3. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang
disesuaikan dengan pendekatan pemecahan masalah, lembar observasi, wawancara, lembar catatan lapangan dan lembar soal tes akhir siklus II
berupa tes kemampuan penalaran matematika. RPP untuk tiap pertemuan dilengkapi dengan LKS yang terdiri dari 3 soal pemecahan
masalah. Materi yang akan dibahas pada siklus II ini adalah Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel metode eliminasi, substitusi,
gabungan dan determinan, dan Sistem Persamaaan Non Linear. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, pada siklus II ini proses
pembelajaran akan dilakukan berbagai perbaikan. Perbaikan-perbaikan pada siklus I akan diterapkan pada siklus II dengan merubah beberapa
peraturan pembelajaran pada siklus II antara lain: 1
Peneliti akan memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya.
2 Peneliti mengontrol jalannya diskusi dan kedispilinan tiap
kelompok juga membuat kebijakan untuk anggota kelompok yang tidak memberikan kontribusi dalam kelompoknya.
3 Peneliti mengurangi jumlah LKS yang dibagikan kepada tiap
kelompok. 4
Peneliti mengarahkan tiap kegiatan pembelajaran pada indikator- indikator penalaran siswa.
5 Peneliti akan membentuk kelompok baru yang beraggotakan
maksimal 4 orang yang keanggotaannya ditentukan oleh peneliti. b.
Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan pada siklus II ini terdiri dari 5 pertemuan
pertemuan keenam sampai kesepuluh. Pada pertemuan keenam sampai pertemuan kesembilan peneliti memberikan pembelajaran
dengan pendekatan pemecahan masalah pada materi Sistem Persamaan
Linear Tiga Variabel metode eliminasi, substitusi, gabungan dan determinan, dan Sistem Persamaaan Non Linear. Metode yang akan
digunakan dalam pembelajaran adalah diskusi kelompok dan penugasan. Peneliti membentuk kelompok baru yang beranggotakan 4
orang untuk tiap kelompok. Anggota tiap kelompok ditentukan oleh peneliti. Tiap pertemuan peneliti akan memberikan LKS untuk
dikerjakan per kelompok, kemudian siswa diminta untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya. Pada pertemuan kesepuluh, peneliti akan
melakukan tes akhir siklus II berupa tes kemampuan penalaran matematika.
Adapun proses pelaksanaan tersebut dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.
1 Pertemuan keenam 15 Nopember 2010
Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel metode eliminasi dan substitusi.
Pada siklus II ini, peneliti berusaha memperbaiki kekurangan pembelajaran pada siklus I. Peneliti memberikan perhatian yang
lebih kepada para siswa. Perhatian siswa pun terlihat lebih baik dari sebelumnya. Sebelum memberikan LKS untuk dikerjakan per
kelompok, peneliti
membentuk kelompok
baru yang
beranggotakan 4 orang dan keanggotaannya ditentukan oleh peneliti sendiri. Tujuannya adalah agar anggota dalam tiap
kelompok terbagi rata. Dalam satu kelompok terdapat siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi sehingga diskusi
kelompok dapat berjalan secara kondusif. Peneliti membagikan LKS 5 untuk dikerjakan tiap
kelompok, kemudian bersama-sama dengan observer mengamati jalannya proses pembelajaran. Selanjutnya mempersilahkan
perwakilan kelompok untuk menyajikan hasil pengerjaannya di papan tulis. Kelompok 1 maju untuk menyajikan jawaban soal
nomor 1, kelompok 6 menyajikan jawaban soal nomor 2 dan
kelompok 4 menyajikan jawaban soal nomor 3. Semua jawaban soal LKS 5 telah disajikan siswa dipapan tulis.
Gambar 4.5 Siswa sedang menyajikan hasil diskusi dipapan tulis
Peneliti meluruskan jika ada kekeliruan dalam jawaban yang disajikan siswa. Apabila jawaban yang disajikan oleh siswa
salah, maka peneliti bersama-sama dengan siswa membahas dan mencari penyelesaian yang tepat. Kemudian peneliti memberikan
satu pemecahan masalah untuk dikerjakan individu. Selama pembelajaran peneliti banyak mengajukan pertanyaan kepada para
siswa. Hal ini dimaksudkan untuk merefleksi penalaran siswa. Di akhir, peneliti bersama-sama siswa memberikan kesimpulan materi
yang dibahas hari ini lalu memberikan PR. 2
Pertemuan ketujuh 19 Nopember 2010 Kegiatan awal yang dilakukan peneliti pada pertemuan hari
ini adalah memberikan ilustrasi materi yaitu Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel metode gabungan. Sebelum memberikan
LKS 6, peneliti meminta siswa untuk berkelompok menurut kelompok baru yang telah dibentuk pada siklus II. Tiap kelompok
diberi kesempatan untuk mendiskusikan solusi penyelesaian soal-
soal dalam LKS 6. Diskusi berlangsung lebih tenang dari sebelumnya dan pertanyaan yang diajukan siswa kepada peneliti
pun tidak terlalu banyak. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS 6. Para siswa tampaknya sudah tidak terlalu
kesulitan dengan soal yang diberikan oleh peneliti dalam LKS 6. Hanya beberapa kelompok saja yang masih membutuhkan
bimbingan dari peneliti.
