Suhu dan Kelembaban Masa Kerja

bersifat iritan atau alergen secara terus menerus dengan durasi yang lama, akan menyebabkan kerentanan pada pekerja mulai dari tahap ringan sampai tahap berat. Pekerja yang berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit lapisan luar, semakin lama berkontak maka semakin merusak sel kulit lapisan yang lebih dalam dan memudahkan untuk terjadinya penyakit dermatitis. Pengendalian risiko, yaitu dengan cara membatasi jumlah dan lama kontak yang terjadi perlu dilakukan. Misalnya seperti upaya pengendalian lama kontak dengan bahan kimia dengan menggunakan terminologi yang bervariasi seperti Occupational Exposure Limits OELs atau Threshold Limit Values TLVs yang dapat diterapkan bagi pekerja yang melakukan kontak dengan bahan kimia selama rata-rata 8 jam per hari Agius R, 2006. Berdasarkan penelitian Lestari, Fatma 2007 pada pekerja PT. Inti Pantja Press Industri, didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermaka antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak dengan P Value sebesar 0,003. Berdasarkan penelitian tersebut kejadian dermatitis paling sering terjadi pada responden dengan lama kontak 8 jam dengan 13 responden 92,8 untuk dermatitis kontak akut, 20 responden 95,2 sub akut, dan 5 responden 100 kronis.

2.7 Faktor Tidak Langsung

2.7.1 Suhu dan Kelembaban

Bila bahaya di lingkungan kerja tidak di antisipasi dengan baik akan terjadi beban tambahan bagi pekerja. Lingkungan kerja terdapat beberapa potensial bahaya yang perlu diperhatikan seperti kelembaban udara dan suhu udara. Kelembaban udara dan suhu udara yang tidak stabil dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak. Kelembaban rendah menyebabkan pengeringan pada epidermis. Semua bahan penyebab dermatitis kontak iritan seperti basa kuat dan asam kuat, sabun, detergen dan bahan kimia organik lainnya jika diperberat dengan turunnya kelembaban dan naiknya suhu lingkungan kerja dapat mempermudah terjadinya dermatitis kontak iritan bila berkontak dengan kulit. Bila kelembaban udara turun dan suhu lingkungan naik dapat menyebabkan kekeringan pada kulit sehingga memudahkan bahan kimia untuk mengiritasi kulit dan kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis. Berdasarkan pada rekomendasi NIOSH 1999 tentang kriteria untuk nyaman, suhu udara di dalam ruangan yang dapat diterima adalah berkisar antara 20-24 o C untuk musim dingin dan 23-28 o C untuk musim panas dengan kelembaban 35-65 o C. Sebagai bahan pertimbangan, dimana Indonesia merupakan daerah tropis yang mempunyai suhu yang lebih panas dan kelembaban yang lebih tinggi rekomendasi NIOSH 1999 perlu dikoreksi apabila diterapkan di daerah tropis. Maka berdasarkan penelitian untuk ruangan ber-AC dianjurkan suhu antara 24-26 o C atau perbedaan antara suhu di dalam dan diluar ruangan tidak lebih dari 5 o C NIOSH, 1999.

