Keterbatasan Penelitian Kejadian Dermatitis Kontak

88

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yaitu : 1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Desain ini tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat, hanya menjelaskan hubungan keterkaitan. Meskipun demikian, desain ini dipilih karena paling sesuai dengan tujuan penelitian, serta efektif dari segi waktu. 2. Pemeriksaan kejadian dermatitis kontak hanya dilihat secara umum dari gejala- gejala dan pemeriksaan fisik dengan bantuan dokter, tanpa mengunakan uji tempel untuk memperkuat hasil. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan biaya dan waktu penelitian. 3. Tidak ada data sekunder mengenai kondisi kesehatan pekerja. Hal ini menyebabkan peneliti sulit menilai pencegahan kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah dilaksanakan secara baik dan efektif untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak di perusahaan. 4. Peneliti tidak diizinkan untuk mengetahui berapa konsentrasi setiap bahan kimia yang digunakan, sehingga peneliti hanya melakukan analisis berdasarkan jenis bahan kimia yang digunakan. 5. Peneliti hanya menganalisis beberapa bahan-bahan kimia umum yang pasti digunakan dalam setiap proses pembuatan kosmetik di perusahaan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peneliti untuk mendapatkan data keseluruhan bahan kimia yang digunakan serta dari segi waktu dan biaya untuk meneliti keseluruhan bahan kimia yang digunakan di perusahaan. 6. Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan setiap variabel.

