Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan di kelas X IPA 2, dapat diketahui bahwa metode yang digunakan guru adalah ceramah,
latihan dan penugasan. Soal-soal latihan yang guru berikan cenderung mudah dan hamper sama dengan contoh. Selama pembelajaran tidak
terlihat adanya interaksi antara guru dan siswa. Siswa enggan berkomentar atas pertanyaan yang guru ajukan. Di akhir pembelajaran, tidak ada
kesimpulan diberikan guru maupun siswa. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan hasil observasi
pembelajaran matematika di kelas X IPA 2 dari hasil observasi yang dilakukan sebagai berikut:
a. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika kelas X
IPA 2 adalah ceramah dan latihan. b.
Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa, sehingga dalam pembelajaran interaksi antar keduanya tidak terjalin.
c. Latihan-latihan soal yang diberikan oleh guru kelas matematika
cenderung mudah dan tidak bervariasi, sehingga siswa tidak terbiasa dan mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal sulit dan berbeda
dari contoh yang guru berikan. d.
Dalam pembelajaran matematika, siswa belum menunjukkan kemampuan penalaran yang baik.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan siklus I ini adalah mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP sesuai dengan pendekatan pemecahan masalah yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa LKS yang terdiri dari 3 soal pemecahan
masalah pada tiap pertemuan, soal-soal latihan dan lembar soal tes akhir siklus I yaitu tes kemampuan penalaran matematika. Peneliti juga
mempersiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa dan catatan lapangan.
Pada siklus I ini ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah ini dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematika siswa. Target yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu siswa mengalami peningkatan kemampuan penalaran
matematika dari sebelumnya. b.
Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan pada siklus I ini terdiri dari 5 pertemuan.
Pertemuan pertama
sampai keempat
peneliti memberikan
pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dimana peneliti tidak menerangkan dan menjelaskan melainkan hanya memberikan
ilustrasi mengenai materi yang sedang diajarkan yaitu sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi, substitusi,
gabungan dan determinan. Kemudian peneliti meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 orang yang
dipilih secara bebas oleh siswa. Di tiap pertemuan peneliti memberikan LKS yang terdiri dari 3 soal pemecahan masalah kepada tiap kelompok
untuk dikerjakan bersama-sama. Soal dalam LKS yang telah dikerjakan dibahas secara keseluruhan. Di akhir, peneliti memberikan
1 soal pemecahan masalah untuk dikerjakan secara individu. Pertemuan kelima peneliti melaksanakan tes akhir siklus I yaitu tes
kemampuan penalaran matematika. Adapun uraian poses proses pembelajaran pada siklus I sebagai
berikut: 1
Pertemuan pertama 1 Nopember 2010 Materi yang akan dibahas pada pertemuan pertama ini
adalah Sistem Persamaan Linear dengan metode eliminasi. Peneliti memberikan ilustrasi awal mengenai Sistem Persamaan Linear.
Peneliti bertanya kepada para siswa mengenai metode-metode yang akan digunakan dalam mencari penyelesaian pada Sistem
Persamaan Linear ini. Sebagian siswa ada yang langsung menjawab pertanyaan peneliti dengan menyebutkannya satu
persatu. Sebagian siswa yang lain masih tampak kebingungan dengan pertanyaan tersebut. Tanpa penjelasan terlebih dahulu,
peneliti meminta kepada para siswa untuk membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang. Anggota tiap kelompok dipilih
secara bebas oleh siswa. Suasana kelas menjadi gaduh dan ramai. Pembentukan kelompok ini memakan waktu hampir 10 menit.
Setelah semua kelompok terbentuk dan siswa duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing, peneliti membagikan
LKS 1 kepada tiap siswa dalam kelompoknya. Peneliti terlebih dahulu mengarahkan cara-cara mengisi LKS 1 tersebut
berdasarkan langkah-langkah dalam pemecahan masalah yaitu dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanya soal,
menuliskan rencana penyelesaiannya yaitu menuliskan rumus atau cara yang akan digunakan dalam perhitungan, melakukan
perhitungan yaitu melaksanakan perhitungan berdasarkan rumus atau cara yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian memeriksa
hasil yang diperoleh. Para siswa mulai mengerjakan LKS 1 tersebut. Peneliti dan
observer mulai
melakukan observasi
dengan berkeliling
mengamati kerja tiap kelompok. Aspek yang diobservasi adalah aspek-aspek yang mengukur indikator penalaran matematika siswa
diantaranya mengajukan dugaan, menyusun bukti, melakukan manipulasi
matematika, memeriksa
kesahihan argumen,
memberikan alasan yang logis dan menarik kesimpulan. Keenam aspek ini diobservasi selama diskusi kelompok berlangsung yaitu
ketika siswa mengerjakan LKS 1 dan membahas penyelesaian LKS 1.