Gambar 4.6 Peneliti sedang memberi bimbingan kepada kelompok yang
mengalami kesulitan
Selanjutnya, peneliti mempersilahkan kelompok yang belum pernah maju untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya
dipapan tulis. Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan. Selanjutnya, memberikan satu soal pemecahan
masalah untuk dikerjakan individu lalu memberikan PR.
3 Pertemuan kedelapan 22 Nopember 2010
Materi yang akan dibahas pada pertemuan hari ini adalah Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel metode determinan.
Setelah mmberikan ilustrasi materi, siswa diminta untuk berkelompok menurut kelompoknya masing-masing. Peneliti
membagikan LKS 7 dan memberi kesempatan tiap kelompok untuk menyelesaikannya. Selanjutnya peneliti mempersilahkan kelompok
4, 8 dan 9 untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya didepan, kemudian meminta tiap kelompok untuk memberikan kesimpulan.
Peneliti memberikan satu soal pemecahan masalah untuk dikerjakan sendiri-sendiri kemudian memberikan PR.
4 Pertemuan kesembilan 26 Nopember 2010
Materi yang akan dibahas adalah Sistem Persamaan Non Linear. Sebelum membagikan LKS 8, terlebih dahulu peneliti
memberikan ilustrasi materi yang akan dibahas hari ini. Para siswa diminta untuk berkelompok menurut kelompoknya masing-masing.
Tiap kelompok diberi kesempatan untuk menyelesaikan LKS 8 tersebut. Setelah semua kelompok menyelesaikan soal dalam LKS
8, tanpa diminta kelompok 2, 3 dan 5 langsung menunjuk diri untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya didepan. Selanjutnya,
siswa diminta untuk memberikan kesimpulan. Peneliti memberikan satu soal pemecahan masalah untuk dikerjakan individu.
5 Pertemuan kesepuluh 1 Desember 2010
Pada pertemuan ini akan dilaksanakan tes akhir siklus II yaitu tes kemampuan penalaran matematika. Tujuannya adalah
untuk mengetahui kemampuan penalaran matematika siswa, apakah mengalami peningkatan dari siklus I atau tidak. Soal-soal
tes terdiri dari soal penalaran logis, pola bilangan dan pola gambar yang tujuannya adalah untuk mengukur penalaran induktif siswa,
dan soal penalaran analitis untuk mengukur penalaran deduktif siswa.
Pada hari ini semua siswa tampak hadir dengan posisi bangku yang sudah teratur. Peneliti langsung membagikan soal tes
akhir siklus II yang berjumlah 10 soal berupa pilihan ganda beralasan. Siswa diberikan waktu 2 jam pelajaran 90 menit untuk
menyelesaikannya. Berbeda dengan tes akhir siklus I yang dilaksanakan pada 10 Nopember 2010 lalu dimana hampir seluruh
siswa masih kelihatan kebingungan dengan soal tes akhir siklus tersebut. Pada tes akhir siklus II yang dilaksanakan hari ini siswa
tampak tenang dalam mengerjakan soal tersebut. 10 menit sebelum bel berbunyi, seluruh siswa tampak telah menyelesaikan tes akhir
siklus II. Peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan soal dan lembar jawaban tes akhir siklus II tersebut.
Gambar 4.7a
Gambar 4.7b Suasana kelas ketika mengerjakan tes akhir siklus II
c. Tahap Observasi
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus II ini terdapat peningkatan pada kemampuan penalaran matematika siswa.
Siswa dapat memberikan dugaan terhadap solusi penyelesaian soal matematika, memberikan alasan yang logis untuk solusi yang
diberikan dalam suatu permasalahan matematika dan memeriksa kesahihan suatu argumen kemudian menarik kesimpulan.
Hasil observasi pada siklus II ini sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil Skor Kemampuan Penalaran Matematika Siswa pada Siklus II
No. Aspek yang diobservasi
Rata-rata pertemuan ke- Rata-rata
keseluruhan 1
2 3
4
1. Mengajukan dugaan
2,44 2,89
2,89 3,33
2,89 2.
Menyusun bukti 2,33
2,56 2,89
2,78 2,64
3. Melakukan manipulasi
matematika 2,11
2,00 2,67
2,44 2,30
4. Memeriksa kesahihan
argumen 2,11
2,11 2,22
2,78 2,30
5. Memberikan alasan yang logis
2,00 2,11
2,22 2,89
2,30 6.