6.2 Kejadian Dermatitis Kontak

Dermatitis yang terjadi pada pekerja adalah dermatitis kontak akibat kerja. Dermatitis kontak akibat kerja didefinisikan sebagai penyakit kulit dimana pajanan di tempat kerja merupakan faktor penyebab yang utama serta faktor kontributor HSE,2000. Menurut Hudyono dermatitis kontak adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh bahan yang mengenai kulit, baik melalui mekanisme imunologik melalui reaksi alergi maupun non-imunologik dermatitis kontak iritan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 48 dari 50 orang pekerja di PT.Cosmar Indonesia menderita dermatitis kontak. Berdasarkan diagnosa dokter, dari 48 pekerja yang menderita dermatitis kontak, 33,3 pekerja mengalami dermatitis kontak alergi dan 66,7 pekerja mengalami dermatitis kontak iritan. Hal tersebut sejalan dengan studi epidemiologi di Indonesia yang memperlihatkan bahwa 97 dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3 diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7 adalah dermatitis kontak alergi Hudyono, 2002. Menurut Cohen 1999, kontak dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar dermatitis kontak akibat kerja. Pekerja di PT.Cosmar Indonesia berkontak dengan bahan kimia saat melakukan proses pekerjaan. Diantara ribuan macam bahan kimia yang digunakan, terdapat beberapa bahan kimia umum yang biasa digunakan dalam setiap pembuatan produk kosmetik di PT.Cosmar Indonesia. Bahan-bahan kimia tersebut berpotensi untuk menimbulkan dermatitis kontak, diantaranya pengawet kosmetik yaitu paraben, formaldehid, quarternium, imidazodinyl urea, diazolidilnyl urea, bronopol, dimethyloldimethyl hydantion, methylisothiazolinone MCIMI, iodopropylnyl buthylcarbamate IPBC, methyldibromoglutaronitrile phenoxyethanol dan bahan kimia lain seperti p-phenylenediamine PPD, p- toluenediamine, petrolatum, paraffin, cetyl alcohol, propylene glycol, isopropyl alcohol, sodium hydroxine dan sodium lauryl ether sulfate. Bahan kimia yang digunakan PT.Cosmar Indonesia diatas umumnya bersifat iritan lemah dan sensitizer, sehingga dapat menyebabkan dermatitis kontak. Terlihat dari 66,7 pekerja yang menderita dermatitis kontak iritan timbul kelainan kulit setelah berulang kali kontak dengan zat kimia, dengan kelainan kulit berupa plak hiperpigmentasi kulit yang menghitam dan terlihat lebih tebal, likenifikasi penebalan kulit, visura retakan serta timbul gejala seperti nyeri, panas, kulit kering bahkan tanpa gejala. Pada 33,3 pekerja yang menderita dermatitis kontak alergi timbul kelainan kulit setelah berkontak dengan zat kimia melalui proses sensitisasi sebelumnya. Proses sensitisasi pada setiap individu bervariasi, bisa terjadi pada kontak pertama kali atau kontak kesekian kali dengan bahan kimia. Kelainan kulit pada pekerja yang menderita dermatitis kontak alergi berupa bercak kemerahan, papula tonjolan padat, vesikel tonjolan berisi cairan, endema bengkak dan gejala gatal yang tidak tertahankan. Lokasi terjadinya dermatitis kontak pada pekerja PT.Cosmar Indonesia di bagian tangan meliputi punggung tangan, volar tangan, lengan bawah sisi depan dan lengan bawah sisi belakang. Trihapsoro 2003 juga menyatakan bahwa dermatitis kontak akibat kerja paling banyak ditemukan di tangan. Hal tersebut terjadi karena dalam melakukan proses pekerjaan yang berkontak secara langsung dengan bahan kimia adalah tangan pekerja, sehingga memungkinkan untuk terciptrat atau tertumpah bahan kimia saat melakukan pekerjaan apabila tidak menggunakan APD dengan lengkap. Umumnya pekerja yang mengalami dermatitis ringan hanya menunjukan gejala gatal-gatal, nyeri, kulit kering dan retak-retak, sedangkan pekerja yang mengalami dermatitis berat merasakan nyeri, panas, serta kulit bengkak. Namun mereka tidak menyadari bahwa gangguan kulit tersebut merupakan gejala dermatitis kontak. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa faktor penyebab utama terjadinya dermatitis kontak pada pekerja PT.Cosmar Indonesia yaitu kontak dengan zat kimia melalui proses kerja. Berdasarkan pengamatan peneliti, dermatitis kontak yang terjadi pada pekerja timbul akibat kecelakaan atau akibat kebiasaan kerja yang buruk, seperti tidak memakai sarung tangan dan baju kerja yang menutupi seluruh bagian tubuh saat melakukan proses pekerjaan serta kurang berhati-hati dalam melakukan proses pekerjaan. Selain itu berdasarkan hasil pengamatan, pekerja yang terkena bahan kimia saat melakukan proses pekerjaan tidak langsung membilasnya dengan air, melainkan terus melanjutkan pekerjaannya. Hal tersebut memperbesar peluang untuk terjadinya dermatitis kontak pada pekerja. Faktor-faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini juga sebagian besar berpengaruh terhadap kejadian dermatitis kontak pada pekerja, seperti 100 pekerja di PT.Cosmar Indonesia tidak lengkap dalam menggunakan APD, frekuensi lama kontak pekerja dengan bahan kimia rata-rata 5.2 jamhari, rata-rata masa kerja pekerja pada bagian yang berkontak dengan bahan kimia 1,5 tahun yang artinya selama 1,5 tahun pekerja terpapar dan kontak dengan bahan kimia, selain itu walaupun pada saat dilakukan observasi didapatkan distribusi pekerja dengan personal hygiene buruk lebih sedikit, hal tersebut tidak menutup kemungkinan pada hari sebelum atau sesudah dilakukan observasi perilaku personal hygiene pekerja lebih banyak yang tidak baik, karena observasi yang dilakukan hanya berdasarkan satu waktu tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa kejadian dermatitis kontak pada pekerja PT.Cosmar Indonesia, terjadi akibat proses kerja yang mengharuskan para pekerja berkontak dengan bahan kimia, kelalaian pekerja serta faktor-faktor lain yang mendukung untuk terjadinya dermatitis kontak pada pekerja. Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja bagian procesing dan filling PT.Cosmar Indonesia. 6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak 6.3.1 Hubungan antara Faktor Langsung dengan Kejadian Dermatitis Kontak

a. Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak