Wawancara dilakukan pada kegiatan pendahuluan dan setiap akhir siklus. Tujuannya untuk memperkuat kebenaran data hasil observasi dengan
keadaan yang sebenarnya. Wawancara diajukan kepada beberapa siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang dan tinggi juga kepada guru kelas
matematika selaku observer.
C. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari sumber, berdasarkan hasil analisis kemampuan penalaran matematika
siswa yang secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran, kemampuan penalaran matematika siswa dikatakan berkategori sedang dan mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil rata-rata skor kemampuan penalaran matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Rata-Rata Skor Lembar Observasi
Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Aspek yang Diobservasi
Rata-Rata Keseluruhan Siklus I
Siklus II
Mengajukan dugaan
2,07 2,89
Menyusun bukti
1,68 2,64
Melakukan manipulasi matematika
1,68 2,30
Memeriksa kesahihan argumen
1,78 2,30
Memberikan alasan yang logis
1,61 2,30
Menarik kesimpulan
1,46 2,22
Jumlah rata-rata
10,28 14,65
Skala penilaian jumlah rata-rata:
6 – 11 : Kemampuan penalaran matematika siswa rendah
12 – 17 : Kemampuan penalaran matematika siswa sedang
18 – 24 : Kemampuan penalaran matematika siswa tinggi
Dari tabel 4.6 terlihat bahwa terjadi peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa dengan menggunkan pendekatan pemecahan
masalah dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, jumlah rata-rata skor kemampuan penalaran matematika siswa pada lembar observasi berkategori
tendah yaitu 10,28 dan pada siklus II meningkat menjadi 14,65, sehingga kemampuan penalaran matematika siswa berkategori sedang.
Peningkatan jumlah rata-rata skor kemampuan penalaran matematika ini terjadi karena selama pembelajaran siswa terbiasa berpikir mencari strategi
yang akan dipilih untuk memecahkan masalah atau soal matematika. Peneliti memberi rangsangan-rangsangan yang dapat menumbuhkan penalaran
matematika siswa
dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang
membutuhkan bukti dan jawaban yang logis. Selama pembelajaran siswa dipacu aktif untuk memberikan argumen dan dugaan dalam penyelesaian
matematika. Peningkatan kemampuan penalaran matematika ini didukung dengan
meningkatnya hasil tes akhir siklus yang diberikan sebanyak dua kali yaitu pada siklus I dan siklus II. Tes akhir siklus tersebut berupa tes kemampuan
penalaran matematika yang berbentuk pilihan ganda beralasan dan berjumlah 10 soal. Soal-soal tersebut terdiri dari penalaran logis, penalaran analitis, pola
bilangan dan pola gambar. Dalam menjawab soal-soal tersebut, siswa diminta untuk memberikan alasan atas jawaban benar yang mereka pilih. Tujuannya
adalah untuk mengukur kemampuan penalaran matematika siswa. Hasil tes kemampuan penalaran matematika siswa pada siklus I dan siklus II dapat
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Statistika Deskriptif Peningkatan
Tes Kemampuan Penalaran Matematika Statistika Deskriptif
Siklus I Siklus II
Nilai Tertinggi 93
96 Nilai Terendah
31 38
Rata-rata 62,75
71 Jumlah siswa yang mencapai nilai 65
17 siswa 27 siswa
Persentase 47,22
75 Standar Deviasi
17,02 11,445
Dari tabel 4.7 terlihat bahwa terjadi peningkatan pada hasil tes kemampuan penalaran matematika siswa dari siklus I ke siklus II.
Kemampuan penalaran matematika siswa pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan karena jumlah siswa yang
mencapai nilai 65 untuk tes kemampuan penalaran matematika sebesar 47,22 kurang dari 60 . Sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang mencapai
nilai 65 untuk tes kemampuan penalaran matematika sudah lebih dari 60 yaitu 75 . Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini telah tercapai dengan
terpenuhinya kriteria pencapaian indikator yang telah ditetapkan. Sehingga pembelajaran pun dihentikan pada siklus II.
D. Pembahasan Temuan Penelitian