2. Mahadi 1991-1992 melaporkan penderita dermatitis kontak alergik pada
praktek klinik swasta di Medan 72,73 adalah perempuan dan 27,27 laki-laki. 3.
Nasution dkk di RS Dr Pirngadi Medan tahun 1992 perempuan 63,79 dan laki- laki 36,21. Tahun 1993 perempuan 67,19 dan laki-laki 32,18. Tahun 1993
perempuan 67,19 dan laki-laki 32,81. Tahun 1994 perempuan 71,43 dan laki-laki 28,57. Terlihat adanya peningkatan persentase penderita perempuan
dari tahun 1992, 1993, 1994. 4.
Villafuerte dan Palmero 2001 dari Filipina melaporkan dari tahun 1996- 2001 pada 267 pasien yang dilakukan uji tempel 71,4 adalah perempuan dan 28,6
laki-laki.
2.7.5 Ras
Faktor individu yang meliputi jenis kelamin, ras dan keturunan merupakan pendukung terjadinya dermatitis kerja HSE, 2000. Ras Manusia adalah
karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya. Bila dikaitkan dengan penyakit dermatitis, ras merupakan
salah satu faktor yang ikut berperan untuk terjadinya dermatitis Djuanda, 2007. Ras dalam hubungannya dengan dermatitis terlihat dari warna kulit. Setiap
individu mempunyai warna kulit yang berbeda berdasarkan ras-nya masing-masing. Menurut Djuanda kulit putih lebih rentan terkena dermatitis dibandingkan dengan
kulit hitam. Orang berkulit hitam lebih tahan terhadap lingkungan industri karena kulitnya kaya akan melanin. Melanin merupakan pigmen kulit yang berfungsi
sebagai proteksi atau perlindungan kulit Djuanda, 2007. Sel pembentukan pigmen melanosit, terletak di lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal dengan melanosit adalah 10 : 1.
Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen melanosomes menentukan warna kulit ras maupun individu. Melanosit turut berperan dalam
melindungi kulit dari pengaruh sinar matahari maupun gangguan fisis, mekanis dan kimiawi seperti zat kimia Djuanda, 2007.
2.7.6 Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
Dalam melakukan diagnosis dermatitis kontak dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi termasuk
riwayat keluarga, aspek pekerjaan atau tempat kerja, sejarah alergi misalnya alergi terhadap obat-obatan tertentu, dan riwayat penyakit sebelumnya Putra, 2008.
Pekerja yang sebelumnya atau sedang menderita penyakit kulit akibat kerja lebih mudah mendapat dermatitis akibat kerja, karena fungsi perlindungan dari kulit sudah
berkurang akibat dari penyakit kulit yang diderita sebelumnya. Fungsi perlindungan yang dapat menurun antara lain hilangnya lapisan-lapisan kulit, rusaknya saluran
kelenjar keringat dan kelenjar minyak serta perubahan pH kulit Djuanda, 2007. Umumnya pekerja di Indonesia telah bekerja pada lebih dari satu tempat
kerja. Hal ini memungkinkan ada pekerja yang telah menderita penyakit dermatitis pada pekerjaan sebelumnya dan terbawa ke tempat kerja yang baru. Para pekerja
yang pernah menderita dermatitis merupakan kandidat utama terkena dermatitis. Hal ini karena kulit pekerja tersebut sensitif terhadap bahan kimia. Jika terjadi inflamasi
terhadap bahan kimia, maka kulit akan lebih mudah teriritasi sehingga akan lebih mudah terkena dermatitis Cohen, 1999.
Berdasarkan penelitian Lestari, Fatma 2007 pada pekerja di PT Inti Pantja Press Industri, diketahui kejadian dermatitis kontak pada responden yang tidak
mempunyai riwayat penyakit kulit sebelumnya sebesar 44,4, sedangkan responden
yang mempunyai penyakit kulit sebelumnya sebesar 57,7. Hal tersebut menunjukan bahwa riwayat penyakit kulit sebelumnya berhubungan dengan
timbulnya penyakit dermatitis kontak.
2.7.7 Personel Hygiene