simbol yang terkandung dalam matematika secara sistematik, cermat, tepat, kemudian menerapkan konsep-konsep tersebut dalam pemecahan
masalah baik dalam pelajaran matematika maupun kehidupan sehari-hari.
3. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam setiap kegiatan
manusia pada hakekatnya selalu berhadapan dengan masalah, baik masalah yang besar maupun masalah yang kecil. Sesuatu akan menjadi
masalah bagi seseorang atau kelompok bila tidak ada algoritma atau prosedur
yang sudah
tersedia dan
mereka tertantang
untuk menyelesaikannya. Suatu pertanyaan merupakan suatu permasalahan bila
pertanyaan itu tidak bisa dijawab dengan prosedur rutin. Prosedur itu harus dicari dan menemukannya tidak mudah.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lester yang mengatakan bahwa masalah adalah
”a situation in which individual or group is called to perform a task for which there is no ready accessible algorithm which
determine completely the methods of solution”. Sejalan dengan itu, Krulik dan Rudnick menyatakan bahwa suatu masalah adalah
”a situation, quantitative or otherwise, that confronts an individual or group of
individuals, that requires resolutions, and for which the individual sees no apperent or obviou
s means or parth to obtaining a solution”.
24
Menurut Grouws, masalah dalam matematika adalah segala sesuatu yang
menghendaki untuk dikerjakan dan sebuah pertanyaan yang tidak dapat dijawab langsung sukar.
25
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah dalam matematika adalah suatu pertanyaan yang
24
Teguh, “Pembelajaran Problem Solving Matematika Di Sekolah Dasar”, dalam Sekolah Dasar Kajian Teori dan Praktik Pendidikan, No. 2 Tahun 10, November 2001, hlm. 78.
25
I Wayan Sudiana, “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Melalui Pembelajaran
Pemecahan Masalah Model Polya Terhadap Soal Cerita Matematika Pada SD 5 Banjar Jawa Singaraja”, Laporan Penelitian Dosen Muda Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri
Singaraja, Jakarta: Perpustakaan PDII LIPI, 2005, hlm. 5, t.d.
menghendaki pemecahan namun dalam pemecahannya tidak bisa dijawab dengan
prosedur rutin
dan siswa
merasa tertantang
untuk menyelesaikannya. Pemecahan masalah dalam pengertian yang lebih
sederhana dapat diartikan sebagai penyelesaian soal. Sedangkan pemecahan masalah dalam arti yang luas adalah penyelesaian yang tidak
hanya membutuhkan pemahaman secara teoritik tetapi juga didasarkan pada pengamatan empirik. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam
pengertian yang lebih luas dimulai dari menentukan masalah sampai pada langkah menarik kesimpulan.
Pemecahan masalah menurut Polya adalah ”to find out a way
where no way is known off hand to find a way out of difficulty, to find a way around an obstacles, to attain a desired end, that is not immediately
attainable by appropriate means”. Sejalan dengan itu, Marzano dkk menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah proses berpikir untuk
mengaplikasikan pengetahuan.
26
Pada dasarnya belajar pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah secara sistematis, logis, teratur dan
teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas serta
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat siswa. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena
dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.
Agus mengemukakan bahwa ”agar pembelajaran pemecahan masalah lebih bermanfaat bagi siswa, guru harus melakukan langkah-
langkah sebagai berikut: 1 ajarkan aspek-aspek pemecahan masalah yang
26
Teguh, “Pembelajaran Penyelesaian Soal Cerita Matematika Di Sekolah Dasar Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah”, dalam Sekolah Dasar Kajian Teori dan Praktik Pendidikan,
No. 1 Tahun 9, Mei 2000, hlm. 55-56.
penting, dan 2 merubah peranan guru dari penyampai informasi guru berperan sebagai fasilitator, pelatih dan motivator bagi siswanya”.
27
Dalam pendekatan pemecahan masalah ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan,
cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya
masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi
petunjuk.
28
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menghendaki siswa belajar secara aktif, bukan guru yang lebih
aktif dalam menyajikan materi pelajaran. Jadi pendekatan pemecahan masalah adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk memahami suatu
pokok bahasan dalam matematika, dengan menguasai konsep-konsep matematika dan keterkaitannya serta mampu menerapkan konsep-konsep
tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada hakekatnya pemecahan masalah mengandung pengertian sebagai proses berpikir
tingkat tinggi dan mempunyai peranan yang penting dalam pembelajaran matematika.
Berbicara pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh utamanya, yaitu George Polya. Menurut Polya, dalam pemecahan masalah
terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu:
29
1. Memahami masalah
2. Merencanakan pemecahannya
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua
4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh looking back.
27
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran …, hlm. 126.
28
http:smacepiring.wordpress.com20080219pendekatan-dan-metode-pembelajaran, 22 Juni 2010, 11:38 WIB.
29
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran …, hlm. 99.
Diagram 2.1 Diagram Pemecahan Masalah Menurut Polya
Selanjutnya Polya memberikan empat petunjuk kepada guru agar dapat menumbuhkan perilaku siswa sebagai seorang yang mampu
memecahkan masalah, yaitu:
30
1. Yakinkan bahwa siswa memahami permasalahan, sebab jika siswa
tidak memahaminya maka minatnya akan hilang. 2.
Bantulah siswa mengumpulkan bahan sebagai landasan berpikir untuk membuat rencana. Dalam hal ini guru hendaknya mengarahkan siswa
untuk mengidentifikasi seluruh syarat yang diketahui untuk membangun informasi sebanyak-banyaknya.
3. Menciptakan iklim kondusif dalam pemecahan masalah.
4. Setelah siswa mencapai solusi, beri semangat kepada siswa untuk
merefleksikan masalah dan cara penyelesaiannya. Dalam pemecahan masalah kadang kita terpaksa merenung
memikirkan strategi yang akan dipilih atau beralih kepada strategi lain
30
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran …, hlm. 128.
1. Memahami masalah