Tidak sedikit siswa yang mengeluh karena merasa kesulitan mencari penyelesaian dari soal-soal LKS 1 tersebut. S4:
“ibu soalnya susah banget”, S28:“ibu ini harus di apakan dulu?”, S34: “ibu cara ngisinya gimana?” dan lain-lain. Peneliti
mencoba mengurangi kesulitan dan kendala yang dialami siswa dengan membimbing tiap kelompok yang merasa kesulitan.
Hampir seluruh siswa telah menyelesaikan soal-soal LKS 1. Secara bersama-sama, peneliti dan siswa membahas soal LKS 1
secara keseluruhan. Setelah semua siswa selesai mencatat hal-hal penting pada pembahasan soal LKS 1 tersebut, peneliti
mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan terhadap penyelesaian soal yang ada dalam LKS 1. Sedikit sekali siswa yang
berkomentar untuk
memberikan kesimpulan.
Peneliti mempersilahkan para siswa untuk kembali ke tempat duduknya
masing-masing, kemudian memberikan 1 soal pemecahan masalah untuk dikerjakan sendiri-sendiri.
2 Pertemuan kedua 3 Nopember 2010
Kegiatan awal yang dilakukan pada pertemuan kedua ini adalah mengingat kembali materi sebelumnya, membahas PR yang
diberikan peneliti pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu, peneliti memberikan ilustrasi pada materi yang akan diajarkan yaitu Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode substitusi. Para siswa tampaknya masih bingung dengan materi yang diberikan hari
ini karena peneliti hanya memberikan ilustrasi dan tidak memberikan contoh soal dari materi tersebut. S2 berkata,
“bu masih bingung”. Peneliti memberikan ilustrasi ulang mengenai
materi tersebut.
Gambar 4.1 Aktivitas kelas saat peneliti memberikan ilustrasi materi
Peneliti bertanya, ”sampai disini bisa dimengerti?”, siswa,
“Insyallah bisa”. Kemudian siswa diminta untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan
sebelumnya. S8 bertanya, “bu kelompoknya yang kemarin?”.
Peneliti menjawab, “iya”. Setelah semua kelompok duduk di
kelompoknya msing-masing, peneliti membagikan LKS 2 kepada tiap anggota kelompok untuk dikerjakan dan didiskusikan bersama.
Peneliti dan observer berkeliling mengamati jalannya diskusi dengan tetap berpedoman pada aspek-aspek yang akan
dionservasi yaitu mengajukan dugaan, menyusun bukti, melakukan manipulasi
matematika, memeriksa
kesahihan argumen,
memberikan alasan yang logis dan menarik kesimpulan. Kelompok 4 tampak kesulitan menyelesaikan LKS 2,
namun mereka diam dan malu bertanya kepada peneliti. Peneliti mencoba mendatangi kelompok 4 dan bertanya,
“bagaimana ada kesulitan?”. Kelompok 4, “iya bu ga ngerti”. Peneliti mencoba
memberikan arahan
kepada kelompok
4 untuk
dapat menyelesaikan LKS 2 tersebut. Selanjutnya peneliti mendatangi
tiap kelompok untuk melihat kesulitan yang terjadi di masing- masing kelompok.
Gambar 4.2 Siswa sedang bertanya solusi penyelesaian kepada peneliti
Sebelum bel berbunyi, peneliti meminta siswa untuk menghentikan diskusi dan bersama-sama membahas LKS 2.
