seperti batminton, tenis meja, bulu tangkis, sepak bola, bola volly. Seperti halnya kegiatan olahraga, menurut pekerja sosial, pekerja sosial mengungkapkan bahwa anak-anak yang mengalami tunarungu wicara secara fisik memang sama dan sehat seperti anak- anak normal, tidak jarang dari mereka terbilang berbakat pada bidang olahraga dan seni tarian daerah, angklung. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak yang gemar berolahraga mereka merupakan anak-anak yang berprestasi dan selalu meraih piala penghargaan di acara perlombaan. Tinggi badan anak-anak disini juga normal begitu juga dengan berat badannya. Berkaitan dengan pertumbuhan dan pemenuhan gizi dan nutrisi, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh anak. Jadi makanan yang dikonsumsi “N” dan “Y” sangat mempengaruhi pertumbuhan. Oleh sebab itu Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” memberikan makanan yang sehat. Dalam pelayanannya pekerja sosial menjalankan metode pekerja sosial, ada tiga metode yaitu case work, group work, dan community organization. Metode case work di mana di dalam bentuk-bentuknya berupa konseling dengan pekerja sosial, psikolog pemberian motivasi Metode case work adalah pemberian metode penanganan pekerja sosial kepada individu individu. 11 Seperti yang diungkapkan pekerja sosial : “insyallah bergizi makannya anak-anak diberikan makan sebanyak 3 kali sehari kami juga sedih jika ada yang mendengar bahwa ada anak yang tidak sarapan, kami selalu menanyakan kenapanya kamu tidak makan ? makanlah nanti kamu sakit. Disitulah peran kami dimainkan kami menjadi konselor, konseling kan bisa digunakan kapan saja kepada individu, walau hanya menanyakan kepada anak akan hal itu, itu sudah bisa dikatakan konseling, nantinya mereka akan bercerita dengan sendirinya, “Y” juga termasuk anak yang disiplin dalam makan. Untuk bimbingan fisik sendiri “Y” senang ketika mengikuti senam ia kan pedenya tinggi sekali jadi senang gerak sana- sini, kalau “N” dia itu ikut bimbingan fisik berenang dia suka sekali berenang, lalu dahulu dia ikut bimbingan olahraga malam karate tetapi sekarang setau saya sudah tida k, katanya si “saya malas”, “malas tidak mau malas capek. ” 12 Dalam melakukan pelayanan terhadap penerima manfaat pekerja sosial menjalankan prinsip-prinsip pekerja sosial seperti prinsip memberikan kesempatan yang sama equal apportunity. 13 Mereka juga dapat berpartisipasi sesuai prinsip pekerja sosial prinsip partisipasi the principlle of participation dengan lingkungan luar mereka. 14 Seperti yang diungkapkan pekerja sosial sebagai berikut : 11 Bab II, h.41. 12 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 27 Mei 2014. 13 Bab II, h.36. 14 Bab II, h.39. “seperti prinsip mempunyai kesempatan yang sama kami berkenyakinan mereka memiliki kesempatan yang sama mereka juga miliki hak yang sama dengan manusia normal yang lainnya, dalam hal fisik mereka dapat mengikuti bimbingan fisik semuanya dapat mereka lakukan karena memang secara fisiknya mereka sama seperti anak normal, bahkan tidak jarang dari mereka meraih piala dan piagam penghargaan kar ena bakat yang ia miliki.” 15 Dengan mendapatkan pola makanan bergizi seimbang akan mendapatkan tubuh yang sehat dan tumbuh dengan sempurna, kepedulian Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” terhadap kesehatan anak-anaknya terbukti pada saat peneliti melakukan penelitian, peneliti melihat ada beberapa anak yang sakit dan para pekerja sosial sendiri langsung tanggap dan sigap dalam memberikan pertolongan pertama mereka. Para pekerja sosial menemani anak tersebut dan kalau memang penyakitnya bisa disembuhkan dengan beberapa obat yang ada di panti, pekerja sosial pun segera memberikan obat tersebut. Apabila penyakitnya terbilang cukup parah panti segera memanggil dokter yang memang sudah biasa menangani anak-anak disini dan segera memeriksa dan memberikan obat Pekerja sosial berperan sebagai negosiator dalam pelayanan kesehatan. 16 Pekerja sosial menggungkapkan terkait dengan kesehatan penerima manfaat sebagai berikut : “memberikan informasi kepada anak bahwa menjaga kesehatan itu baik, sakit itu tidak enak, pelayananya kalau anak sakit kami sebagai peksos harus sigap menangani anak, anak kita temani kalau memang di sakit kita tanyakan kepadanya “adek kenapa? sakit 15 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 02 Mei 2014. 16 Bab II, h.32. apa?” kalau memang masih bisa diberikan obat yang ada di panti ya kami berikan, kalau memang butuh penanganan Dokter ya biasanya kami memanggil Dokter. ” 17