2.7.2 Masa Kerja

Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan bahan kimia. Masa kerja merupakan jangka waktu pekerja mulai terpajan dengan bahan kimia sampai waktu penelitian. Menurut Handoko 1992 lama bekerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat, sedangkan menurut Tim penyusun KBBI 1992 lama bekerja adalah lama waktu untuk melakukan suatu kegiatan atau lama waktu seseorang sudah bekerja. Masa kerja mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang, semakin sering pekerja terpajan dan berkontak dengan bahan kimia. Lamanya pajanan dan kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Suma’mur 1996 menyatakan bahwa semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Pekerja yang lebih lama terpajan dan berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit bagian luar, semakin lama terpajan maka semakin merusak sel kulit hingga bagian dalam dan memudahkan untuk terjadinya penyakit dermatitis Fatma, 2007. Hubungan dermatitis kontak dengan masa kerja terlihat dalam beberapa penelitian terdahulu, yaitu: 1. Trihapsoro 2008 telah melakukan penelitian pada pekerja industri batik di Surakarta, pekerja dengan masa kerja ≥1 tahun lebih banyak menderita dermatosis daripada yang masa kerjanya 1. 3. Penelitian Erliana 2008 pada pekerja CV. F Loksumawe didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermaka antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak dengan P Value sebesar 0,018. Pada penelitian ini diketahui pekerja yang memiliki masa kerja ≥ 5 tahun sebanyak 61,5 yang menderita dermatitis, sedangkan pekerja dengan masa kerja 5 tahun yaitu hanya 18,8 . 4. Penelitian Suryani 2008 pada pekerja pencuci botol, didapatkan hasil bahwa pada pekerja yang masa kerjanya ≤ 1 tahun terdapat 12 orang yang mengalami dermatitis dan pekerja yang masa kerjanya ≥ 2 tahun sebanyak 15 orang yang mengalami dermatitis. 2.7.3 Usia Usia merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari individu. Selain itu usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat memperparah terjadinya dermatitis kontak. Pada beberapa literatur menyatakan bahwa kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis Cohen, 1999. Kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40 tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembapannya karena menipisnya lapisan basal. Produksi sebum menurun tajam, hingga banyak sel mati yang menumpuk karena pergantian sel menurun HSE, 2000. Pada dunia industri usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam pengobatan dermatitis kontak, sehingga timbul dermatitis kronik Cronin, 1980. Dapat dikatakan bahwa dermatitis kontak akan lebih mudah menyerang pada pekerja dengan usia yang lebih tua. Menurut Djuanda 2007 anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi. Namun pada beberapa penelitian terdahulu pekerja dengan usia yang lebih muda justru lebih banyak yang terkena dermatitis kontak. Pekerja yang lebih muda biasanya ditempatkan pada area yang langsung berhubungan dengan bahan kimia dibandingkan pekerja yang tua. Pekerja muda juga memiliki kecenderungan untuk tidak menghargai keselamatan dan kebersihan, sehingga berpotensi terkena kontak dengan bahan kimia. Selain itu pekerja yang lebih tua biasanya lebih banyak memilki pengalaman. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi kulit mereka HSE, 2000. Menurut NIOSH 2006 dari sisi usia, umur 15-24 tahun merupakan usia dengan insiden penyakit kulit akibat kerja tertinggi. Hal tersebut disebabkan pengalaman yang masih sedikit dan kurangnya pemahaman mengenai kegunaan alat pelindung diri. Sedangkan menurut Erliana 2008 dalam konteks determinan kejadian dermatitis kontak berdasarkan usia dapat menyerang semua kelompok usia, artinya usia bukan merupakan faktor resiko utama terhadap paparan bahan-bahan penyebab dermatitis kontak, sedangkan dari perbandingan penelitian cenderung didominasi oleh usia pekerja dalam suatu perusahaan bukan dari aspek makin lama usia hidupnya menyebabkan resiko terhadap terjadinya dermatitis kontak. Hubungan antara kejadian dermatitis dengan umur, dapat terlihat dari beberapa penelitian terdahulu, yaitu: 1. Pada penelitian Dinny Suryani di LPA Benowo Surabaya terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis. 2. Trihapsoro 2003 pada pasien rawat jalan RSUP H. Adam Malik Medan dengan diagnosis dermatitis kontak alergik, berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil kelompok usia tertinggi pada perempuan adalah 31-40 tahun 17,5 dan pada laki-laki adalah 61-70 tahun 12,5. Kelompok usia terendah pada perempuan adalah 10-20 tahun dan 41-50 tahun masing-masing 12,5 dan pada laki-laki 21-30 tahun dan 41-50 tahun masing-masing 5,0. 3. Lestari, Fatma 2007 pada pekerja PT. Inti Pantja Press Industri, berdasarkan hasil analisis hubungan antara usia pekerja dengan kejadian dermatitis diperoleh sebanyak 26 pekerja yang berusia ≤ 30 tahun terkena dermatitis kontak dan untuk pekerja yang berusia 30 tahun yang terkena dermatitis kontak sekitar 13 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pekerja muda lebih beresiko terkena dermatitis kontak. 4. Penelitian Anissa 2010 pada pekerja pengolahan sampah juga didapatkan hasil bahwa pekerja berusia ≤ 31 tahun lebih banyak mengalami dermatitis kontak dibanding pekerja berusia 31 tahun.

2.7.4 Jenis Kelamin