Umumnya tiap kelompok hanya mampu menjawab 1 soal dalam LKS 2. Peneliti mengarahkan para siswa untuk memberikan
kesimpulan terhadap penyelesaian soal LKS 2. selanjutnya peneliti memerintahkan siswa untuk kembali ke tempat duduknya masing-
masing lalu memberikan 1 soal pemecahan masalah untuk dikerjakan sendiri-sendiri. Sebelum meninggalkan kelas peneliti
juga memberikan 1 soal untuk dikerjakan siswa dirumah. 3
Pertemuan ketiga 5 Nopember 2010 Pertemuan ketiga diawali peneliti dengan mengkondisikan
kesiapan belajar siswa. Kemudian menanyakan PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya,
“bagaimana PR nya sudah dikerjakan?” sebagian siswa menjawab, “sudah bu”. S12 berkata,
“bu tapi ga tau betul apa nggak”. Peneliti bersama-sama dengan
siswa membahas PR tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan ilustrasi untuk materi hari
ini yaitu Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Metode Gabungan. Peneliti bertanya,
“sampai disini bisa dimengerti
tentang metode gabungan ?”, S10 berkata, “ulang lagi bu, saya
belum ngerti”. Peneliti memberikan ilustrasi ulang kepada siswa. Setelah semua siswa mulai mengerti, peneliti mempersilahkan
kepada para siswa untuk berkelompok menurut kelompoknya. Tampak semua siswa telah duduk pada kelompoknya masing-
masing, peneliti membagikan LKS 3 kepada tiap kelompok kemudian memberikan waktu kepada tiap kelompok untuk
berdiskusi mencari penyelesaian soal-soal LKS 3 tersebut. Peneliti dan observer mulai melakukan pengamatan. 20 menit pertama
semua kelompok tampak antusias mengerjakan soal-soal tersebut. Setelah itu, suasana kelas mulai ramai. Kelompok 2, 3 dan 5
tampak begitu kesulitan menyelesaikan soal-soal tersebut. Sehingga peneliti lebih sering mendatangi dan memberi bimbingan
di kelompok tersebut. Sementara ada anggota kelompok 4 yang berjalan-jalan ke kelompok lain. Peneliti meminta siswa yang
berjalan-jalan untuk kembali ke kelompoknya masing-masing. Selanjutnya peneliti membahas soal secara keseluruhan
dengan tetap mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan. Untuk latihan, peneliti memberikan 1 soal pemecahan masalah
untuk dikerjakan dirumah. 4
Pertemuan keempat 8 Nopember 2010 Pada pertemuan ini materi yang akan diajarkan adalah
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Metode Determinan. Para siswa tampaknya mulai mengerti dengan pembelajaran pemecahan
masalah dimana peneliti tidak memberikan contoh soal pada materi yang sedang dibahas. S34 berkata,
“bu, ga dikasih contoh kan bu?” peneliti menjawab, “iya”. S10 bertanya, “langsung bikin
kelompok kan bu?” peneliti menjawab, “benar sekali. Kalau
begitu silahkan kalian berkelompok menurut kelompok kalian masing-
masing”.
Setelah semua siswa duduk dalam kelompoknya masing- masing, peneliti membagikan LKS 4 dan memberi kesempatan
siswa untuk menyelesaikannya. Para siswa mulai mendiskusikan penyelesaian dari soal LKS 4 tersebut.
Gambar 4.3 Aktifitas siswa saat diskusi kelompok
Peneliti dan observer berkeliling memantau jalannya diskusi dan memberi arahan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan. Meskipun siswa mulai mengerti dengan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah, namun bukan berarti para
siswa mengerti dan mampu menyelesaikan semua soal pemecahan masalah sendiri. Tidak sedikit dari siswa yang membutuhkan
arahan dan bimbingan dari peneliti, bahkan ada siswa yang bertanya kepada observer.
Suasana kelas mulai ramai. Peneliti bertanya, “bagaimana
sudah selesai semua?”, serentak siswa menjawab, “sudah bu”. Peneliti mempersilahkan perwakilan kelompok 2, 4, dan 7 untuk
menyajikan hasil jawaban kelompoknya dipapan tulis. Kelompok tersebut adalah kelompok yang paling pasif selama pembelajaran.
Selanjutnya peneliti membahas soal secara keseluruhan. Peneliti bertanya,
“sampai disini ada pertanyaan tidak?”. Siswa,
“tidak bu”. Oke, kalau begitu silahkan kalian kembali ke tempat kalian masing-
masing”, ujar peneliti. Kemudian peneliti memberikan 1 soal pemecahan masalah untuk dikerjakan siswa
secara individu.
Karena waktu
telah habis,
peneliti mempersilahkan siswa untuk mengerjakan soal tersebut dirumah.