2. Peran Pekerja Sosial Terhadap Psikososial Anak Tunarungu

Wicara Pada perkembangan emosi anak tunarungu, biasanya kurangnya pemahaman bahasa lisan dan tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. 18 Anak tunarungu wicara juga memiliki karakteristik cepat marah, mudah tersinggung dalam memahami pembicaraan orang lain. 19 Seperti yang diungkapkan pekerja sosial : “Coba kalau marah seperti yang pacaran kita larang terus kita ngomong sama pegawai yang lain seakan-akan kita ngomonginnya dia hanya melihat kita saja seakan-akan kami membicarai dia, karna dia tidak mendengar tetapi dia melihat, anak itu dari gerakan kita menjadi dia emosi, mereka melihat apa yang dilihat tapi tidak mengerti. ” 20 Pekerja sosial dalam prakteknya juga menggunakan teori pekerja sosial yaitu teori psikodinamik, disebut psikodinamik karena teori ini memiliki asumsi bahwa tingkah laku berasal dari gerakan dan interaksi yang terjadi dalam pikiran manusia. 21 Teori ini menekankan bahwa pikiran mempengaruhi perilaku seseorang. Seperti yang diungkapkan pekerja sosial sebagai berikut : 17 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 27 Mei 2014. 18 Bab II, h.53. 19 Bab II, h.54. 20 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja S osial “SN” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014. 21 Bab II, h.43. “misalnya ada kasus masalahnya sepele saja berebut makanan, respon dari permasalahan anak suka salah paham dengan situasi yang ada karena mereka hanya melihat. Seperti yang dijelaskan teori pekerja sosial psikodinamik, bahwa pikiran mempengaruhi perilaku. ” 22 Perkembangan emosi anak tunarungu juga bergejolak karena kemiskinan bahasa dan di pihak lain karena pengaruh dari luar yang diterimanya. 23 Seperti yang diungkapkan pekerja sosial : “PM ”N” itu kalau beberapa minggu tidak dijeguk mamahnya dia bawaannya uring-uringan di kelas bimbingan sosial maupun keterampilan, Kondisi emosi “N” belum stabil belum bisa mengendalikan emosi, seperti ngambek, egois, kanak kanak masa peralihan kanak-kanan ke remaja awal. Kalau nangis ya nangisnya kenceng seperti anak kecil. ” 24 Psikolog Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” ibu “TWH” pun juga berpendapat bahwa anak-anak tunarungu wicara yang ada di panti sini, selama ia melakukan pengamatan, dan berinteraksi dengan anak-anak disini, ia mengemukakan bahwa mereka sama memiliki emosi seperti layaknya orang normal namun cenderung emosi mereka lebih besar karena itu minimnya bahasa informasi bahasa yang mereka dapatkan sehingga sulit bagi mereka untuk bisa memahami dan mengerti keadaan. Sifat ego sentrisnya juga terlihat sehingga kalau ada keinginan harus dituruti. 25 Seperti yang diungkapkan psikolog : “Cuma ya kalau si “N” kalau keinginannya nggak dituruti dia akan meledak-meledak bisa digebukin kita, biasanya si keinginannya 22 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014. 23 Bab II, h.53. 24 Wawancara Priba di Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SM” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 28 Juni 2014. 25 Bab II, h.53. lebih kedirinya sendiri, dan nggak nyusahin orang. Dalam hal emosi mereka itu belum stabil, menggebu gebu, pengen tahu. Sedangkan “Y” berbeda lagi, dia itu anaknya pengen menonjol pengen diakui lah ya, percaya dirinya besar sekali, tidak malu, kalau memang ada keinginannya tetapi dilarang dia pasti kecewa, marah dan mengamuk.” 26 Tidak jarang dari mereka juga merasakan terpuruk, tidak adanya motivasi, mereka berdiam diri, menutup diri, murung dan terlihat sedih. 27 Seperti yang diungkapkan pada peranan pekerja sosial juga terdapat peran sebagai pemberi motivasi atau tenaga ahli expert. 28 Seperti yang diungkapkan pekerja sosial : “Peranan pemberian motivasi kita berikan reward kepada mereka yang membangun mereka, memberikan motivasi kepada mereka bahwa mereka bisa, “terus belajar,” “kamu pasti bisa.” 29 Anak tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah. 30 Pergaulannya juga terbatas hanya kepada komunitasnya saja. 31 Seperti yang diungkapkan pekerja sosial : “Mereka lebih banyak menarik diri dari orang normal, Terlihat dari pola pikir mereka, motivasinya hanya kepada komunitasnya baru nyambung, dia merasa orang normal itu belum tentu baik, mereka tidak gampang percaya, mereka selalu berkelompok, padahal kita sudah upayakan bahwa mereka harus bergaul dengan orang orang normal, mereka lebih kepada 26 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014. 27 Bab II, h. 53. 28 Bab II, h. 34. 29 Wawancara Pribadi Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sosial “SN” Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Pada Tanggal 03 Juni 2014. 30 Bab II, h.53. 31 Bab II, h.53.

Dokumen yang terkait

Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

3 95 103

Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus, Jakarta Timur

3 9 86

Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosoal Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

0 11 59

Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur

2 8 168

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 8 151

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 15

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 8

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 1 30

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2