d. Riwayat Penyakit Kulit dengan Kejadian Dermatitis Kontak
Riwayat penyakit kulit dalam penelitian ini merupakan pekerja yang sebelumnya atau sedang menderita penyakit kulit akibat kerja. Perlu dipertegas
bahwa riwayat penyakit kulit yang dialami pekerja pada penelitian ini terdapat di bagian tangan, karena dalam proses kegiatan produksi yang berkontak dengan zat
kimia adalah tangan pekerja, sehingga apabila ada pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit selain ditangan, masuk dalam kategori tidak memiliki riwayat.
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan bahwa distribusi pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit 36 lebih sedikit, dibandingkan dengan pekerja yang tidak
memiliki riwayat penyakit kulit 64. Bila dihubungkan dengan kejadian dermatitis kontak, hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja yang memiliki riwayat penyakit
kulit dan menderita dermatitis kontak sebesar 38,9, sedangkan pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit dan menderita dermatitis kontak sebesar 53.1 .
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara riwayat penyakit kulit dengan kejadian dermatitis kontak, dengan Pvalue sebesar 0,501. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anissa 2010 di TPA
Cipayung yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Akan tetapi berbeda
halnya dengan penelitian Fatma Lestari 2007 pada pekerja di PT.Inti Pantja Press Industri yang menunjukan bahwa riwayat penyakit kulit sebelumnya berhubungan
dengan timbulnya penyakit dermatitis kontak, responden yang tidak mempunyai riwayat penyakit kulit dan menderita dermatitis kontak sebesar 44,4, sedangkan
responden yang mempunyai penyakit kulit sebelumnya dan menderita dermatitis kontak sebesar 57,7.
Fatma lestari 2007 menjelaskan bahwa riwayat penyakit kulit akibat pekerjaan sebelumnya dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pekerja
terkena dermatitis kontak kembali. Menurut Djuanda 2007, pekerja yang sebelumnya atau sedang menderita non dermatitis akibat kerja lebih mudah
mendapat dermatitis akibat kerja, karena fungsi perlindungan dari kulit sudah berkurang akibat dari penyakit kulit yang diderita sebelumnya. Fungsi perlindungan
yang berkurang tersebut antara lain hilangnya lapisan-lapisan kulit, rusaknya saluran kelenjar keringat dan kelenjar minyak serta perubahan pH kulit.
Umumnya pekerja di Indonesia telah bekerja pada lebih dari satu tempat kerja. Hal ini memungkinkan ada pekerja yang telah menderita penyakit dermatitis
pada pekerjaan sebelumnya dan terbawa ke tempat kerja yang baru. Para pekerja yang pernah menderita dermatitis merupakan kandidat utama terkena dermatitis. Hal
ini karena kulit pekerja tersebut sensitif terhadap bahan kimia. Jika terjadi inflamasi terhadap bahan kimia, maka kulit akan lebih mudah teriritasi sehingga akan lebih
mudah terkena dermatitis Cohen, 1999. Namun berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa pekerja yang
memiliki riwayat penyakit kulit lebih sedikit mengalami dermatitis kontak. Hal tersebut bisa terjadi karena pada penelitian ini distribusi pekerja yang memiliki
riwayat penyakit kulit pada bagian tangan lebih sedikit dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit. Pada saat bekerja pada bagian processing
dan filling pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit sebagian besar sudah benar- benar sembuh dari penyakitnya, sehingga sudah terbentuk kembali fungsi
perlindungan kulitnya. Selain itu semua pekerja, baik yang memiliki atau tidak memiliki riwayat penyakit kulit, berpotensi untuk menderita dermatitis kontak karena
semua pekerja terpapar dan berkontak dengan zat kimia yang sama saat bekerja. Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan
antara riwayat penyakit kulit dengan kejadian dermatitis kontak.
e. Hubungan antara Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis Kontak