Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak

sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala. Diajurkan juga untuk seluruh pekerja menggunakan APD dan memperhatikan kebersihan diri masing-masing pekerja.

c. Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Jenis kelamin adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku Webster’s New World Dictionary. Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukan bahwa pekerja pada bagian processing dan filling yang banyak mengalami dermatitis kontak ádalah pekerja dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 13 pekerja 65. Sedangkan pekerja dengan jenis kelamin perempuan dan menderita dermatitis kontak hanya sebanyak 11 pekerja 36,7. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak, dengan Pvalue sebesar 0,094. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anissa 2010 di TPA Cipayung yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak iritan, dengan Pvalue sebesar 1,000. Penelitian Goh 1984-1985 di singapura juga melaporkan prevalensi dermatitis kontak alergik pada 2471 pasien yang positif terhadap uji kulit terdiri dari 49,2 perempuan dan 49,8 laki-laki. Berbeda halnya dengan penelitian Trihapsoro 2003 yang menyatakan bahwa perempuan memiliki prevalensi dua kali lipat terkena dermatitis kontak dibandingkan laki-laki. Berdasarkan Aesthetic Surgery Journal terdapat perbedaan antara kulit pria dengan wanita, perbedaan tersebut terlihat dari jumlah folikel rambut, kelenjar sebaceous atau kelenjar keringat dan hormon. Kulit pria mempunyai hormon yang dominan yaitu androgen yang dapat menyebabkan kulit pria lebih banyak berkeringat dan ditumbuhi lebih banyak bulu, sedangkan kulit wanita lebih tipis daripada kulit pria sehingga lebih rentan terhadap kerusakan kulit. Kulit pria juga memiliki kelenjar aprokin yang tugasnya meminyaki bulu tubuh dan rambut, kelenjar ini bekerja aktif saat remaja, sedangkan pada wanita seiring bertambahnya usia, kulit akan semakin kering. Maka berdasarkan pernyataan tersebut, dalam hal penyakit kulit perempuan dikatakan lebih berisiko mendapat penyakit kulit dibandingkan dengan pria. Akan tetapi pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak, hal tersebut dapat terjadi karena dalam penelitian ini pekerja laki-laki lebih banyak di tempatkan di bagian yang sering berhubungan langsung dengan bahan kimia, dengan durasi kontak lebih lama dibandingkan pekerja berjenis kelamin perempuan. Terlihat pada bagian processing dimana pekerja melakukan proses pengolahan bahan-bahan kimia menjadi sebuah produk, lebih di dominasi oleh pekerja laki-laki, dan bagian filling pekerja laki-lakilah yang mempunyai tugas memasukan bulk adonan ke mesin yang selanjutnya di masukan ke wadah sesuai takaran. Selain itu pekerja laki-laki juga mempunyai tugas untuk membersihkan mesin-mesin setelah pengolahan bahan-bahan kimia. Sehingga pada penelitian ini, didapatkan hasil tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak. Walau demikian masih terdapat 35 pekerja laki-laki yang tidak menderita dermatitis kontak, yang artinya tidak semua pekerja laki-laki pada penelitian ini mengalami dermatitis kontak. Hal tersebut dapat terjadi karena dari 35 pekerja tersebut memiliki lama kontak dan masa kerja yang lebih singkat dibandingkan dengan pekerja laki-laki lainnya, serta perilaku personal hygiene mereka yang baik.

d. Riwayat Penyakit Kulit dengan Kejadian Dermatitis Kontak