Sebelum meninggalkan kelas, peneliti memberitahukan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan tes akhir siklus I yaitu tes
kemampuan penalaran matematika. 5
Pertemuan kelima 10 Nopember 2010 Pada pertemuan kelima ini akan dilakukan tes siklus 1 yaitu
tes kemampuan penalaran matematika yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda beralasan Tes ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan penalaran matematika siswa yang terdiri dari penalaran induktif dan deduktif. Soal-soal tes tersebut dirancang
sedemikian rupa untuk mengukur penalaran induktif dan deduktif siswa. Soal untuk mengukur penalaran induktif siswa meliputi soal
penalaran logis, pola bilangan dan pola gambar, sedangkan soal untuk mengukur penalaran deduktif siswa meliputi penalaran
analitis. Peneliti menanyakan kesiapan siswa menghadapi tes akhir
siklus I , ”bagaimana sudah siap semuanya?”, tanpa ragu-ragu
para siswa menjawab, “sudah”. Bisa ibu bagikan soal nya
sekarang?” ujar peneliti. Para siswa, “bisa bu…”. Suasana kelas mulai sepi, peneliti membagikan lembar soal dan jawaban tes
siklus I kepada semua siswa. Peneliti juga memberikan waktu kepada para siswa selama 2 jam pelajaran untuk mengerjakan soal-
soal tersebut. S34 bertanya, “bu ko soalnya begini? Kaya soal tes
IQ”. Peneliti menjawab, “iya. Itu adalah bentuk soal penalaran untuk mengukur penalaran matematika kalian”.
Gambar 4.4 Suasana kelas ketika mengerjakan tes akhir siklus I
Waktu telah menunjukkan pukul 08.05 WIB, peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan lembar soal dan jawaban tes
akhir siklus I. Sebagai penutup siklus I, peneliti mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi tentang Sistem Persamaan
Linear Tiga Variabel. c.
Tahap Observasi Tahap observasi pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan
tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti selaku pelaksana penelitian dan guru kelas matematika selaku observer untuk
mengamati kemampuan penalaran matematika siswa. Hasil pengamatan siswa melalui lembar observasi dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Skor Kemampuan Penalaran Matematika Siswa pada Siklus I
No. Aspek yang diobservasi
Rata-rata pertemuan ke- Rata-rata
keseluruhan 1
2 3
4
1. Mengajukan dugaan
2,14 2,00
1,71 1,43
2,07 2.
Menyusun bukti 1,43
1,86 1,57
1,86 1,68
3. Melakukan manipulasi
Matematika 1,43
2,00 1,43
1,86 1,68
4. Memeriksa kesahihan
argumen 1,57
1,57 1,71
2,29 1,78
5. Memberikan alasan yang logis
1,71 1,86
1,57 1,29
1,61 6.
Menarik kesimpulan 1,43
1,29 1,71
1,43 1,46
Jumlah rata-rata 10,28
Keterangan skala penilaian:
1 : Kurang 2 : Cukup
3 : Baik 4 : Baik sekali
Skala penilaian jumlah rata-rata:
6 – 11 : Kemampuan penalaran matematika siswa rendah
12 – 17 : Kemampuan penalaran matematika siswa sedang
18 – 24 : Kemampuan penalaran matematika siswa tinggi
Berdasarkan hasil rata-rata skor kemampuan penalaran matematika siswa sesuai skala penilaian jumlah rata-rata yaitu 10,28
menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa berkategori rendah. Dengan data tersebut maka pembelajaran masih
harus dilakukan dengan berbagai perbaikan-perbaikan pada proses pembelajaran hingga kemampuan penalaran matematika siswa
meningkat. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan
wawancara kepada siswa dan guru untuk memperkuat data onservasi. Hasil wawancara yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:
1 Siswa mulai menyukai pembelajaran matematika dengan
pendekatan pemecahan masalah. 2
Siswa merasa semangat menyelesaikan soal-soal yang disajikan dalam LKS karena bisa bertanya dan bertukar pikiran dengan
teman kelompoknya sehingga tidak terlalu merasa kesulitan.
3 Dengan metode diskusi kelompok siswa merasa pembelajaran
matematika menjadi lebih hidup dan menarik. 4
Guru merasa pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah cukup bagus dan dapat memacu tingkat
berpikir siswa. 5
Dalam pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah ini guru memberikan saran bahwa peneliti harus memberi kesempatan
kepada siswa untuk menyajikan sendiri hasil diskusi kelompoknya. 6
Siswa memberi saran agar teman-teman nya yang pasif lebih diperhatikan sehingga dapat berkontribusi saat diskusi kelompok.