Menarik kesimpulan 1,56
2,44 2,44
2,44 2,22
Jumlah rata-rata 14,65
Keterangan skala penilaian:
1 : Kurang 2 : Cukup
3 : Baik 4 : Baik sekali
Skala penilaian jumlah rata-rata:
6 – 11 : Kemampuan penalaran matematika siswa rendah
12 – 17 : Kemampuan penalaran matematika siswa sedang
18 – 24 : Kemampuan penalaran matematika siswa tinggi
Berdasarkan hasil rata-rata skor kemampuan penalaran matematika pada lembar observasi siklus II terlihat bahwa terjadi
peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa. Pada siklus II kemampuan penlaran matematika siswa berkategori sedang dengan
jumlah rata-rata skor 14,65. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
dengan pendekatan
pemecahan masalah
dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.
Selain itu, pada siklus II ini hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa dan guru menunjukkan adanya perubahan yang
positif. Hasil wawancara yang diajukan kepada siswa dirangkum sebagai berikut:
1 Siswa menyukai pembelajaran matematika dengan pendekatan
pemecahan masalah karena membuat pelajaran matematika menjadi pelajaran yang lebih menarik dan tidak membosankan.
2 Siswa tidak kesulitan ketika menyelesaikan soal matematika
karena terbiasa berpikir sendiri mencari penyelesaian soal-soal yang
diberikan. Sekalipun
ada kesulitan
siswa dapat
mendiskusikan dengan kelompoknya. 3
Siswa memberi saran agar pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah ini diterapkan untuk mata pelajaran lain.
Hasil wawancara yang diajukan kepada guru kelas matematika pada siklus II ini dirangkum sebagai berikut:
1 Guru memandang pendekatan pemecahan masalah sangat bagus
untuk pelajaran
matematika karena
dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan kemampuan penalaran matematika siswa. 2
Pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah juga membuat siswa lebih aktif dan semangat dalam belajar
matematika. 3
Guru merasa siswa sudah layak untuk diberikan soal-soal sulit yang membutuhkan penalaran dalam penyelesaiannya.
Untuk melengkapi data pada tahap observasi ini, peneliti melakukan tes akhir siklus II berupa tes kemampuan penalaran
matematika untuk mengetahui tingkat kemampuan penalaran matematika siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II. Hasil tes
kemampuan penalaran matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematika Siklus II
No. Interval
Frekuensi Absolute
Kumulatif Relatif
1. 38 - 46
2 2
5,56 2.
47 - 55 3.
56 - 64 7
9 19,44
4. 65 - 73
12 19
27,78 5.
74 - 82 10
31 33,33
6. 83 - 91
4 35
11,11 7.
92 - 100 1
36 2, 78
Jumlah 36
100
Keterangan: Nilai tertinggi = 96
Jumlah siswa = 36
Nilai terendah = 38 Rata-rata
= 71 Standar deviasi = 11,445
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa persentase terbesar adalah siswa yang memiliki nilai dengan kisaran 74
– 82 yaitu 33,33 . Dari 36 siswa, yang mencapai nilai 65 untuk tes kemampuan
penalaran matematika berjumlah 27 siswa. 75 dari jumlah siswa telah mencapai nilai 65. Ini artinya data yang diperoleh telah mencapai
kriteria keberhasilan yang ditetapkan karena lebih dari 60 dari jumlah siswa telah mencapai nilai 65 untuk tes kemampuan penalaran
matematika. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan penalaran matematika siswa dari siklus I ke siklus II. Pada
siklus I, siswa yang telah mencapai nilai 65 untuk tes kemampuan penalaran matematika sebanyak 17 orang yaitu 47,22 dari jumlah
siswa dengan rata-rata 62,75. Pada siklus II, siswa yang telah mencapai nilai 65 untuk tes kemampuan penalaran matematika
sebanyak 27 orang yaitu 75 dari jumlah siswa dengan rata-rata 71. Dengan demikian, kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan telah
tercapai dan pembelajaran pun dihentikan pada siklus II. Hasil tes akhir siklus II ini disajikan dalam bentuk histogram
dan poligon sebagai berikut.
Diagram 4.2 Histogram dan Poligon Hasil Tes Kemampuan Penalaran
Matematika Siklus II
d. Tahap Refleksi
Dalam penelitian ini, pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah telah berhasil meningkatkan
kemampuan penalaran matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang
mengalami peningkatan pada siklus II. Peningkatan rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa terjadi karena pada proses
pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah siswa dituntut untuk berpikir menyelesaikan soal-soal non rutin
berdasarkan bukti-bukti atau data-data yang relevan. Dengan adanya data-data yang mengarah pada meningkatnya
kemampuan penalaran matematika siswa, maka penelitian ini
frekuensi
6
2 4
12 10
8
interval
100,5 91,5
82,5 64,5
73,5 55,5
46,5 38,5
dihentikan pada siklus II dan penerapan pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
kemampuan penalaran matematika.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data