terdapat penyakit kulit lain, personal hygiene dan tindakan mengunakan APD. Menurut Rietschel 1985, faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis,
terdiri dari Direct Influence dan Indirect Influenece. Faktor Direct Influence, yaitu berupa toxic agent. Sedangkan yang termasuk Indirect Influenece adalah usia dan
gender, kebiasaan hobby, kebersihan dan riwayat penyakit. Menurut Cohen E David 1999, faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
dermatitis adalah Direct Causes, yaitu berupa bahan kimia dan Indirect Causes yang meliputi penyakit yang telah ada sebelumnya, usia, lingkungan, dan personal
hygiene. Menurut Freedberg, dkk 2003 kelainan kulit akibat dermatitis ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, serta suhu bahan iritan tersebut, selain
itu juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu lama kontak, kekerapan terus-menerus atau berselang, suhu dan kelembaban lingkungan.
Berdasarkan beberapa sumber yang menjelaskan tentang faktor penyebab dermatitis diatas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang dominan menyebabkan
terjadinya dermatitis, yaitu faktor langsung bahan kimia ukuran molekul, daya larut, konsentrasi dan lama kontak dan faktor tidak langsung suhu, kelembaban,
masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD.
2.6 Faktor Langsung
2.6.1 Bahan Kimia ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi
Bahan kimia merupakan penyebab utama dari penyakit kulit dan gangguan pekerjaan. Kontak dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar dermatitis
kontak akibat kerja Cohen, 1999. Bahan kimia untuk dapat menyebabkan kelainan pada kulit ditentukan dari ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi. Melalui
kontak yang cukup lama dan konsentrasi yang memadai, bahan kimia dapat menyebabkan kelainan kulit berupa dermatitis kontak iritan atau dermatitis kontak
alergi. Seorang pekerja dapat terkena bahan kimia berbahaya melalui kontak
langsung dengan permukaan yang terkontaminasi, pengendapan aerosol, dan perendaman, atau percikan. Besarnya bahaya tergantung oleh besaran kontak bahan
kimia yang terjadi, sehingga mengakibatkan tingginya resiko yang menentukan besarnya pengaruh pada kesehatan manusia. Hal inilah yang disebut exposure-
respons relationship. Paparan ditentukan oleh banyak faktor termasuk lama kontak durasi, frekuensi kontak, konsentrasi bahan dan lain-lain Agius R, 2006. Agen
kimia dibagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sensitizers iritasi. 1. Iritan Primer
Kebanyakan dermatitis kerja disebabkan oleh kontak dengan iritan primer. Iritan primer ini mengubah kimia kulit dan menghancurkan perlindungan kulit
sehingga kulit menjadi rusak, dan dermatitis kontak iritan primer dapat terjadi. Iritasi primer menyebabkan reaksi kulit langsung pada kulit saat pemaparan
pertama.
Tabel 2.1 Iritan Primer Agen
Produk Efek
Paraben kosmetik,
deodoran, dan beberapa produk
perawatan kulit kemerahan dan reaksi alergi pada
kulit
Propylene Glycol produk
kecantikan, kosmetik
dan pembersih wajah
kemerahan pada
kulit dan
dermatitis kontak Isopropyl Alcohol produk
perawatan kulit
iritasi kulit dan merusak lapisan asam kulit sehingga bakteri dapat
tumbuh dengan subur. Disamping itu,
alkohol juga
dapat menyebabkan penuaan dini.
Sumber : Indonesian science forum
2. Sensitizers Sensitizers tidak dapat menyebabkan reaksi kulit langsung, tetapi
pemaparan berulang bisa menyebabkan reaksi alergi. Bahan kimia yang menyebabkan sensitisasi kulit jauh lebih sedikit dari pada yang menyebabkan
iritasi primer. Contohnya logan dan garam-garamnya kromium,kobalt dan lain- lain, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan dan antibiotik, kosmetik dan lain-
lain. Bahaya bahan kimia adalah korosif iritan dan racun. Bahan kimia dapat
menyebabkan langsung jaringan kulit iritasi sampai cedera atau korosi pada permukaan logam, namun yang sering terjadi adalah cedera korosi yang merusak
jaringan lunak baik kulit maupun mata. Iritasi kulit merupakan derajat cedera korosif dengan derajat ringan.
Bahan kimia korosif cairan basa dapat merusak jaringan lunak lebih kuat daripada asam anorganik. Bahan ini merusak lebih dalam pada jaringan lunak kulit
dengan menimbulkan proses perlemakan dalam hitungan minggu, rasa nyeri yang hebat dan melemahkan lapisan endermis sehingga kulit menjadi lebih rentan
terhadap bahan kimia lain. Namun pada saat permulaan terpapar justru tidak timbul rasa sakit.
Bahan cair asam berbeda cara kerjanya dengan basa, yang mana asam menimbulkan luka bakar luas dengan efek panas dan proses perusakan jaringan
lunak. Asam bereaksi sangat cepat dengan lapisan pelindung. Cairan korosif memerlukan pH yang sangat rendah atau sangat tinggi untuk menyebabkan cedera
korosi. Sedangkan pelarut organik dapat menyebabkan iritasi berat pada kulit dan
membran mukosa dengan merusak jaringan lunak yang menyebabkan jalan masuk untuk terjadinya infeksi sekunder.
Selain menyebabkan iritasi, kontak dengan bahan kimia dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit yang merugikan dengan sensitisasi sistem kekebalan tubuh
yang dihasilkan dari kontak bahan kimia atau struktur bahan kimia yang serupa sebelumnya. Satu kejadian sensitisasi dapat menyebabkan reaksi alergi walaupun
kontak bahan kimia dengan dosis sangat rendah. Reaksi alergi dapat terjadi tipe lambat maupun sedang. Contoh bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi yaitu
fromaldehid, kromium, nikel, fenoliat. Bahan kimia dalam kosmetik yang dapat menyebabkan dermatitis kontak
diantaranya paraben, formaldehid, quarternium, imidazodinyl urea, diazolidilnyl urea, bronopol, dimethyloldimethyl hydantion, methylisothiazolinone MCIMI,
iodopropylnyl buthylcarbamate
IPBC, methyldibromoglutaronitrile
phenoxyethanol, p-phenylenediamine PPD, p-toluenediamine, petrolatum, paraffin, cetyl alcohol, propylene glycol, isopropyl alcohol, sodium hydroxine dan sodium
lauryl ether sulfate.
2.6.2 Lama Kontak