Untuk melengkapi data pada tahap observasi ini, peneliti melakukan tes akhir siklus I berupa tes kemampuan penalaran
matematika untuk mengetahui tingkat kemampuan penalaran matematika siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I. Hasil tes
kemampuan penalaran matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematika Siklus I
No. Interval
Frekuensi Absolute
Kumulatif Relatif
1. 31 - 39
4 4
11,11 2.
40 - 48 6
10 16,67
3. 49 - 57
2 12
5,56 4.
58 - 66 10
22 27,78
5. 67 - 75
3 25
8,33 6.
76 - 84 7
32 19,44
7. 85 - 93
4 36
11,11
Jumlah 36
100
Keterangan: Nilai tertinggi = 93
Jumlah siswa = 36
Nilai terendah = 31 Rata-rata
= 62,75 Standar deviasi = 17,02
Berdasarkan tabel 4.2 dapat ditunjukkan bahwa persentase terbesar adalah siswa yang memiliki nilai dengan kisaran 58
– 66 yaitu 27,78 . Jumlah siswa yang mencapai nilai 65 hanya 17 siswa. Ini
artinya data yang diperoleh belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan karena hanya 47,22 dari jumlah siswa yang mencapai
nilai 65 untuk tes kemampuan penalaran matematika. Dengan demikian, pembelajaran masih harus dilakukan dengan berbagai
perbaikan pada proses pembelajaran matematika sehingga kemampuan penalaran matematika siswa menjadi meningkat.
Hasil tes akhir siklus I ini disajikan dalam bentuk histogram dan poligon sebagai berikut.
Diagram 4.1 Histogram dan Poligon Hasil Tes Kemampuan Penalaran
Matematika Siklus I
30,5 39,5
48,5 57,5
66,5 75,5
84,5 93,5
f
2 6
8 10
12
4
Interval
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan observer setelah melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis pada
observasi, wawancara dan tes akhir siklus I yaitu tes kemampuan penalaran matematika ditemukan beberapa kekurangan pada siklus I.
hasil refleksi tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4.3 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I
No. Kekurangan Kendala
Perencanaan Perbaikan pada Siklus II
1. Peneliti tidak memberikan
kesempatan siswa untuk menyajikan hasil jawabannya
di depan kelas. Peneliti akan memberikan
kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyajikan
hasil diskusinya. Bahkan menunjuk satu kelompok yang
dirasa kurang mengerti dan kurang berkontribusi selama
pembelajaran.
2. Diskusi kelompok tidak
berjalan secara efektif. Ketika diskusi berlangsung ada siswa
yang berjalan-jalan ke kelompok lain. Kebanyakan
tiap kelompok hanya mengandalkan 1 orang untuk
menyelesaikan soal LKS. Peneliti mengontrol jalannya
diskusi dan kedisiplinan tiap kelompok. Peneliti juga
membuat kebijakan untuk anggota kelompok yang tidak
memberikan kontribusi dalam kelompoknya yaitu dengan
memberikan soal tambahan untuk dikerjakan individu.
3. Lembar LKS dibagikan
Peneliti mengurangi jumlah
kepada semua anggota kelompok, sehingga sebagian
siswa sibuk mengisi LKS masing-masing dan tidak
menunjukkan bahwa siswa sedang melakukan diskusi
kelompok. LKS yang dibagikan kepada
tiap kelompok, maksimal 2 LKS untuk tiap kelompok.
4. Peneliti kurang merefleksi
penalaran siswa. Peneliti mengarahkan tiap
kegiatan pembelajaran pada indikator-indikator penalaran
siswa.
5. Jumlah anggota kelompok
terlalu banyak dan tingkat kemampuan tiap anggota
dalam suatu kelompok tidak merata.
Peneliti akan membentuk kelompok baru yang
beranggotakan maksimal 4 orang. Anggota tiap kelompok
ditentukan oleh peneliti. Dalam satu kelompok ada
siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Dengan melihat banyaknya kekurangan pada siklus I, maka diperlukan perbaikan-perbaikan pada perencanaan siklus II yang telah
disusun oleh peneliti dan observer berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
3. Tindakan Pembelajaran Siklus II